JAKARTA (Independensi.com) – Nilai tukar rupiah yang ditransaksikan antarbank di Jakarta, Selasa (30/1/2018) pagi, bergerak melemah sebesar 11 poin menjadi Rp13.377 dibandingkan sebelumnya pada posisi Rp13.366 per dolar Amerika Serikat (AS).
Analis Monex Investindo Futures Putu Agus di Jakarta, Selasa mengatakan bahwa dolar AS cenderung mulai menguat menyusul sebagian pelaku pasar uang melakukan aksi ambil untung terhadap mata uang negara berkembang yang telah menguat sebelumnya, termaasuk rupiah.
Putu Agus menambahkan bahwa perhatian sebagian pelaku pasar uang juga mulai beralih ke rapat kebijakan moneter Bank Sentral AS atau The Fed dalam pertemuan Komite Pasar Terbuka Federal (FOMC) pada pekan ini.
“Investor menantikan kebijakan moneter The Fed di masa jabatan Janet Yellen, selanjutnya akan digantikan oleh Jerome Powell pada awal Februari nanti. Yellen diperkirakan akan kembali menunjukkan sikap optimis suku bunga akan naik sebanyak tiga kali di tahun ini. Kondisi itu akan mendorong dolar AS menguat,” katanya.
Selain itu, lanjut dia, tertahannya pergerakan harga minyak mentah dunia juga turut mempengaruhi pergerakan mata uang berbasis komoditaas, seperti rupiah.
Terpantau, harga minyak mentah jenis WTI Crude pada Selasa (30/1) pagi ini turun 0,59 persen menjadi 65,17 dolar AS per barel. Sementara minyak mentah jenis Brent Crude melemah 0,39 persen ke 69,19 dolar AS per barel.
Sementara itu,ekonom Samuel Sekuritas Ahmad Mikail menambahkan bahwa dolar AS menguat seiring antisipasi investor terhadat rapat FOMC pekan ini kemungkinan akan menaikan tingkat suku bunga acuan AS.
“Hal tersebut menjadi faktor yang mendorong kenaikan dolar AS,” kata Ahmad mikail. (ant/eff)