JAKARTA (independensi.com) – Deputi Gubernur Senior Bank Indonesia (BI) Mirza Adityaswara mengatakan, Indonesia adalah negara yang paling ideal bagi perusahaan-perusahaan teknologi finansial untuk berkembang. Pasar Indonesia yang cukup luas, menjadi alasan utama.
“Asia, termasuk Indonesia, merupakan tempat ideal bagi teknologi finansial untuk berkembang. Indonesia memiliki lebih dari seperempat juta masyarakat yang tersebar di ribuan pulau, menunggu untuk terintegrasi dengan teknologi baru,” katanya dalam dialog kebijakan tingkat tinggi mengenai kerja sama kawasan untuk mendukung inklusi dan stabilitas di Asia, Grand Nusa Dua, Bali.
Mirza melanjutkan, saat ini Indonesia sudah siap keberadaan ekonomi digital, yang memang menjadi hal yang tak dapat dihindarkan dari kemajuan teknologi dalam beberap tahun terakhir.
“Lebih dari 50 juta UMKM yang tak sabar menanti untuk terlibat dalam e-commerce,” tuturnya Dalam seminar yang merupakan rangkaian dari Pertemuan Tahunan International Monetery Fund (IMF) – World 2018 Bali tersebut.
Para pembuat kebijakan di Asia memang perlu memperkuat kerja sama guna memanfaatkan potensi teknologi keuangan baru bagi pertumbuhan inklusif. Teknologi baru seperti mobile banking, big data, dan jaringan transfer peer-to-peer telah memperluas jangkauan layanan keuangan kepada orang-orang yang sebelumnya tidak memiliki rekening bank atau tidak terjangkau bank, sehingga meningkatkan pendapatan dan standar hidup.
Namun, fintech juga membawa risiko penipuan siber, keamanan data, dan pembobolan privasi. Disintermediasi layanan fintech atau konsentrasi layanan di antara beberapa penyedia juga dapat menimbulkan risiko terhadap stabilitas keuangan.
“Kita harus mendorong lingkungan yang memungkinkan teknologinya berkembang serta memperkuat kerja sama kawasan guna membangun standar peraturan dan sistem pengawasan yang harmonis demi mencegah pencucian uang internasional, pendanaan teroris, dan kejahatan siber.” ujar Takehiko Nakao, Pengelola Monetary Authority of Singapore.
“Mengingat pesatnya pertumbuhan perekonomian di Asia Timur, para pembuat kebijakan perlu memahami dan mengelola dampak teknologi di dalam sistem keuangan kita demi mempertahankan stabilitas keuangan.” jelas Junhong Chang, Direktur AMRO dalam kesempatan yang sama.
Meskipun Asia mengalami pertumbuhan perekonomian yang tinggi dalam beberapa tahun terakhir, sektor keuangan masih tertinggal di sejumlah negara. Saat ini, kurang dari 27% orang dewasa di kawasan Asia yang sedang berkembang sudah memiliki rekening bank, jauh di bawah median global sebesar 38%. Sementara itu, hanya 84% dari perusahaan di kawasan ini sudah memiliki rekening giro atau tabungan.