JAKARTA (IndependensI.com) – Panitia penyelenggara Asian Games 2018 (INASGOC) optimistis negosiasi dengan Federasi Angkat Besi Dunia (WKF) berjalan sukses sehingga angkat besi kelas 62 kg tetap dipertandingkan pada kejuaraan empat tahunan di Jakarta-Palembang itu.
Deputi 1 INASGOC Harry Warganegara seperti dikutip Antara, Kamis (22/2) mengatakan, untuk melakukan negosiasi ini pihaknya meminta Komite Olimpiade Indonesia (KOI) untuk melaksanakan tugas tersebut mengingat masalah ini cukup krusial terkait target Indonesia di Asian Games 2018. “KOI yang melakukan negosiasi dengan AWF. Kami optimistis negosiasi akan sukses dan menguntungkan bagi Indonesia,” katanya.
Federasi Angkat Besi Asia atau WKF dalam suratnya tertanggal 11 Februari menyatakan jika berdasarkan keputusan Komite Teknis AWF dan angota Badan Teknis AWF mayoritas memilih untuk menghapus kelas 62 kg di Asian Games ke-18. Dengan kondisi tersebut, tuan rumah Indonesia jelas sangat dirugikan dengan keputusan dari Federasi Angkat Besi itu karena kelas tersebut adalah andalan Indonesia untuk meraih medali melalui Eko Yuli Irawan.
“Proses negosiasi sedang berjalan. Kami berharap semuanya berjalan dengan lancar sehingga tidak mempengaruhi target kita di Asian Games,” katanya menambahkan. Cabang angkat besi merupakan tulang punggung Indonesia untuk meraih medali di Asian Games 2018 disamping cabang olahraga langganan medali yaitu bulu tangkis. Apalagi level atlet Indonesia untuk cabang ini sudah olimpiade.
Harapan kelas 62 kg tetap dipertandingan pada kejuaraan empat tahunan itu disampaikan oleh Kepala Bidang Pembinaan dan Prestasi PB PABBSI Alamsyah Wijaya. Menurut dia, tidak hanya Indonesia yang dirugikan karena banyak negara yang terdampak masalah ini. “Kelas 62 kg adalah kelas yang populer di angkat besi. Negara lain juga akan dirugikan jika kelas ini tidak dipertandingkan,” kata pria yang juga mantan atlet angkat besi itu.
Upaya untuk mempertahankan kelas 62 kg tidak hanya dilakukan INASGOC dan KOI. Pemerintah melalui Kementerian Pemuda dan Olahraga (Kemenpora) juga berjuang yang salah satunya mengirimkan surat ke Presiden OCA Sheikh Ahmad Al-Fahad Al-Sabah. Surat tertanggal 22 Februari itu ditandatangani Menpora Imam Nahrawi.