JAKARTA (IndependensI.com) – Transportasi massal di Indonesia jauh tertinggal dibanding negara lain. Hal itu disampaikan Presiden Joko Widodo dalam rapat terbatas tentang kereta berkecepatan tinggi di Jakarta, Selasa (25/7/2017).
“Dalam pembangunan transportasi massal, baik berupa MRT (Mass Rapid Transit), LRT (Light Rapid Transit) dan yang lain-lainnya kita harus berani mengejar ketertinggalan itu. Kita juga harus berpikir jauh ke depan karena teknologi transportasi saat ini sangat berkembang dengan cepatnya,” kata Jokowi seperti dikutip kantor berita Antara.
“Saya ingin mengingatkan lagi bahwa dalam hal pembangunan dan pelayanan transportasi massal, terutama di kawasan perkotaan dan juga antarkota. Kita harus menyadari bahwa kita jauh tertinggal dibandingkan negara-negara yang lain,” ungkap Presiden.
Menurut Presiden, saat Indonesia baru bicara soal kereta berkecepatan tinggi, ternyata negara lain sudah bicara hyperloop (konsep transportasi supercepat dengan jalur khusus berupa pipa raksasa dan kapsul berpenggerak kompresor).
“Oleh sebab itu kita jangan kehilangan momentum dan terkait dengan high speed train kita sudah bahas dalam beberapa kali pertemuan dan pada sore hari ini saya ingin mendengar laporan mengenai perkembangan di lapangan, baik untuk yang Jakarta-Bandung maupun juga untuk rencana Jakarta-Surabaya,” tambah Presiden.
Proyek kereta cepat Jakarta-Bandung berjarak 148 kilometer sudah ditetapkan sejak 2015 lalu. Proyek itu sudah mendapat pendanaan tahap pertama senilai US$1 miliar atau Rp13 triliun.
Saat ini baru dalam tahap pembebasan lahan di kawasan Halim, Jakarta Timur. Kontraktor dalam proyek ini adalah konsorsium PT Kereta Cepat Indonesia China (KCIC).
Sedangkan kereta cepat Jakarta-Surabaya masih dikaji oleh Badan Pengkajian dan Penerapan Teknologi (BPPT) dan pihak Jepang yaitu JICA. Presiden Joko Widodo dan sejumlah menteri juga sudah beberapa kali terbang ke Jepang untuk menindaklanjuti proyek ini.