Pendiri Partai Hanura yang juga Menko Polhukam Wiranto (kiri) Ketua Umum Partai Hanura Oesman Sapta Odang/OSO (tengah) dan Kader Hanura I Gede Pasek Suardika (kanan)

Menunggu Akhir Drama Pecat-Memecat di Partai Hanura

Loading

IndependensI.com – Partai Hati Nurani Rakyat (Hanura) dilanda prahara berupa kisruh internal. Pasalnya terjadi pertikaian antara kubu Ketua Umum Partai Hanura Osman Sapta Odang (OSO) dengan kubu Sekjen Hanura Syarifudin Sudding.

Syarifudin Sudding adalah tangan kanan Ketua Dewan Pembina Hanura Wiranto. Di samping itu Syarifudin Sudding juga didukung oleh para sesepuh Hanura seperti Subagyo HS dan Wakil Ketua Dewan Pembina Moeldoko.

Sementara OSO hanya didukung oleh anggota-anggota baru seperti Herry lontung dan sejumlah mantan anggota Partai Demokrat yang bergabung ke Hanura Gede Pasek Suardika dan Mirwan Amir.

Sekjen Hanura Syarifudin Sudding bersama para loyalis Wiranto melakukan pemecatan atau mosi tidak percaya terhadap OSO karena diduga mengumpulkan pundi-pundi dengan menetapkan besarnya uang mahar kepada para calon kepala daerah yang akan diusung Hanura dalam Pilkada 2018. Para calon kepala daerah baik di tingkat provinsi dan kabupaten/kota harus membayar mahar politik untuk mendapatkan surat rekomendasi dari Hanura.

Hal ini bisa dipahami karena OSO tentu telah berinvestasi besar pada saat ia terpilih menjadi ketua umum Hanura menggantikan Wiranto. OSO tentu ingin segera mengembalikan modal setelah mengeluarkan investasi dalam jumlah besar. Cara yang dilakukan OSO adalah memperdagangkan surat rekomendasi Partai Hanura kepada para calon gubernur-wakil gubernur maupun calon bupati/wali kota-wakil bupati/wali kota.

Partai politik adalah lahan yang subur dalam rangka politik transaksional. Ada uang ada dukungan, tak ada mahar maka tak ada rekomendasi begitulah cara berfikir OSO yang sangat pragmatis. Partai-partai politik berlomba-lomba mengumpulkan uang mahar karena pada tahun depan akan dilakukan pemilu di tingkat eksekutif maupun legislatif.

Dampaknya setiap partai politik terutama ketua umum dan sekjen berlomba-lomba mengumpulkan pundi-pundi dengan cara melakukan pemerasan atau memasang tarif tertentu dengan memperdagangkan surat rekomendasi.

Kisruh internal di tubuh Hanura dipahami dalam situasi seperti ini. OSO ingin mengumpulkan uang yang sebesar-besarnya dalam rangka memperkuat Hanura dan meningkatkan posisi tawarnya sebagai ketua umum partai. Harapannya ia bisa meraih kesuksesan dalam pemilu 2019 dan syukur-syukur bisa meningkatkan posisi tawarnya menjelang perhelatan pemilu 2019.

Wiranto sebagai “pemegang saham terbesar” Hanura tentu tidak membiarkan hal ini terjadi. Oleh karena itu ia mendorong dari belakang agar Syarifudin Sudding dan pengurus lainnya memecat OSO atas tindakannya yang “aji mumpung”.

OSO tidak mau mengalah dan melakukan perlawanan dengan cara memecat balik Syarifudin Sudding. Tangan kanan Wiranto ini digantikan Herry Lontung. “Pemecatan Syarifudin Sudding dilakukan karena tidak disiplin organisasi, itu saja, yang lain-lainnya tidak usah diceritain di sini,” kata OSO.

OSO Pecat Syarifudin Sudding, Orang Kepercayaan Wiranto

Menarik dicermati sampai dimana drama prahara internal di Hanura ini akan berakhir. Tindakan pecat memecat ini semakin menarik disaksikan karena terjadi setahun menjelang pemilu.

Banyak spekulasi yang muncul, akankah Wiranto selaku Ketua Dewan Pembina akan membentuk Majelis Penyelamat Partai Hanura bersama para jenderal-jenderal purnawirawan yang menjadi sesepuh Hanura ?

Publik juga ingin menunggu sejauh mana kepiawaian OSO dalam menghadapi serangan balik para jenderal-jenderal purnawirawan yang menjadi dedengkot atau tulang punggung Hanura. (Sigit Wibowo)