JAKARTA (IndependensI.com) – Arkady Babchenko, wartawan Rusia yang dikabarkan tewas ditembak di Ukraina, ternyata masih hidup. Dia mengaku memalsukan kematiannya karena takut dibunuh seperti mantan mata-mata Rusia, Sergei Skripal.
Pada Selasa (29/5/2018), otoritas Ukraina mengatakan bahwa Babchenko ditembak di rumahnya di Kiev. Gambar jasadnya yang berlumuran darah disiarkan dan Ukraina menduga Rusia mendalangi pembunuhan itu. Moskow langsung membantahnya.
Keesokan harinya, Babchenko muncul dalam acara di televisi. Pejabat keamanan Ukraina mengatakan bahwa mereka sengaja memalsukan kematian wartawan kondang Rusia itu untuk menguak rencana pembunuhan terhadapnya.
Skema itu mengundang kritisi dari sejumlah media dan komentator. Mereka mengatakan bahwa akal-akalan itu sudah merusak kredibilitas jurnalisme.
Babchenko menjelaskan alasannya dalam wawancara di Kiev, Kamis (31/5/2018). Dia mengatakan hanya mengikuti skema yang dirancang pihak keamanan Ukraina karena nyawanya terancam.
“Kepada semua orang yang mengatakan bahwa hal ini menurunkan kepercayaan terhadap wartawan: apa yang kalian lakukan jika kalian menjadi saya, jika mereka datang dan mengatakan bahwa ada yang akan membunuh Anda?” kata Babchenko seperti dikutip kantor berita Reuters, Jumat (1/6/2018).
Ketika ada pejabat keamanan Ukraina mendekatinya dengan informasi tentang rencana Rusia membunuhnya, “reaksi pertama saya: ‘Saya segera mengepak barang dan menghilang ke Kutub Utara’.”
“Tapi lalu saya sadar, di mana saya bisa bersembunyi? Skripal juga berusaha sembunyi,” katanya.
Otoritas Inggris mengatakan bahwa Skripal, mantan mata-mata ganda Rusia, tewas diracun dengan racun syaraf militer di Salisbury pada Maret 2018. Dia menetap di kota itu setelah meninggalkan Rusia lewat pertukaran mata-mata.
Inggris menuding Rusia berada di balik pembunuhan itu. Moskow membantah tudingan tersebut.
Babchenko mengatakan bahwa dia kini tinggal di lokasi yang aman dan merasa baik-baik saja sekarang.
Kabar kematiannya memicu perang kata-kata antara Ukraina dan Rusia. Hubungan kedua negara bertetangga itu sudah memanas sejak pemberontakan pada 2014 ketika rakyat Ukraina berhasil menggulingkan pemerintah dukungan Rusia dan menggantikannya dengan pejabat pro-Barat.
Pembunuhan itu juga mengundang kecaman dari dunia internasional. Sejumlah tokoh Rusia yang sering mengecam kebijakan Moskow tewas dibunuh dalam beberapa tahun terakhir. Sebanyak tiga orang di antaranya dihabisi di Ukraina.
Pada Kamis malam, pengadilan Rusia memerintahkan penahanan seorang laki-laki yang diduga terlibat dalam rencana pembunuhan Babchenko. Tersangka bernama Borys Herman itu diduga memberikan uang senilai US$15.000 kepada seseorang yang diminta melakukan pembunuhan.
Herman, salah satu pemilik pabrik senjata, mengaku dihubungi oleh seseorang di Rusia tentang rencana pembunuhan Babchenko. Dia kemudian melaporkan informasi tersebut ke otoritas Ukraina dan bekerja sama dengan mereka dalam operasi kontra-intelijen.
“Saya menerima telepon dari kenalan lama yang tinggal di Moskow. Dalam komunikasi itu, terungkap bahwa dia bekerja dalam lembaga Kamerad Putin yang dibentuk khusus untuk mengganggu stabilitas Ukraina,” kata Herman.
“Kami tahu betul bahwa tidak akan ada pembunuhan,” ujarnya seraya menambahkan bahwa dia bersedia melakukan operasi ini “hanya demi kepentingan Ukraina.”
Kremlin, yang gusar dengan tuduhan keterlibatan Rusia, mengatakan gembira bahwa Babchenko masih hidup. Tapi Rusia merasa bahwa pembunuhan palsu itu sesuatu yang aneh.
One comment
Comments are closed.