JAKARTA (IndependensI.com) – Sekretaris Jendral Asosiasi Pemilik Lapangan Golf Indonesia ini bingung menjawabnya kalau ada pejabat di negeri ini menanyakan lapangan golf terbaik di Indonesia ada di mana.
Tapi, Feliks Hariyanto, sebagai Sekjen APLGI, bisa memaklumi bila ada pejabat pemerintah yang mengajukan pertanyaan seperti itu. Karena, menurut Feliks, untuk menentukan mana lapangan golf terbaik yang terdaftar sebagai anggota APLGI, yang berjumlah 62 golf course, bukan pekerjaan yang mudah. Sebab, seperti kita ketahui, setiap lapangan golf memiliki spesifikasi dan tantangan yang berbeda-beda.
“Tapi, kalau saya ditanya, lapangan golf mana di Indonesia yang pernah menjadi tempat berlangsungnya event nasional, regional dan internasional, APLGI punya data lengkapnya,” kata Feliks saat berbincang-bincang dengan IndependensI.com di sela-sela acara buka puasa yang diselenggarakan di sebuah bistro yang berlokasi di Senayan City, Jakarta, Senin (19/6/2017).
Sekjen APLGI yang juga dikenal sebagai GM Padang Golf Modern, Tangerang, Banten, ini, sejak jauh-jauh hari sebelumnya sangat aktif merancang kegiatan acara olahraga golf yang dikaitkan dengan destinasi pariwisata. Meskipun hasilnya tidak atau belum terlalu signifikan, namun Padang Golf Modern cukup dikenal oleh para golfer regular non prestasi (atlet) yang berasal dari luar negeri. Paling tidak, jika mereka akan melakukan “wisata golf” ke Indonesia, Padang Golf Modern menjadi golf course yang masuk ke dalam daftar yang harus mereka kunjungi.
Oleh karena itu Feliks sangat bersyukur – sesuai dengan kapasitasnya sebagai Sekjen APLGI, yang baru dijabatnya kurang-lebih satu tahun yang lalu – setelah ada upaya dari pemerintah untuk terus mempromosikan lapangan-lapangan golf di Indonesia.
”APLGI sangat mendukung upaya pemerintah untuk terus mempromosikan wisata golf di Indonesia ke berbagai negara,” tegasnya.
Berbicara masalah wisata golf di Indonesia sebetulnya sudah sejak dahulu dilakukan. Tapi, diakui atau tidak, pemerintah saat itu belum terlibat atau dilibatkan secara langsung. Justru pribadi lepas pribadi – khususnya orang-orang yang menekuni bisnis pariwisata-lah (Tours & Travel) yang sangat aktif mempromosikan lapangan golf di Indonesia sebagai destinasi.
Baru setelah Jero Wacik menjabat Menparpostel dan juga sebagai Ketua Umum PB PGI, dalam setiap kunjungan ke luar negeri, menteri yang berasal dari Bali itu gencar mempromosikan kebetadaan lapangan golf di Indonesia. Tapi, karena Jero Wacik “jalan sendiri”, usaha yang sangat baik itu kandas di tengah jalan.
Kesadaran bahwa wisata golf adalah sangat potensial sebagai bagian dari perolehan devisa negara mulai menjadi “trending topic” setelah Jimmy Masrin – pencetus turnamen akbar Indonesian Masters – secara kontinu menggelar event akbar tersebut sejak tujuh tahun lalu.
Masyarakat internasional khususnya penggemar olahraga golf yang menyaksikan siaran langsung Indonesian Masters sangat tertarik untuk melakukan wisata golf ke Indonesia setelah event akbar yang diikuti oleh pro ternama tersebut berakhir.
Dan, tingkat kunjungan ke Indonesia, khususnya bagi mereka yang melakukan wisata golf – terutama kunjungan untuk bermain golf di Royal Jakarta Golf Club, yang menjadi venues event Indonesian Masters, pun meningkat sangat tajam.
Dari informasi dan data yang berhasil dihimpun oleh independensi.com, para turis yang datang untuk bermain golf di Indonesia – utamanya yang bermain di lapangan golf Royal Jakarta (akrab disebut dengan Lapangan Halim III) – mengakui bahwa selain lapangannya bagus dengan view yang indah service yang mereka terima pun sangat memuaskan.
Kalau kita bicara wisata golf khususnya di Asean, negara yang telah merasakan betapa nikmatnya devisa dari sektor wisata golf – suka tidak suka – adalah Thailand. Padahal, golf couse di Negeri Gajah tersebut, menurut beberapa golfer yang sering melakukan destinasi ke sana, tidak lebih bagus dengan golf course yang ada di Indonesia.
Tapi, kenapa bisa begitu, karena pemerintah Thailand mau ikut “cawe-cawe” atau peduli. Sehingga, segala aspek kehidupan yang berhubungan dengan olahraga golf di sana saling bersinergi dan tidak berjalan sendiri-sendiri demi kesejahteraan bersama.
Tapi, tidak ada kata terlambat untuk memulai. Tahun ini pemerintah melalui Kementerian Pariwisata sudah melakukan promosi lapangan golf ke beberapa negara. Antara lain ke Korea Selatan dan Jepang. Pemerintah melalui Kementerian Pariwisata juga melibatkan APLGI sebagai nara sumber.
Dan, dalam rangka meningkatkan produk, pelayanan serta pengelolaan, pemerintah mewajibkan program sertifikasi kepada seluruh usaha pariwisata, termasuk lapangan golf. Meskipun kegiatan tersebut agak membingungkan – setidaknya bagi Feliks Hariyanto sebagaimana terungkap dalam obrolan bersama independensi.com dan Golf Asia – APLGI aktif mendorong anggotanya yang terdiri dari 62 lapangan golf untuk segera disertifikasi.
Saat ini sudah ada 5 lapangan golf yang sudah dinyatakan lulus proses sertifikasi. Kelima lapangan golf tersebut adalah, Cengkareng Golf Club (Banten), Royal Sumatra Golf (Sumatera Utara), Permata Sentul Golf (Jawa Barat), Lotuslake Golf Club (Jawa Barat), dan Golf Graha Famili (Jawa Timur).
Kementerian Pariwisata menargetkan 20 juta wisatawan mancanegara akan berkunjung ke Indonesia sepanjang 2019 mendatang dan keberadaan lapangan golf diharapkan dapat menjadi salah satu daya tariknya. (Toto Prawoto)