JAKARTA (IndependensI.com) – Harga minyak dunia di bursa New York naik ke titik tertingginya dalam dua setengah tahun terakhir. Pada perdagangan Selasa (26/12/2017), harganya mencapai US$60 per barrel.
Harga rujukan kontrak AS, West Texas Intermediate, untuk pengiriman Februari 2018 naik US$1,50 ke US$59,97 per barel. Sebelumnya, harga minyak sempat menyentuh US$60 per barel untuk pertama kalinya sejak Juni 2015.
Kenaikan harga ini disebabkan adanya kecemasan tentang kurangnya pasokan minyak dunia menyusul terjadinya ledakan pipa minyak di Libia. Di sisi lain, permintaan diperkirakan meningkat karena cuaca dingin di AS.
Minyak mentah Brent North Sea untuk pengiriman Februari 2018 naik US$1,77 menjadi US&67,02 per barel. Harga itu baru kali ini tercapai sejak pertengahan 2015.
Phil Flynn, dari Price Futures Group di Chicago, mengatakan ada bebarapa faktor lain yang menggerek harga minyak ke atas. Salah satunya adalah kejadian di Libia.
Ledakan pipa minyak menuju terminal ekspor Al-Sidra bakal mengurangi pengiriman minyak dari Libia. Natonal Oil Company (NOC) memperkirakan penurunannya sebesar 70.000 hingga 100.000 barrel per hari.
“NOC masih terus menyelidiki penyebab ledakan” di utara kota Marada, kata perusahaan itu dalam pernyataannya.
Turunnya ekspor minyak dari Libia meningkatkan ancaman terjadinya kekurangan pasokan di Eropa. Selama beberapa pekan terakhir, aliran minyak ke benua itu terganggu oleh adanya retakan di pipa yang terbentang di Laut Utara.
Kurangnya pasokan dibarengi tingginya permintaan akibat cuaca dingin yang membekap Amerika. Flynn mengatakan kondisi cuaca itu mendorong naiknya konsumsi minyak dan gas alam untuk menyalakan pemanas.
Suhu udara di New York diperkirakan terus membeku hingga beberapa hari ke depan. Suhu udara di bawah nol derajat Celcius juga terjadi di Chicago.
Faktor lain yang menggerek harga minyak dunia adalah keputusan OPEC yang sepakat memperpanjang pembatasan produksi minyak hingga 2018.
Pejabat Arab Saudi memproyeksikan surplus anggaran untuk pertama kalinya dalam satu dasawarsa terakhir dari kenaikan harga minyak, kata laporan Bloomberg News yang mengutip sumber anonim.