JAKARTA (IndependensI.com) – Menjelang 4 tahun penyelenggaraan tol laut pada bulan Oktober 2018, selain untuk mengangkut barang kebutuhan pokok, Pemerintah dalam hal ini Kementerian Perhubungan cq. Direktorat Jenderal Perhubungan Laut juga mengoptimalisasikan angkutan Tol Laut untuk mengangkut semen ke pulau-pulau hinterlandnya yang terkoneksi dengan kapal angkutan laut perintis atau yang dikenal dengan nama KM. Sabuk Nusantara.
Demikian disampaikan Direktur Jenderal Perhubungan Laut, R. Agus H. Purnomo saat menghadiri Focus Group Discussion (FGD) “Optimalisasi Tol Laut Angkut Semen” yang dibuka oleh Menteri Perhubungan, Budi Karya Sumadi di Hotel Borobudur Jakarta, Rabu, (26/09/2018).
Dirjen Agus menambahkan agar setelah muatan semen tiba di daerah tujuan, proses pendistribusiannya dapat dilanjutkan kepada masyarakat melalui Rumah Kita dan pedagang Gerai Maritim yang telah terdaftar di Kementerian Perdagangan dan Dinas Perdagangan setempat.
“Pendistribusian semen melalui Rumah Kita dan pedagang Gerai Maritim bertujuan agar pendistribusiannya dapat tepat sasaran dan terjadi penurunan harga semen di daerah tujuan, karena kita tahu uang tambang atau ongkos angkut Tol Laut lebih murah yakni hampir 50% atau setengah dari ongkos angkut kapal-kapal komersial,” imbuh Dirjen Agus.
Dirjen Agus juga mengajak kepada seluruh stakeholder, pengusaha dan pedagang baik dari BUMN maupun swasta yang masuk dalam program Rumah Kita dan program Gerai Maritim dapat memanfaatkan dan mengoptimalkan program Tol Laut ini dengan sebaik-baiknya.
Selanjutnya, pada kesempatan tersebut Dirjen Agus memaparkan ada 3 (tiga) opsi trayek Tol Laut yang dapat dimodifikasi ruas-ruas trayeknya sesuai kebutuhan PT. Semen Indonesia (Persero) dalam pengangkutan semen.
Ketiga trayek tersebut antara lain Trayek T-4 yang melayani rute Tanjung Perak – Makassar – Bitung – Tahuna menggunakan KM. Logistik Nusantara 1 dengan operator PT. PELNI, Trayek T-6 yang melayani rute Tanjung Perak – Makassar – Tidore – Morotai menggunakan KM. Logistik Nusantara 2 dengan operator PT. PELNI, dan Trayek T-15 yang melayani rute Tanjung Perak – Kisar (Wonreli) – Namrole – Sorong menggunakan KM. Caraka Jaya Niaga III-32 dengan operator PT. PELNI.
“Dengan masuknya bahan baku semen ke wilayah timur Indonesia melalui Tol Laut, maka harga semen menjadi tidak jauh berbeda dengan harga semen di wilayah barat sehingga akan menunjang pembangunan infrastruktur di daerah-darah tertinggal, terpencil terluar dan perbatasan,” kata Agus.
Saat ini para pengguna jasa Tol Laut juga kian dipermudah melalui layanan aplikasi berbasis online Informasi Muatan dan Ruang Kapal (IMRK), yang memberikan informasi seputar muatan dan kapasitas ruang kapal yang digunakan.
“Penerapan aplikasi IMRK berbasis online ini diharapkan akan mengurangi disparitas harga dan menjaga subsidi program Tol Laut oleh pemerintah dapat berjalan tepat guna dan tepat sasaran,” tutup Dirjen Agus.
Sebagai informasi, Program Tol Laut merupakan perwujudan program nasional transportasi laut Pemerintahan Jokowi, yang mana salah satu tujuannnya yaitu untuk meningkatkan konektivitas dengan membangun Indonesia dari pinggiran dan memperkuat daerah-daerah dan desa dalam kerangka Negara Kesatuan.
Hingga saat ini, Kementerian Perhubungan telah mengoperasikan 18 (delapan belas) trayek kapal angkutan barang Tol Laut yang menyinggahi daerah-daerah yang masuk ke dalam kategori daerah tertinggal, terpencil terluar dan perbatasan, sebagaimana ditetapkan dalam Keputusan Direktur Jenderal Perhubungan Laut Nomor AL.108/5/5/DJPL-18 tanggal 3 September 2018 tentang Perubahan Pertama Atas Keputusan Direktur Jenderal Perhubungan Laut Nomor AL. 108/5/17/DJPL-17 tentang Jaringan Trayek Penyelenggaraan Angkutan Barang di Laut Tahun Anggaran 2018.(humas laut).