LOMBOK (IndependensI.com) – Kementerian Perhubungan bekerja sama dengan Fakultas Teknik Universitas Gajah Mada (UGM) tengah membangun 50 unit tempat tinggal bagi para korban dengan sistem hunian sementara menuju tetap (huntrap) di Lombok, Nusa Tengga Barat.
Direktur Jenderal Perhubungan Laut, R. Agus H. Purnomo mengatakankan, dari total 50 unit rumah yang dibangun, 25 unit di antaranya merupakan bantuan dari Direktorat Jenderal Perhubungan Laut dan 25 unit lainnya bantuan Direktorat Jenderal Perkeretaapian serta partisipasi dari stakeholder perhubungan laut seperti Indonesian National Shipowner Association (INSA), APTPI (Asosiasi Pengusaha Terminal Petikemas Indonesia), WIMA (Women In Maritime) Indonesia serta insan Perhubungan Laut dan juga para stakeholder perkeretaapian.
“Nantinya 50 unit rumah tersebut akan ditempati oleh 50 kepala keluarga yang tinggal di sekitar Pelabuhan Pemenang, Lombok Utara, yang kehilangan tempat tinggal akibat gempa bumi yang mengguncang Lombok beberapa waktu lalu, jelas Agus.
“Pembangunan rumah ini bisa terwujud atas dukungan dan sumbangan dari pegawai Ditjen Perhubungan Laut dan Ditjen Perkeretaapian baik yang bertugas di kantor pusat maupun di Unit Pelaksana Teknis (UPT) di daerah serta kepedulian dari stakeholder dan mitra kerja perhubungan sebagai bentuk Corporate Social Responsibility (CSR) bagi masyarakat,” ungkap Dirjen Agus, saat kunjungan kerja ke Lombok, Sabtu (08/09/2018).
Rumah yang didesain oleh FT UGM ini, lanjut Dirjen Agus, dibangun dengan luas 18 meter persegi (3 x 6 m) dan sifatnya temporer, yang kemudian nantinya bisa dijadikan rumah permanen yang lebih luas lagi.
“Konsepnya memang dimulai sebagai hunian sementara yang dapat dibangun cepat, relatif murah dan mudah, selanjutnya tumbuh menjadi hunian tetap secara bertahap sesuai dengan kemampuan penghuni,” jelasnya.
Berdasarkan laporan yang diterima dari Unit Penyelenggara Pelabuhan (UPP) Pemenang, dari 25 unit rumah bantuan Ditjen Perhubungan Laut, hingga hari Sabtu ini sebanyak 10 unit rumah yang sudah selesai, dan sisanya masih berlangsung pembangunannya karena adanya kendala dan keterbatasan tukang, terutama tukang las.
Dirjen Agus berharap sisa pembangunan dapat berjalan lancar sesuai yang direncanakan serta dapat meringankan beban masyarakat Lombok yang terdampak gempa.
“Insya Allah apa yang telah kita lakukan dapat meringankan beban saudara kita di Lombok. Semoga Lombok bisa segera bangkit,” tutup Dirjen Agus.
Sebagaimana diketahui, rumah yang dibangun dengan sistem huntrap ini menggunakan rangka baja yang lebih tahan gempa. Adapun biaya yang dibutuhkan untuk membangun 1 (satu) unit rumah sebesar 16,5 juta rupiah untuk biaya rangka struktur, rangka atap, penutup atap berbahan baja/spandek, dan rangka dinding. Sedangkan untuk pengisi dinding memanfaatkan material bangunan lama yang kondisinya masih baik.