KUDUS (Independensi.com) – Kreativitas sangat penting di era kemajuan teknologi yang sangat kencang. Bagaimana menanamkan nilai-nilai positif, nilai-nilai budaya pada anak-anak agar tetap mencintai budaya bangsa, termasuk permainan tradisional di daerah masing-masing?
Sejumlah pelajar yang tergabung dalam Komunitas Kudus Mengajar memperkenalkan sejumlah permainan tradisional yang mulai tergusur oleh kemajuan zaman pada acara “car free day” atau sehari tanpa asap kendaraan bermotor di Alun-alun Kudus, Minggu (23/7/2017).
Permainan yang diperkenalkan di antaranya egrang atau jangkungan, dakon, terompah panjang, ular tangga, lompat tali karet dan engklek (permainan tradisional lompat-lompatan pada bidang datar).
Sejumlah pengunjung “car free day” tampak memanfaatkan sejumlah permainan tradisional tersebut yang sudah jarang mereka mainkan.
Teti (40), salah seorang pengunjung “car free day” di Kudus, Minggu (23/7/2017), mengaku waktu kecil sering memainkan permainan ular tangga, namun menginjak usia tua sudah jarang memainkannya.
“Karena kebetulan ada komunitas yang peduli permainan tradisional, saya mencobanya yang kebetulan ukurannya cukup besar sehingga bisa sambil berolah raga pagi,” ujarnya.
Menurut dia, kegiatan tersebut perlu dilanjutkan agar masyarakat, khususnya generasi muda yang dimungkinkan belum kenal permainan tradisional tersebut, karena mereka lebih familiar dengan permainan modern lewat telepon genggam atau gadget.
Ia berharap upaya memperkenalkan permainan tradisional tidak hanya sekali yang memanfaatkan momen hari anak nasional, melainkan dilakukan secara berkelanjutan karena lebih memberikan manfaat dibandingkan permainan modern yang bisa membuat anak kurang bersosialisasi.
Ifa, siswa kelas VI SD mengakui, masih sering memainkan permainan ular tangga dan lompat tali karet.
Hanya saja, lanjut dia, permainan tradisional tersebut hanya bisa dimainkan dengan anggota keluarganya, sedangkan anak seusianya lebih senang bermain permainan modern.
Pengelola Komunitas Kudus Mengajar Brilian Kurniawan mengungkapkan permainan tradisional yang diperkenalkan masyarakat pada acara “car free day” itu memang dalam rangka peringatan Hari Anak Nasional.
“Ternyata sebagian besar pelajar yang mencoba permainan tradisional tersebut tidak mengetahui namanya,” ujar Brilian Kurniawan seperti dikutip Antara.
Brilian menduga, mereka lebih mengenal permainan modern, dibandingkan permainan tradisional.
Atas dasar itu pula, kata Brilian, Komunitas Kudus Mengajar juga akan mempertimbangkan untuk kembali memasyarakatkan permainan tradisional tersebut agar tidak semakin ditinggalkan oleh kemajuan zaman.
Apalagi, lanjut dia, permainan tradisional bisa menumbuhkan sikap gotong royong, kebersamaan dan kepedulian terhadap sesama.
Permainan tradisional tersebut, lanjut dia, tentu berbeda dengan permainan modern yang membuat anak lebih banyak asyik sendiri.
Bahkan, kata Brilian, anak-anak era sekarang lebih senang menghabiskan waktu luangnya dengan bermain gadget sehingga kurang bersosialisasi dengan anak seusianya.