TANGERANG (IndependensI.com) – Bermain sangat konsisten sejak ronde pertama akhirnya Masaru Takahashi (30) keluar sebagai juara Ciputra Golfpreneur Tournament – Asian Development Tour 2017, yang berlangsung di Damai Indah Golf – BSD Course, Tangerang, Banten pada 23-26 Agustus 2017. Sebagai juara, Takahashi-san berhak atas hadiah utama US$19.250 dari total hadiah US$110.000.
Takahashi-san juga pantang menyerah dalam menghadapi berbagai kemungkinan yang bakal terjadi. Pasalnya, di group 14 yang start pada pukul 07.55 WIB, di mana dalam group ini terdapat nama pro asal Singapura Quincy Quek, Masaru Takahashi dan Michael O’Toole dari Amerika Serikat yang telah lebih dulu finish. Sebagaimana diketahui, Masaru Takahashi membukukan skor 269 pukulan (69-66-70-64) atau 19 under. Akan tetapi pro asal Jepang tersebut merasa bahwa posisinya masih belum aman.
Kenapa? Karena, di group 18 (start pukul 08.35 WIB) atau group terakhir yang dihuni oleh Tirawat Kaewsiribandit (Thailand), Blake Snyder (USA), dan Mardan Mamat (Singapura) yang memimpin klasemen sementara sejak ronde ketiga, belum menyelesaikan permainan mereka.
Melihat fakta yang terjadi di lapangan memang tidak sedikit penonton yang mengikuti permainan para pro yang bergabung di grup 18 – terutama kinerja Mardan Mamat – memprediksi bahwa juara Ciputra Golfpreneur Tournament – Asian Development Tour 2017 presented by Panasonic bukan tidak mungkin akan ditentukan melalui play-off Mardan versus Takahashi.
Apalagi saat Mardan Mamat segera bisa merecovery permainnya dan kembali berada di jalur juara setelah dia membukukan total skor 18-under di hole 17.
Oleh karena itu menjadi sangat wajar bila Takahashi-san – begitu selesai mengkhiri permainannya di hole 18 dengan skor 19-under – langsung berlatih di area putting green yang terletak di depan club house, setelah selesai melakukan verifikasi skor akhir yang dibukukannya.
Sementara, Mardan Mamat, yang di atas kertas dijagokan bakal keluar sebagai juara, saat mukul bola dari black tee 18 (par #5) yang berjarak 490 meter, bolanya jatuh di tepi fairway yang sejajar dengan bunker.
Pukulan dari black tee 18 par#5 itu membawa Mardan Mamat ke dalam situasi yang membuat para penggemarnya di Indonesia deg-degan. Mereka berharap agar pada pukulan berikutnya (second shot) pro asal Singapura itu bolanya bisa langsung on the green di hole 18 – seperti yang dilakukannya pada hole-hole sebelumnya terutama di par #4 dan par #5.
Tapi harapan para penggemarnya tidak terwujud menjadi kenyataan. Sebab, saat melakukan second shot, bolanya tidak langsung on the green, tapi jatuh di bunker yang ada di lingkar-luar green hole 18, yang ketebalan pasirnya disetting demikian rupa berkaitan dengan Ciputra Golfpreneur Tournament – Asian Development Tour 2017 presented by Panasonic.
Dan, benar adanya. Pada pukulan ketiga – saat Mardan Mamat mengeluarkan bola dari bunker – bolanya masih jauh dari sasaran (hole).
Pro asal Singapura itu tampak sangat kecewa. Dia memukul-mukulkan stick-nya ke hamparan pasir yang tadi “membenamkan” bolanya. Tapi, setelah itu, dia merapikan kembali hamparan pasir tersebut dengan stick dan ujung sepatu yang dikenakannya.
Sementara di area putting green yang berada di depan club house, Masaru Takahashi seolah tak peduli dengan “histeria” publik golf yang hadir menyaksikan aksi Mardan Mamat di hole 18 Damai Indah Golf – BSD Course yang menjadi venues Ciputra Golfpreneur Tournament – Asian Development Tour 2017 presented by Panasonic.
Pro asal Jepang tersebut justru semakin terbenam dalam “ritual” memasukkan bola di area putting green tersebut – berjaga-jaga siapa tahu akan terjadi play-off!
Moment tersebut sungguh bertolak belakang dengan kejadian yang terjadi di green 18 — di mana Mardan Mamat gagal melakukan birdie putt. Diduga akibat terlalu keras saat memukul bola sehingga bola yang dia pukul hanya sempat menyentuh “bibir” hole 18. Karena pro dari Singapura itu gagal memasukkan bola ke dalam hole, dan hanya membukukan par, maka play off yang diharapkan pun tidak menjadi kenyataan.
Tapi, terlepas dari kegagalan Mardan Mamat mencetak birdie pada detik-detik yang sangat kritis dan menegangkan tersebut, yang jelas Masaru Takahashi pun tetap mengasah kemampuannya di area putting green untuk mengantisipasi berbagai kemungkinan yang akan terjadi.
“Terima kasih… terima kasih,” jawab Takahashi-san – dengan Bahasa Indonesia yang terbata-bata sambil membungkukkan badan seperti orang Jepang pada umumnya – ketika beberapa orang penonton dan wartawan menyalaminya dan memberi ucapan selamat.
Ciputra Golfpreneur Tournament – Asian Development Tour 2017 presented by Panasonic diikuti 140 pegolf yang di antaranya adalah pegolf amatir.
Seperti tahun-tahun sebelumnya, Asian Development Tour (ADT) akan memberikan poin Official World Golf Ranking (OWGR) kepada pemenangnya sebanyak 6 poin dan enam pemain teratas lainnya sesuai dengan ranking yang mereka miliki.
Sepanjang sejarah sejak ADT dilounching, belum pernah ada pro Indonesia yang menjuarai event tersebut.
Meskipun begitu, pemain terbaik Indonesia yang tampil dalam event tersebut, mendapat undangan untuk tampil dalam event Japan Open tahun depan.
Danny Masrin, pemain pro terbaik Indonesia dalam Ciputra Golfpreneur Tournament – Asian Development Tour 2017 presented by Panasonic, yang membukukan skor 297 pukulan (70-71-68-68) atau 11 under, untuk kedua kalinya akan tampil di Japan Open.
Event yang berlangsung di Damai Indah Golf – BSD Course pada 23-26 Agustus 2017 sempat memunculkan kejutan ketika ronde pertama dan kedua pro dari Afrika Selatan, Mathiam Keyser, leading dengan skor 13-under.
Namun, ketatnya persaingan membuat pro asal Afrika Selatan itu gagal mempertahankan sekaligus menambah deposit pukulan yang dia bukukan.
Bahkan, pada ronde ketiga, ketika 53 pemain lolos cut (satu di antaranya pegolf amatir) Keyser melorot tajam permainannya dengan membukukan 78 pukulan.
Sementara, dari 8 pegolf tuan rumah yang terdiri dari tujuh pemain pro (Ian Andrew, Danny Masrin, Rinaldi, Ditya Novianto, Rory Hie, Clement Kurniawan, Fajar Nur Wiyanto) dan satu orang pegolf amatir (Rizchy Subekti), hanya satu orang yang berhasil. Dia adalah Rizchy Subekti yang berhasil merebut gelar juara Lowest Amateur.
Pegolf amatir dari Pengprov PGI Sumatera Selatan itu membukukan skor 290 pukulan (71-70-72-77) atau 2 over. Prestasi yang ditorehkan Rizchy dalam event kali ini merupakan gelar juara yang baru untuk pertama kalinya dia peroleh sepanjang karirnya sebagai pegolf.
Sudah pasti Lowest Amateur yang dia peroleh di event pro bertajuk Ciputra Golfpreneur Tournament – Asian Development Tour 2017 presented by Panasonic adalah gelar yang sangat bersejarah.
“Seumur-umur saya menjadi pegolf, baru sekarang wajah saya nongol di televisi he, he, he…,” katanya diiringi tawa.
Bahkan begitu lamanya Rizchy menekuni golf sebagai olahraga prestasi dan tidak pernah mendapat trofi, pegolf amatir andalan Pengprov PGI Sumatera Selatan mengaku sempat grogi dan gugup saat diwawancarai wartawan. (Toto Prawoto)