IndependensI.com – Syukur kepada Tuhan Yang Maha Esa karena perkenan dan berkatNya, kita memperingati hari Proklamasi Kemerdekaan Negara Kesatuan Republik Indonesia yang ke-73 pada tanggal 17 Agustus 2018 dalam keadaan aman dan nyaman serta meriah. Perayaan tahun HUT RI tahun ini diwarnai heroisme seorang anak SMP Motaain, Atambua, NTT, Johannes Adekalla yang memanjat tiang bendera setinggi 23 meter untuk mengambil tali yang terlepas pengait bendera Sang Saka Merah Putih.
Kita juga bersyukur negara, bangsa dan masyarakat Indonesia berhasil menakjubkan menyelenggarakan Pembukaan Pesta Olah Raga terbesar se Asia, Asian Games ke-18 pada tanggal 18 bulan 08 tahun 2018 dengan penuh semangat dan semoga para atlet kita juga berhasil meraih prestasi terbaiknya.
Harus jujur mengakui bahwa penyelenggaraan itu adalah prestasi bangsa kita, kita berterimakasih kepada pemerintah, panitia penyelenggara serta semua yang berpartisipasi yang bersusah-payah merancang, mempersiapkan serta melatih dan pelaksana. Karena begitu apik-nya secara kolosal, hampir sulit melihat kekurangan dari penyelenggaraan Pembukaan AG tersebut, kecuali orang-orang yang bertujuan buruk.
Di tengah kebanggaan itu kita terusik dengan beredarnya postingan di berbagai media tentang pelaksanaan pawai atau karnaval 17-an oleh Taman Kanak-kanak di Probolinggo, di mana TK Kartika 569 Probolinggo yang berada di bawah naungan dan binaan Kodim 0820 menggunakan atribut serba hitam dan replika senjata.
Kita apresiasi kecepatan Menteri Pendidikan dan Kebudayaan, Prof Dr Muhadjir Effendy, MAP yang mengunjungi TK tersebut dan sebagaimana keterangan Menteri, peristiwa itu tidak ada kesengajaan dan bahkan konon, menyumbang TK tersebut Rp. 25 juta. Berarti dari peristiwa tersebut, tidak ada niat apa-apa, hanya untuk tidak buang-buang dana sehingga menggunakan alat peraga yang tersedia di gudang agar tidak membebani orang tua murid, suatu hal yang bijaksana.
Walaupun demikian timbul juga pertanyaan, mengapa pakaian hitam-hitam dan cadar ada dalam gudang TK serta replika senjata? Artinya selama ini sering anak-anak TK itu menggunakan alat peraga tersebut? Apakah diperkenankan alat peraga seperti wajar di TK ? Apakah TK yang diasuh Kodim, Korem, Kodam atau TNI umumnya seperti itu?
Dengan pertanyaan itu tidak dapat dianggap selesai dengan hanya permohonan maaf saja dari Kepala Sekolah, Ketua Yayasan dan Sang Dandim serta Kapolres. Karena tiba-tiba muncul foto di media social, seorang petugas Kepolisian menginterogasi seorang berpakaian baju oranye, mungkin tahanan. Berbagai komentar wajar bertanya, mengapa polisi memburu yang memposting karnaval tersebut, itu kenyataan, tidak hoax.
Tiba-tiba muncul lagi, foto Sang Dandim bersama isterinya (?) berpose, sebagaimana dimuat Duta Islam.com memuat teks foto, Selasa, 21 Agustus 2018 “Istri Kolonel di Probolinggo Saja Begini, Wajar Jika TK Binaannya Begitu”.
Agar tidak menimbulkan kecurigaan dan ketakutan berlebihan, sudah sewajarnya Panglima TNI turun tangan bertindak tegas agar jelas siapa, mengapa dan bagaimana. Sehingga tidak ada kecurigaan bahwa TNI telah kesusupan radikalisme dan persangkaan lainnya. Memang masalah besar dikecilkan dan masalah kecil dihilangkan. Tetapi menyangkut bangsa dan negara serta keutuhan NKRI perlu cermat dan konsepsional untuk dapat mengidentifikasi kecil atau besar suatu persoalan.
Harapan kita agar hal seperti itu tidak terulang dan terutama ada jaminan tidak ada “niat lain” di balik penyelenggaraan karnaval tersebut. Namun yang perlu, di sadari bahwa ada sesuatu yang “menyimpang” di dunia pendidikan kita untuk itu perlu ada evaluasi apa yang kurang pas, apakah cara mendidiknya atau pendidiknya? Masa anak kecil dididik kekerasan, sejak dini diperkenalkan dengan alat-alat seperti replica “penghilang nyawa”?
Pada hal TNI kita adalah pejuang dalam perang dan pejuang dalam damai, yang artinya Tentara Nasional Indonesia tidak selamanya berperang menggenggam senjata.
Karenanya Panglima TNI dan jajarannya dituntut menjernihkannya, mungkin perlu langkah besar untuk meneliti secara mendalam dan menyeluruh, ada apa yang terkandung di balik penyelenggaraan karnaval perayaan 17 Agustus oleh TK 569 di Kodim 0820 Probolinggo tersebut.
Kita juga berharap agar Kapolri turun tangan, agar aparat penegak hukum di lapangan tidak mengalihkan perhatian dengan memburu yang memposting kejadian tersebut, kita berharap agar kasus-kasus yang mengarah pada peradilan sesat dihindari. Selamat Idul Adha 10 Dzulhijjah 1439H, Mohon Maaf Lahir dan Bathin. (Bch)
I’m not that much of a online reader to be honest but your sites really nice, keep it up! I’ll go ahead and bookmark your website to come back later on. Many thanks