ISLAMABAD (IndependensI.com) – Pakistan merayakan 70 tahun kemerdekaan dari India, Senin (14/8/2017). Serangan teroris beberapa hari sebelumnya tidak mengganggu kemeriahan perayaan.
Rangkaian acara dimulai sejak tengah malam dengan pertunjukan kembang api di beberapa kota besar. Di perlintasan Wagah, perbatasan dengan India, Panglima Angkatan Bersenjata Jenderal Qamar Javed Bajwa mengibarkan bendera kebangsaan berukuran besar. Bendera itu dikibarkan di tiang setinggi 122 meter. Pengibaran bendera disambut sorakan patriotik dari hadirin.
Bajwa mengatakan selama 70 tahun menjadi bangsa yang merdeka Pakistan telah mencapai banyak kemajuan. Dia bertekad “mengejar setiap teroris di Pakistan”.
“Kita melakukan beberapa kekeliruan di masa lalu. Tapi kita sudah berada di jalan untuk membangun berdasarkan panduan konstitusi,” ujarnya.
Bom berdaya ledak kuat menghantam sebuah kendaraan militer di Provinsi Balochistan, Sabtu (12/8/2017) malam. Serangan itu menewaskan setidaknya 14 orang termasuk beberapa orang tentara.
Pihak militer kemudian mengatakan bahwa serangan, yang diakui oleh ISIS itu, bertujuan mengganggu perayaan hari kemerdekaan.
Pakistan juga menghadapi sengketa politik baru setelah Mahkamah Agung bulan lalu memecat Perdana Menteri Nawaz Sharif. Keputusan itu diambil menyusul dugaan korupsi yang dilakukan anggota keluarga Sharif.
Di Islamabad, pengganti Sharif yaitu Shahid Khaqan Abbasi, memeriksa pasukan diiringi sejumlah jenderal papan atas Pakistan. Upacara, yang juga dihadiri perwakilan negara sahabat, ditandai dengan 31 kali tembakan ke udara dan pengibaran bendera.
Militer Pakistan unjuk kekuatan dengan menggelar pawai dirgantara terbersar sepanjang sejarah negeri itu. Jet tempur dan pesawat pengebom Angkatan Udara Pakistan terbang melintas di atas lapangan upacara.
Terpisah oleh Agama
Pada Agustus 1947, penguasa India yang diakui Inggris membagi anak benua Asia itu menjadi dua negara berbeda berdasarkan agama mayoritasnya. India untuk orang Hindu dan Pakistan untuk orang Islam.
Jutaan orang tercabut dari tanah kelahirannya karena pemisahan tersebut. Peristiwa ini kemudian menjadi salah satu migrasi massal terbesar sepanjang sejarah. Ahli sejarah memperkirakan setidaknya satu juta orang tewas akibat kerusuhan massal yang dipicu oleh pemisahan.