MINAHASA (Independensi.com) – Salah satu kabupaten di Provinsi Sulawesi Utara yang memiliki sumber air yang cukup yang berasal dari Danau Tondano. Selain itu, Minahasa mempunyai potensi yang luar biasa untuk pengembangan cabai dan bawang merah, khususnya di Wilayah kaki Gunung Sopotan.
Pasalnya, hamparan tanah yang subur di kabupaten ini mendukung untuk pengembangan tanaman hortikultura tersebut. Lokasinya yang berbatasan langsung dengan ibu kota Provinsi Sulawesi Utara, mempermudah Kabupaten Minahasa memasok cabai dan bawang merah ke Kota Manado dan sekitarnya sehingga kebutuhan cabai dan bawang merah untuk masyarakat Sulut dapat terpenuhi dari hasil lokal.
Menurut Kepala Dinas Pertanian dan Peternakan Provinsi Sulawesi Utara, Novly Wowiling, Sulawesi Utara sangat prospektif dalam pengembangan kawasan hortikultura. Kawasan MODASI yang meliputi Kecamatan Mondoinding (Minahasa Selatan), Modayag (Bolaang Mongondow Timur) Passi (Bolaang Mongondow) bisa mencapai 12.000 Ha. Selain itu kawasan lainnya yang potensial adalah Kawasan kaki Gunung Soputan seluas 500 ha meliputi Kecamatan Tompaso Barat dan Langoan Barat.
“Dengan potensi yang dimiliki oleh Sulawesi Utara ini, kami siap mengamankan pengembangan kawasan hortikultura khususnya menjaga stabilisasi pasokan aneka cabai dan bawang merah serta siap menyukseskan swasembada bawang putih 2021 seperti yang diamanahkan oleh Menteri Pertanian, Andi Amran Sulaiman” jelasnya
Menurut Kepala Bidang Hortikultura Dinas Pertanian Kabupaten Minahasa, Elke bahwa produksi aneka cabai pada tahun 2016 mencapai 3.382 ton dan meningkat 25% pada tahun 2017 menjadi 4.229 ton. Luas panen aneka cabai pada tahun 2017 sebesar 535 hektare. Sementara pada bulan April 2018, ketersediaan aneka cabai di Minahasa mencapai 190 ton, sedangkan pada bulan Mei 76 ton.
“Kondisi ini mampu menyuplai cabai sebesar 20% dari jumlah produksi aneka cabai di Sulawesi Utara. Ini menandakan bahwa Minahasa secara umum telah mampu memenuhi kebutuhan cabai lokal bahkan bisa menjadi penyangga wilayah Sulawesi Utara”, ungkapnya.
Sementara untuk bawang merah, sepanjang tahun 2017 tercatat produksi bawang merah di Minahasa sebesar 1.698 ton. Luas panennya sebesar 263 hektar, meningkat 5,62% dari tahun sebelumnya. “Minahasa merupakan produsen bawang merah terbesar di Sulawesi Utara. Produksinya tahun 2017 menyumbang 59% dari produksi bawang merah Sulawesi Utara. Varietas yang dominan ditanam oleh petani kami adalah Super Philips dan Batu Ijo. Ini potensi yang sangat besar, harus terus didukung untuk dikembangkan”, tutur Kepala Bidang Hortikultura Dinas Pertanian Minahasa.
Ditambahkan oleh Elke bahwa lokasi sentra cabai dan bawang merah di Minahasa tersebar di beberapa kecamatan yaitu Kecamatan Tombulu, Langowan Barat, dan Langowan Timur, sedangkan sentra bawang merah berada di Kecamatan Tompaso Barat dan Tompaso.
Kementerian Pertanian ikut berperan serta dalam pengembangan cabai dan bawang merah di Minahasa melalui alokasi dana APBN. Menurut Direktur Sayuran dan Tanaman Obat Prihasto Setyanto, alokasi APBN di Kabupaten Minahasa pada 3 tahun terakhir yaitu untuk cabai rawit 190 Ha dan bawang merah 255 Ha. Selain di Kabupaten Minahasa, dana APBN pada 3 tahun terakhir juga dialokasikan di Kota Tomohon yaitu untuk cabai rawit 110 Ha dan Cabai besar 60 Ha.
“Kami berharap dengan adanya sentuhan APBN mampu mendorong pengembangan kawasan cabai dan bawang merah sehingga Minahasa mampu menjadi penyangga cabai dan bawang merah di Sulawesi Utara”, tegasnya.
Dengan melimpahnya produksi cabai dan bawang merah di Minahasa, membuat harga kedua komoditas yang sering menyebabkan inflasi tersebut tetap aman dan stabil. Terpantau pada tanggal 6 Juli 2018 harga cabai merah keriting di tingkat petani sebesar Rp 20 ribu per kg, sama dengan harga bawang merah yang juga sebesar Rp 20 ribu per kg. Salah satu petani cabai dan bawang merah di Minahasa mengungkapkan, ketersediaan cabai dan bawang merah di Minahasa Selatan tercukupi.
Bahkan pada saat Idul Fitri lalu, harga cabai dan bawang merah tetap stabil tidak mengalami kenaikan. H-1 lebaran, harga cabai merah keriting berada pada Rp 15 ribu, sedangkan harga bawang merah tetap stabil Rp 20 ribu. “Kami berusaha mengatur pola tanam cabai dan bawang merah agar pasokan kedua komoditas tersebut selalu tersedia sepanjang tahun sehingga harganya selalu stabil”, pungkasnya.
Menurut Dicky, Ketua Kelompok Tani Berkat Anugerah di Kelurahan Tataran Dua Kec Tondano selatan, kelompok binaan kami mengembangkan aneka cabai dan bawang seluas 20 Ha.
Kami bekerjasama dengan Dinas Pertanian Provinsi Sulut dalam mengoptimalkan alsin dalam rangka pembukaan lahan. Cabai kami tanam dengan sistem tugal tanam langsung, sebagian lahan juga kami siapkan untuk pertanaman bawang putih dan bawang merah karena kondisi agroklimatnya sangat cocok. Harga aneka cabai : CRM 40 rb, cabai merah keriting 20 ribu, bawang merah 20 ribu : Kami siap menyangga pasokan dan ketersediaan aneka cabai dan bawang merah untuk wilayah Sulawesi Utara, ungkapnya.
Hal senada dikatakan Boby Muaya, Ketua Kelompok Revolusi Mental Desa Toire Kecamatan Tompasa Barat. Kelompok binaan kami mengembangkan Varietas Lassuna lokal dan Super Philips, rata rata produktivitas 12 ton/ha. Adapun lokasi perluasan areal tanam Bawang putih di wilayah kami bisa mencapai 200 Ha. Khusus untuk komoditas bawang merah dan tomat yang kami kembangkan pasarnya lokal dan bahkan untuk memasok Ternate, Sorong dan Manokwari.
Jemmy kaligis, Ketua Kelompok Tani Kerja Fungsional Desa Toure Kecamatan Tompasa Barat, menanam cabai merah keriting umur 1.5 bulan varietas TM 99. Panen rata rata 16 kali panen, dengan tujuan pasar untuk pemenuhan kebutuhan Ternate dan Kabupaten Sorong.