JAKARTA (Independensi.com) – Staf Khusus Wakil Presiden Bidang Infrastruktur dan Investasi Muhammad Abduh (kanan), Direktur Eksekutif IPC Hoang Thi Lien (kedua kanan), Staf Ahli Menteri Perdagangan Bidang Hubungan Internasional Dody Edward (tengah), Petani lada asal Kabupaten Luwu Timur Baharuddin (kedua kiri) dan Bupati Luwu Timur Propinsi Sulawesi Selatan Muh.Thoriq Husler (kiri) saat penyerahan Penghargaan Best Farmer IPC Awards 2016 dan diumumkan Indonesia sebagai pemenang kategori Best Farmer IPC 2016 mengalahkan Vietnam, India, Sri Lanka, Malaysia di Kantor Kementerian Perdagangan, Jakarta, Senin (13/11/2017). Petani asal Kab. Luwu Sulawesi Selatan H. Baharuddin adalah perwakilan dari Indonesia yang dinobatkan sebagai petani lada terbaik dalam penghargaan Internasional Pepper Comunity (IPC) 2017 yang telah digelar di Sri Lanka, beberapa waktu lalu.
Baharuddin mengaku dapat memproduksi lada jenis malonan sebanyak 9-10 ton per hektare per tahun. Jumlah itu jauh melebihi produksi para petani lain yang rata-rata hanya mampu menghasilkan dua ton lada per hektare.
Ada dua kunci utama yang membuat produktifitas lahan ladanya sangat tinggi. Pertama, kayu yang digunakan sebagai tiang rambat bagi tanaman lada memiliki ketinggian 4-5 meter. Lebih tinggi dari petani-petani lain yang hanya menggunakan tiang dengan panjang maksimal dua meter. kata Baharuddin.
Kedua, Baharuddin menanam pohon-pohon ladanya dengan jarak 2,5 meter antarpohon. Lebih lebar dari yang biasa petani lain lakukan, yakni hanya dua meter. Ia sendiri mengaku baru setahun belakangan menerapkan pola tanam seperti itu. “Saat mulai menekuni ini, kami langsung dapat hasil sampai 10 ton per hektare,” dan hasil panen tersebut langsung di jual ke eksportir untuk dijual ke negara-negara pengimpor lada, ujarnya.
Saat ini, Indonesia tercatat sebagai produsen lada nomor dua di dunia setelah Vietnam dengan produksi 82 ribu ton lada per tahun. Provinsi yang menjadi sentra penghasil lada terbesar yakni Bangka Belitung, Lampung dan Sulawesi Selatan. (tyo)