JAKARTA (IndependensI.com) – Pihak keamanan Rusia menyutradarai drama penembakan palsu terhadap wartawan Rusia, Arkady Babchenko, di Kiev pada 29 Mei 2018. Mereka mengatakan bahwa drama itu digelar setelah menemukan daftar sasaran Rusia.
Sebanyak 47 nama tercantum dalam daftar orang yang akan dihabisi agen Rusia di negara lain. Salah satunya adalah Babchenko, yang membelot ke Ukraina setelah menerima ancaman mati di negaranya.
Hubungan Ukraina dan Rusia memanas sejak “Beruang Merah” menganeksasi Semenanjung Crimea pada 2014. Rusia juga mendukung gerombolan separatis Ukraina dalam konflik yang telah menewaskan lebih dari 10.000 orang.
Jaksa Penuntut Umum Ukraina, Yuriy Lutsenko, salah satu dari sedikit pejabat yang mengetahui tentang drama penembakan palsu, memberi penjelasan kepada duta besar Amerika Serikat, Uni Eropa, dan beberapa negara lain di Kiev, Jumat (1/6/2018).
Dalam pernyataan usai pertemuan, Lutsenko mengatakan pemalsuan kematian Babchenko perlu dilakukan agar penyidik Ukraina bisa mendapatkan informasi tentang siapa saya yang menjadi sasaran Rusia.
Hasilnya, “penyidik menerima daftar 47 (!) orang yang yang mungkin menjadi korban teroris berikutnya,” tulis Lutsenko di Facebook.
Dia tidak mengungkapkan siapa saja yang ada di daftar tersebut. Tapi dia memastikan bahwa salah di antaranya adalah wartawan kondang Ukraina dan Rusia.
Sebelumnya, otoritas Ukraina meyakini daftar sasaran tembak Rusia hanya berisi 30 nama. Ternyata yang mereka temukan jauh lebih banyak.
Salah seorang diplomat senior negara Uni Eropa, yang menghadiri pertemuan Jumat, mengatakan Lutsenko sudah memberi penjelasan yang meyakinkan.
“Saya gembira, yang lain juga lebih puas dari sebelumnya. Saya rasa itu hal yang tepat dilakukan,” kata diplomat itu seperti dikutip kantor berita Reuters, Sabtu (2/6/2018).
Dia menambahkan bahwa Lutsenko “menyadari bahwa reaksi media cukup mengejutkan dan bahwa masalah ini harus ditangani dengan lebih baik.”
Di tempat terpisah, dua penyiar televisi yang tinggal di Ukraina, seorang warga Rusia dan seorang lagi warga Ukraina, mengungkapkan bahwa pemerintah Ukraina memperlihatkan bukti bahwa mereka masuk dalam daftar sasaran tembak Rusia. Kini keduanya tinggal dalam perlindungan negara.
Ukraina dituntut mempertanggungjawabkan drama pembunuhan palsu yang sempat bikin heboh ini. Mereka harus memulihkan kepercayaan Uni Eropa yang menjadi penopang pembangunan Ukraina sejak pemberontakan rakyat yang menggulingkan pemerintah dukungan Rusia.
Masalah ini harus jelas sebelum konferensi tingkat tinggi Uni Eropa-Ukraina di Brussel, Belgia, 9 Juli 2018. Presiden Petro Poroshenko wajib memaparkan bukti kuat sebelum pertemuan itu berlangsung.
“Bagaimana jika mereka tidak bisa membuktikannya? Semua tergantung pada bagaimana mereka menindaklanjutinya,” kata seorang pejabat Uni Eropa.