IndependensI.com – Keberhasilan Pemerintah Indonesia menyelenggarakan Asian Games ke-18 mulai 18 Agustus 2018, dan berakhir tanggal 2 September 2018. Semua segi berjalan dengan baik dan lancar, patut disyukuri dan itu berkat Tuhan Yang Maha Esa kepada bangsa dan masyarakat Indonesia.
Berjalan baik dan lancar, serasa tidak terdengar hal-hal yang tidak berkenan di hati ribuan tamu, baik pejabat badan olahraga dunia maupun kontinger negara peserta Asian Games, semua merasa nyaman selain tamu juga tuan rumah di Jakarta dan sekitarnya maupun di Palembang.
Kesuksesan sebagai negara penyelenggara, masyarakat dan pemerintah Indonesia juga harus bangga dengan keberhasilan meraih 31 medali emas serta peringkat ke-4 dari 45 negara peserta, suatu prestasi yang merupakan lonjakan spektakuler sungguh di luar dugaan semua pihak.
Selain capaian-capaian di atas, ada satu hal yang perlu disyukuri bersama, bahwa selama berlangsungnya Asian Games, tidak ada hal-hal yang menakutkan seperti unjuk rasa, gerakan-gerakan terorisme dan segala macam yang menimbulkan ketakutan. Pokoknya dapat dikatakan damai mewarnai hidup dan kehidupan kita sebagai bangsa, masyarakat dan Pemerintah Indonesia, Tuhan benar-benar menyertai kita.
Ternyata, kita bisa hidup rukun dan damai, Presiden Joko Widodo yang dipersepsikan berseberangan dengan sesama calon presiden di tahun 2019, disaksikan dunia dapat berangkulan dibalut bendera merah putih, hanya oleh seorang pemuda peraih medali emas pesilat putra perseorangan, Hanifan Yudani Kusumah.
Dengan rasa nasionalisme tinggi serta penghormatan kepada pemimpin yang sah yaitu Presiden Joko Widodo, dan Ketua Umum Ikatan Pencak Silat Seluruh Indonesia (IPSI) Prabowo Subianto, Hanifan tidak mungkin berlari ke tribune VVIP menghormati negarawan dan tokok serta para pemimpin bangsa itu.
Kemenangan Hanifan Yudani, bukan rekayasa. Kemenangan itu adalah atas usaha dan persiapan bertahun-tahun. Buah dari kerja keras serta latihan teratur itulah, Hanifan memenangkan pertandingan dan atas kemenangannya itu dia memberi hormat dan persembahkan kepada Jokowi-Prabowo, Jusuf Kalla, Megawati dan Puan Maharani serta Imam Nahrowi.
Yang ingin kita katakan, seorang atlet yang hanya bercucuran darah di arena pertandingan saja tahu berbuat yang terbaik untuk nusa dan bangsa serta menghormati pemimpinnya, sementara para politisi yang seharusnya memberi suri tauladan justru suka menutup mata hatinya dengan segala ketidak sopanan dan ketidakbenaran serta ujaran kebencian menyerang pemerintah.
Dengan upaya Hanifan Yudani Kusumah itu hendaknya para elit politik dan pemuka masyarakat sadar bahwa sesama anak bangsa itu saling membutuhkan dan kalau ada yang kurang sama-sama bertanggung jawab untuk memperbaiki.
Alangkah indahnya, kalau kita saling asih, asah asuh dalam upaya membangun masa depan sebagai bangsa dan masyarakat Indonesia, dan tidak sebaliknya menciptakan jurang pemisah sesame anak bangsa.
Permintaan khusus kepada Ketua Umum Partai Gerakan Indonesia Raya (Gerindra) Prabowo Subianto yang juga telah mencalonkan diri sebagai Presiden periode 2019-2024, untuk mengingatkan pendukung-pendukungnya bahwa semua yang diperjuangkan oleh kedua kandidat presiden itu dan pasangannya masing-masing adalah Seluruhnya Untuk Indonesia. Jadi tidak usah menyerang dengan cara-cara yang tidak patut dan wajar apalagi saling menyakiti sesama anak bangsa.
Kita perlu mengapresiasi upaya Chief de Mission (CdM) Asian Games Komjen Syafruddin yang sekarang Menteri PAN RB yang menginisiasi penghadiran tokoh-tokoh bangsa tersebut di tribune Pencak Silat, dan direstui Tuhan, Hanifan Yudani Kusumah mempersatukan Jokowi-Prabowo, menyiram kesejukan bagi seluruh masyarakat Indonesia yang cinta dan butuh kedamaian.
Kepada semua pemuka-pemuka bangsa dalam semua bidang kehidupan yang mungkin memiliki akses untuk mempertemukan Jokowi-Prabowo sesering mungkin sampai Jumat, 19 April 2019 yang akan datang.
Semakin sering Jokowi-Prabowo bertemu dan para calon Wakil Presiden, Ma’ruf Amin dan Sandiaga Uno, walaupun suhu politik meninggi tetapi tidak memanas, karena dengan sendirinya “provokator” di lapangan akan sedikit malu, tidak “sok” jadi pahlawan.
Keberhasilan di Asian Games yang telah meredam suhu politik yang mulai “mamanas” hendaknya dipertahankan semua pihak yang cinta damai serta kemajuan banggsa dan negara Indonesia. Sebagai bangsa besar, marilah saling asih, asah, asuh dan tidak sebaliknya menciptakan ketidak harmonisan. (Bch)