JAKARTA (IndependensI.com) – Partai Komunis China melaksanakan kongres lima tahunannya mulai Rabu (18/10/2017) ini. Para petinggi partai diperkirakan merestui perpanjangan kepemimpinan Presidne Xi Jinping.
Xi memasuki ruang sidang di Balai Besar Rakyat, Beijing, didampingi dua pendahulunya, Hu Jintao dan Jiang Zemin. Dia memaparkan visinya untuk lima tahun ke depan sekaligus mempertahankan posisinya sebagai sekretaris jenderal partai.
Terkait penyelenggaraan kongres yang akan berlangsung selama sepekan, pemerintah China memperketat keamanan di ibu kota. Orang-orang yang mengenakan pita merah bertuliskan “keamanan sukarela” disebar ke berbagai penjuru kota. Tempat karaoke ditutup dan toko alat dapur daring menghentikan sementara penjualan pisau.
Xi dijadwalkan memberikan pidatonya hari ini. Pemimpin berusia 64 tahun itu akan berusaha meningkatkan dukungan dari para petinggi partai.
Juru bicara partai, Tuo Zhen, mengatakan PKC akan mengeluarkan “visi dan pemikiran baru” untuk pemerintahannya. Namun dia tidak menyebut apakah nama Xi disebut secara khusus.
Keberhasilan Xi mengantar China menjadi negara dengan perekonomian terbesar kedua dunia akan menempatkannya di jajaran elite pemimpin negeri itu. Penghargaan seperti ini hanya diberikan kepada pemimpin dengan pencapaian luar biasa seperti pendiri Republik Rakyat China, Mao Zedong, dan bapak reformasi ekonomi, Deng Xiaoping.
Xi sudah dipandang sebagai pemimpin terkuat China sejak Deng atau bahkan Mao. Dia bisa menggunakan kongres ini untuk meletakkan fondasi yang akan mempertahankannya di puncak kekuasaan, lebih dari periode normal 10 tahun.
Hal itu akan mematahkan limit tak tertulis yang diterima oleh pendahulunya, Jiang dan Hu. Xi juga bisa mengakhiri era “kepemimpinan kolektif” yang bertujuan mencegah munculnya kembali penguasa dominan seperti Mao.
“Xi berhasil menyatukan kekuatan. Hal itu terlihat jelas,” kata Jean-Pierre Cabestan, pengamat China di Hong Kong Baptist University.
Lawan-lawan politik Xi sudah disapu bersih lewat perang melawan korupsi. Selama lima tahun terakhir, sekitar 1,3 juta pejabat PKC dihukum dengan tuduhan korupsi. Tuo mengingatkan bahwa penguatan pemerintah bisa menjadi “perjalanan tanpa akhir”.
Di level global, Xi juga disegani. Dia terus meremajakan militer China dan tidak takut menghadapi ancaman militer asing. Dia berani menegaskan klaim China atas wilayah yang dipersengketakan dan menggunakan kekuatan ekonomi negeri itu untuk menancapkan pengaruhnya di Asia dan sekitarnya.
Xi menggunakan jubah globalisasi untuk menantang Presiden AS Donald Trump yang mengusung slogan “America First”.
Tak Ada Lawan
Xi dan Perdana Menteri Li Keqiang sepertinya tinggal menunggu restu dari kongres yang akan berlangsung hingga Selasa (24/10/2017). Kongres akan memilih anggota papan atas baru, termasuk Politburo.
Xi dan Li kemungkinan tetap berada di Politburo, sementara lima anggota lainnya harus mundur karena sudah memasuki usia pensiun informal 68 tahun.
Tapi Xi kemungkinan akan melobi partai untuk mempertahankan orang kepercayaannya, Wang Qishan, yang sudah berusia 69 tahun. Jika bisa, kebijakan itu akan menjadi preseden buat Xi untuk terus berkuasa melewati usia pensiunnya pada 2022.
“Jika Xi memperlihatkan niat untuk memimpin lebih dari 10 tahun, era Mao akan terulang kembali. Hal itu justru akan merusak citra Xi dan membuat legitimasinya dipertanyakan,” kata Simone van Nieuwenhuizen, peneliti yang tinggal di Sydney dan ikut menulis “China and the New Maoists”.
Di atas kertas, Xi praktis tidak punya lawan. Salah satu kandidat pengganti di luar lingkaran Xi, Sun Zhengcai, didepak dari partai pada September lalu dengan tuduhan korupsi.
Chen Miner, salah satu orang kepercayaan Xi yang menggantikan Sun sebagai ketua partai wilayah Chongqing, kini mencuat sebagai salah satu calon pemimpin.
“Pertanyaannya adalah apa yang akan dilakukan Xi setelah mengamankan kepemimpinan absolut usai kongres ke-19 ini,” kata Hu Xingdou, pakar ilmu pemerintahan China di Institut Teknologi Beijing.
“Jika dia bisa memimpin modernisasi China, membangun sistem pemerintahan modern, menghindari siklus perdamaian dna pemberontakan dalam 2.000 tahun sejarah China, barulah kita bisa bilang dia lebih besar dari Mao,” kata Hu.