Yui Kamiji. (INAPGOC)

“Duo Jepang” Masih Bertahan

Loading

JAKARTA (IndependensI.com) – Kiprah maksimal para petenis kursi roda asal Jepang, menguasai cabang Wheelchair Tennis Asian Para Games 2018 di Kelapa Gading Sport Club, Jakarta, Selasa (9/10/2018). Petenis nomor satu dunia, Shingo Kuneida belum menemui lawan sepadan di kelompok putra. Sedangkan petenis putri Yui Kamiji yang berperingkat dua dunia, masih bertahan di perhelatan para-tenis se-Asia ini.

Yui Kamiji sempat menemui kesulitan untuk menghentikan perlawanan petenis China, Hui Min Huang 6-1, 6-3 di babak perempat final. Temperatur lapangan yang menyentuh angka 35 derajat Celcius dan hembusan angin, sempat mengganggu performaanya. “Angin terlalu keras dan cuaca panas jadi hambatan. Arah bola sering terkoreksi. Panas mengganggu konsentrasi,” ujar Yui usai berlaga. Unggulan pertama ini mengakui, lawan berusaha bermain lambat dan membuat dirinya sulit untuk mengembangkan tempo permainan. Namun berkat kesabaran dan fisik yang mumpuni, Yui bisa keluar dari tekanan.

“Set kedua saya sempat hilang kendali dan melakukan kesalahan. Lawan bermain cukup bagus dan mengajak untuk melambatkan permainan. Tapi saya cukup mampu untuk keluar dari situasi yang ada,” kata Yui lagi. Dia mengatakan, pukulan backhand slice serta topspin akurat dilepaskan untuk membongkar pertahanan dan permainan lambat lawan. Alhasil, lawan terganggu dan mencoba memperbaiki situasi yang ada. Hanya saja Yui lebih siap. “Saya hanya percaya diri dan mencoba tidak membuat kesalahan saja,” imbuh petenis kidal Negeri Matahari Terbit itu.

Di semifinal, Yui bakal menjamu rekan senegaranya, unggulan empat Momoko Ohtani yang sebelumnya mencatat kemenangan 6-1, 6-0 atas Wanitha Inthanin dari Thailand. Laga lainnya, unggulan tiga Sakhorn Khanthasit mendapat perlawanan berarti sebelum menuai kemenangan 7-6(3), 6-3 atas Ziying Wang dari China.

Shingo Kuneida. (INAPGOC)

Sementara itu di kelompok putra, unggulan teratas Shingo Kuneida harus mengeluarkan ekstra stamina untuk menghentikan petenis unggulan enam Korea, Sang-Ho Oh 6-4, 6-1. Shingo pun mengeluhkan temperatur panas dan angin. Kendati angin bisa membuat dirinya sedikit nyaman menghadapi panas terik Jakarta, tetap saja mengganggu pada akurasi bola dan pukulan. “Saya akui sempat hilang kontrol di set awal. Hembusan angin mengganggu arah bola, tapi bantu meringankan cuaca panas,” kata Shingo usai bertanding.

Lebih jauh Shingo mengatakan, dirinya hanya mencoba untuk bermain lebih santai dan nyaman. Sebab, faktor eksternal dari cuaca bisa menurunkan mental tanding. Apalagi berkenaan dengan akurasi dan laju bola. “Arah bola sering terkoreksi. Jadi harus berhati-hati lagi,” imbuhnya. Menyoal lawan sesama negara, Shingo mengatakan dirinya akan berlaku layaknya pemain profesional. “Saya tidak masalah untuk melawan sesama petenis Jepang. Kami bertanding di Asian Para Games untuk negara, jadi apapun hasilnya untuk negara,” kata petenis kelahiran Tokyo, 21 Februari 1984 ini.

Laga semifinal, Shingo akan melawan rekan senegaranya, Kouhei Suzuki yang nyaris menemui kekalahan sebelum mencatat kemenangan 6-3, 5-7, 6-2 atas petenis Malaysia, Abu Samah Borhan. Dari catatan yang ada, Borhan sempat mengandaskan petenis unggulan delapan Srilanka, G. Dissanayake di babak awal. “Lawan bermain sangat bagus dan memainkan tempo lambat. Saya tidak suka pola seperti ini. Tapi saya mencoba sabar dan mengambil momen yang pas untuk bisa menguasai jalannya permainan,” kata Kouhei.

Mengenai lawan Kuneida, Kouhei mengaku tidak ada persiapan khusus. Pasalnya, mereka sudah kerap bertemu dan sering berlatih bersama. Tercatat, Kouhei tidak pernah menang atas Kuneida dari tiga kali pertemuan. Terakhir bertemu di babak pertama Daegu Open, Korea pada bulan April 2018.

Babak semifinal lainnya, unggulan tujuh Suthi Khlongrua secara mengejutkan mencatat kemenangan atas unggulan empat Korea, Ha-Gel Lee 6-4, 6-0. Di babak empat besar, Suthi akan melawan unggulan dua asal Jepang, Takashi Sanada yang sebelumnya menang mudah 6-0, 6-0 atas petenis Malaysia, Ariffahmi Zaquan Ariffin.