JAKARTA (Independensi.com) – Kementerian Pertanian mengatakan ke depannya Toko Tani Indonesia Center (TTIC) secara konseptual akan dirancang sebagai ‘distribution center’ yang menghubungkan kebutuhan TTI dengan Gapoktan/Kelompok tani binaan dalam volume besar.
TTIC nantinya hanya sebagai HUB dan secara prototype akan dikembangkan di beberapa kota besar di Indonesia.
Demikian dalam keterangan pers kepada Independensi.com, Senin (16/10/2017).
Secara bertahap pada tahun 2018, TTIC yang sudah terbangun seperti di Medan, Palembang, Lampung, Banten, hingga Makasar akan mengikuti pola ‘distribution center’, sehingga wilayah penyangga sebagai daerah produsen dapat memasok wilayah konsumen melalui TTIC sehingga akan menimbulkan keseimbangan dalam penyediaan pangan.
Toko Tani Indonesia telah memberikan dampak dalam mengendalikan harga pangan khususnya bagi masyarakat berpenghasilan menengah ke bawah.
Outlet TTI Center yang berlokasi di depan SMA Negeri 28 Pasar Minggu Jakarta Selatan yang berfungsi sebagai outlet besar telah merambah dan diikuti di beberapa daerah seperti di Medan, Palembang, Lampung, Banten, hingga Makasar.
Dengan mengusung konsep harga pangan yang diperdagangkan harus sesuai dengan harga pembelian pemerintah, harga acuan dan harga eceran tertinggi (HET), TTI sejak tahun 2016 sudah tersebar sebanyak 2.839 TTI di 32 provinsi (minus Kaltara dan Kepri) termasuk didalamnya 1.113 TTI di Jabodetabek yang membuat masyarakat senang untuk memperoleh bahan pangan.
Tercatat harga beberapa komoditas pangan yang dijual ke konsumen sangat murah dan berkualitas seperti beras Rp 7.900/kg; cabai merah keriting Rp 27.000/kg; Bawang Merah Rp 18.000/kg; Bawang Putih Rp.16.000/kg; Gula Pasir Rp 12.000/kg; Minyak Goreng Rp 11.000/liter; Daging Sapi Rp 75.000/kg; Daging Kerbau Rp 70.000/Kg; Daging Ayam Rp 30.000/kg; dan Telur Ayam Rp 19.500/kg, selalu diserbu oleh masyarakat setiap hari.
Dengan menawarkan harga murah dibawah pasar tersebut omset yang diperoleh TTI hingga minggu kedua Oktober 2017 telah mencapai Rp 103,739 miliar dengan rincian transaksi di TTI sebesar Rp 64,473 miliar dan di TTI center sebesar Rp 34,266 miliar.
Kehadiran TTI yang sudah mulai dikenal masyarakat, membuat masyarakat di seluruh wilayah Jakarta, Bogor, Depok, Tangerang, dan Bekasi meminta dilakukan gelar pangan murah berkualitas di wilayahnya.
Tidak hanya memenuhi permintaan di masyarakat, beberapa instansi kementerian/lembaga seperti di Kementerian Koordinator Bidang Perekonomian, Sekretariat Negara, Kementerian Hukum dan HAM, Kementerian Dalam Negeri, Kementerian Koordinator Pembangunan Manusia dan Kebudayaan, Puslit Kehutanan, Pemda Kota Depok, dan sebagainya turut meminta dilakukan gelar pangan murah.
Kemudahan masyarakat untuk memperoleh pangan murah berkualitas tersebut tidak hanya pembelian langsung melalui beberapaoutlet TTI, namun dengan memanfaatkan penjualan secaraonline melalui Gojek masyarakat dapat membeli pangan secara online, mudah, dan cepat.
Meski baru melayani di wilayah Jabodetabek, tercatat sejak Bulan Mei transaksionline yang sudah dilakukan hingga akhir September telah mencapai Rp 25.089.000,-.
Kontribusi TTI dalam mengendalikan harga pangan tersebut sedikit banyak terlihat dari hasil pantauan kondisi harga pangan BPS pada minggu II Oktober 2017.
Dibandingkan dengan bulan September, pergerakan harga pangan sampai dengan minggu II Oktober 2017 relatif stabil dengan kenaikan hanya berkisar di angka 0.05-1,15% bahkan terdapat penurunan harga di level -1,78 hingga -18,14% pada beberapa komoditas.
Adapun kondisi harga pangan yang mengalami kenaikan tidak signifikan diantaranya: beras umum Rp 13.297/kg (0,63%), Minyak Goreng Curah Rp 12.473/liter (0,44%); daging sapi Rp 114.795/kg (0,05); dan cabai merah Rp 29.551/Kg (1,15%).
Sedangkan beberapa harga pangan yang mengalami penurunan diantaranya gula pasir Rp 14.217/kg (1,84%); Daging Ayam Rp 30.311/kg (-3,84%); Telur Ayam Rp 20.796/kg (-1,78%); Cabai Rawit Rp 24.893/kg (-18,14%); dan bawang merah Rp 24.875/kg (-7,55%).
Kondisi tersebut diperkuat dengan angka inflasi yang terkoreksi di level 0,13% dimana kontribusi pangan dalam inflasi tersebut sangat minim.
Kondisi terkendalinya harga pangan pada tahun ini dikarenakan pemerintah melakukan langkah-langkah antisipasi terhadap potensi berbagai masalah yang mungkin akan terjadi seperti: (1) melakukan koordinasi dengan berbagai pihak dalam upaya penyediaan pangan melalui rapat koordinasi stabilisasi pangan yang dikoordinasi oleh Kementerian Koordinator Bidang Perekonomian, (2) Memantau Harga dan Pasokan Pangan Strategis secara nasional dan di Jabodetabek sebagai barometer fluktuasi harga pangan; (3) Menyediakan Pasokan Bahan Pangan Strategis seperti menyelenggarakan Gelar Pangan Murah berkualitas dan memperbanyak outlet Toko Tani Indonesia (TTI); dan (4) Melakukan Kunjungan Lapangan Memantau Ketersediaan dan Harga Pangan Strategis (produsen dan konsumen).
Disisi lain, dari sisi pengawasan peredaran bahan pangan, Kementerian Pertanian secara intensif berkoordinasi dengan satgas Pangan terhadap kemungkinan adanya potensi ekspektasi dan perilaku spekulatif pedagang yang cenderung meningkatkan harga walaupun pasokan normal.
Tak kalah pentingnya adalah sinergitas para pelaku usaha/asosiasi pangan untuk memberikan ketenangan kepada masyarakat dengan menyediakan pasokan yang cukup. Selain itu, media juga menjadi kunci utama untuk mendukung terjaganya stabilisasi pasokan dan harga pangan.