Membidik Emas Asian Games

Loading

Oleh: Abel Dally

JAKARTA (IndependensI.com) – Perhelatan Asian Games 2018, hanya tinggal menunggu waktu. Sekitar tujuh bulan menuju Asian Games berlangsung di Jakarta dan Palembang, sejumlah vanue dan ruas jalan ibu kota terus berbenah. Walau belum semarak, sejumlah fasilitas publik memang sudah menambahkan atribut Asian Games yang bertema “Energy of Asia” itu.

Abel Dally

Di tengah persiapan tersebut, target medali yang cukup tinggi dibebankan kepada sejumlah atlet tanah air yang akan berlaga dalam ajang itu. Indonesia menetapkan 15 medali emas sebagai targetnya. Walaupun hanya berskala Asia, namun sejumlah negara raskasa di dunia olahraga justru berada di Asia seperti China atau Jepang.

Tanpa mengecilkan cabang lain, bulutangkis rasanya menjadi salah satu cabang olahraga yang paling mungkin diandalkan untuk mendulang emas. Hal ini mengingat prestasi cabang ini yang memang mendunia dan masih cukup konsisten hingga akhir tahun 2017 kemarin.

Bulutangkis sebagai cabang andalan untuk mendapatkan medali, dibebankan memberikan dua medali emas. Harapan terbesar memang kini dibebankan kepada “The Minions” Kevin Sanjaya Sukomuljo/Marcus Gideon Fernaldi. Pasangan nomor satu dunia yang telah mengoleksi tujuh gelar super series sepanjang tahun 2017 saja.

Namun jalan Kevin/Gideon bukan berarti akan mulus-mulus saja. Tantangan terberat akan datang dari dua negara raksasa di cabang bulutangkis. China setidaknya memiliki dua pasangan ganda putra yang juga kerap kali menjadi batu sandungan. Sang juara dunia 2017 Zhang Nan/Liu Cheng dan duo menara Liu Yuchen/Li Jinhui.

Marcus Gideon dan Kevin Sanjaya

Pasangan lain yang menjadi ancama yaitu pasangan Jepang Takeshi Kamura/ Keigo Sonoda. Dalam perebutan juara Grup di Dubai Super Series Finals, keduanya sempat mecuri kemenangan straight set dari Kevin/Gideon. Sehingga pasangan ini perlu mendapat perhatian khusus, jika tidak ingin emas ganda putra lepas dari genggaman.

Andalan untuk mendapatkan medali emas dari cabang bulutangkis, tentu saja dibebankan kepada pasangan lawas sang Juara Olimpiade Rio 2016 dan juara dunia empat kali, Tontowi Ahmad/ Liliyana Natsir. Namun keduanya tengah dibayang-bayangi cidera, jika tidak ingin memandang sejumlah pasangan kuat yang tengah muncul kini. Mulai dari pasangan China Zheng Siwei/Huang Yaqiong atau pasangan Hongkong Tang Chung Man/ Tse Ying Tsuet yang baru saja menjadi finalis Super Series Finals 2017.

Satu pasangan lain yang mungkin juga diandalkan adalah pasangan junior-senior Greysia Polii/ Apriani Rahayu. Pasangan yang baru dipasangkan sekitar satu tahun ini, mulai memporak-porandakan nomor ganda putri. Dalam kurun waktu yang singkat, mereka sudah berhasil masuk ke jajaran Top 10 BWF ranking.

Disamping ketiga pasangan ini, memang nomor tunggal rasanya agak miris. Di tunggal putra sebenarnya, Indonesia memiliki tiga singular muda, Jonathan Christie, Anthony Ginting Sinisuka dan Ikhsan Maulana Mustofa. Walau Jojo (sapaan akrab Jonathan) dan Ginting sempat mencuri satu podium Super Series pada tahun 2017, namun prestasi ketiganya masih belum bisa dikatakan stabil. Jika tidak ingin dikatakan mengerikan.

Nomor terakhir, tunggal putri. Nomor ini, jangan anda tanya. Setelah nama Adrianti Firdasari atau Lindaweni Fanetri mundur, seolah Indonesia tidak memiliki pemain di nomor ini. Fitriani, Hanna Ramadhini atau Gregoria Mariska Tunjung masih sulit mencuri kemenangan dari PV Sindhu, Akane Yamaguchi, Tai Tzu Ying, Nozomi Okuhara. Bahkan mencuri kemenangan dari para pemain Malaysia atau Vietnam pun kini, begitu sulit.

Praktis, untuk mendapatkan medali emas hanya ada di pundak Kevin/Gideon dan Owi/Butet (Tontowi/Lyliana). Kita tentu berharap keduanya dapat mempersembahkan medali emas. Sehingga Kevin/Gideon dapat membuktikan dirinya baik di dunia maupun Asia, dan Lyliana dapat menutup kariernya dengan manis. (*)

Penulis adalah Pengajar Sport Journalism Kalbis Institute