GRESIK (Independensi.com) – Petrokimia Gresik sebagai perusahaan solusi agroindustri mulai memproduksi Surfaktan, dengan harga jual kompetitif dibandingkan dengan produk impor sejenis.
Menurut Direktur Utama Petrokimia Gresik Rahmad Pribadi dalam memproduksi Surfaktan dibutuhkan bahan baku methyl ester yang disulfonasi menggunakan gas SO3. Sehingga, pasokan gas SO3 dengan kualitas dan kuantitas yang stabil.
“Produksi Surfaktan yang kami lakukan, bekerjasama dengan Surfactant Bioenergy Research Centre Institut Pertanian Bogor (SBRC IPB),” katanya, Jumat (13/3).
“Dalam kerjasama ini, Petrokimia Gresik akan menyuplai gas SO3 dari pabrik Asam Sulfat dan membeli bahan baku methyl ester yang diproduksi oleh SBRC IPB di Gunung Putri, Bogor,” ujarnya.
Sedangkan untuk pemasaran produk yang diberinama Surfaktan Merah Putih, lanjut Rahmad akan dilakukan oleh Petrokimia Gresik bersama-sama dengan SBRC IPB beserta dukungan marketing dan technical assistance dari Komunitas Migas Indonesia (KMI).
“Kerja sama ini, sejalan dengan program transformasi bisnis Petrokimia Gresik yang salah satu sasarannya adalah diversifikasi produk untuk meningkatkan revenue dan profitabilitas,” tuturnya.
“Sebagai perusahaan solusi agroindustri Petrokimia Gresik tidak hanya memproduksi pupuk saja, melainkan juga produk non-pupuk yang dapat meningkatkan utilisasi aset dan profit perusahaan.” tegasnya.
“Apa yang kami lakukan ini merupakan upaya uji coba, sebagai salah satu alternatif pemanfaatan aset pabrik asam sulfat Petrokimia Gresik,” ungkapnya.
Sampai dengan saat ini, manurut Rahmad produk Surfaktan Merah Putih yang akan diproduksi. Bakal menjadi satu-satunya produk lokal, dengan harga jual yang jauh lebih rendah dari harga produk impor. Sehingga sangat potensial untuk dapat berkontribusi dalam peningkatan profit perusahaan.
“Setelah fase uji coba berjalan dengan baik, selanjutnya akan dilakukan scale up unit produksi Surfaktan beserta pembangunan unit produksi bahan baku methyl ester yang didapat dari crude palm oil (CPO) di Gresik.
Dengan demikian dapat menurunkan biaya transportasi bahan baku dan menghasilkan produk Surfaktan yang lebih kompetitif,” papar dia.
“Kerjasama ini merupakan salah satu wujud dan peran bersama dalam membangun kemandirian bangsa, serta dalam rangka mengurangi ketergantungan impor bahan baku dan bahan penolong, salah satunya Surfaktan,” pungkasnya. (Mor)