BALI (Independensi.com) – Pemerintah Kota Denpasar, Bali, menyelenggarakan ritual “Tawur Balik Sumpah Tilem Kesanga” di Lapangan Puputan Badung I Gusti Made Agung Jumat (16/3/2018) sebagai rangkaian perayaan Hari Suci Nyepi.
Upacara Tawur Balik Sumpah tersebut dihadiri Plt. Walikota Denpasar I Gusti Ngurah Jaya Negara, Danrem 163 WirasatyaKolonel Arh. I Gede Widiyana, S.H dan Sekda Kota Denpasar AAN Rai Iswara beserta masyarakat yang hadir. Upacara diawali dengan penampilan tari Baris Poleng kemudian dilanjutkan tari rejang dewa dan rejang renteng yang dibawakan oleh ibu-ibu PKK dan Dharma Wanita Persatuan Kota Denpasar serta WHDI Kota Denpasar.
Panitia upacara Cok Putra Wisnu Wardana disela-sela upacara mengatakan “Tawur Balik Sumpah Agung” tahun ini tidak jauh berbeda dengan tahun sebelumnya sarana upacara ritual yang digunakan.
“Hanya saja, tahun ini pelaksanaannya dirangkaikan dengan `Ngarga Tirta Saraswati`. Hal ini karena pelaksanaan Hari Suci Nyepi Tahun Baru Saka 1940 bertepatan dengan perayaan Hari Suci Saraswati,” katanya.
Ia mengatakan secara umum pelaksanaan karya pada tingkatan utama serta pada hari yang sama turut dilaksanakan “Ngarga Tirta Saraswati” sehingga masyarakat mendapatkan “Tirta Keluhur, Tirta Caru, Tirta Saraswati dan Ulam Caru” saat pelaksanaan “Tawur Agung Kesanga” yang nantinya akan diteruskan ke Desa Pakraman se-Kota Denpasar.
Cok Putra Wisnu Wardana menambahkan upacara yang dilaksanakan ini merupakan tingkatan utama dengan menggunakan berbagai jenis “ulam caru” atau daging ritual, yakni untuk arah timur menggunakan “Ulam Angsa”, selatan menggunakan “ulam banteng”, barat daya (ulam kuluk belang bungkem), barat (ulam kambing), di utara (ulam babi butuan) dan di tengah menggunakan “ulam bebek belang kalung dan kerbau”.
Ia menjelaskan jumlah “sulinggih” atau rohaniawan Hindu yang memimpin puncak pelaksanaan “Tawur Balik Sumpah Tilem Kesanga”, yakni enam “sulinggih” yang berasal dari berbagai unsur. Keenam sulinggih tersebut diantaranya Ida Pedanda Gede Ngurah Telaga selaku “Yajamana Karya” sebagai unsur Siwa, Ida Pedanda Gede Jelantik Giri Santha Cita sebagai unsur Budha dan Ida Bhujangga Rsi Oka Widyana sebagai unsur Bhujangga serta dibantu dua orang “tapeni”.“Jadi total enam Sulinggih yang dibantu dua Tapeni untuk muput Karya Tawur Balik Sumpah Agung Nyepi Caka 1940 tahun 2018,” papar Cok Putra Wisnu Wardana
Cok Putra Wisnu Wardana menambahkan, pelaksanaan “Tawur Agung” bertujuan untuk menetralisir pengaruh “bhuta kala” atau unsur negatif (jahat) sebagai upaya harmonisasi ketiga unsur, yakni “parahyangan, palemahan dan pawongan” yang merupakan implementasi “Tri Hita Karana” atau keseimbangan dan keharmonisan dalam kehidupan.
Sementara Kepala Bagian Kesejahteraan Kota Denpasar, Raka Purwantara menambahkan untuk persiapan upacara ritual tersebut mulai pada Selasa (2/1/2018) beberapa waktu lalu.
Sedangkan untuk masyarakat Kota Denpasar yang ingin memohon air suci (tirta) Saraswati, saat pelaksanaan “Tawur Agung”, yakni pukul 09.00 Wita ke Pura Agung Jagatnatha Denpasar. “Kami memberikan ruang bagi seluruh masyarakat untuk hadir dan memohon Tirta Saraswati agar keesokan harinya sebelum pukul 06.00 Wita pelaksanaan Hari Suci Saraswati dapat dilaksanakan di rumah masing-masing,” katanya. (nday)