Jokowi : Elektabilitas Saya Turun Karena Hoaks

Loading

JAKARTA (IndependensI.com) –  Calon presiden (capres) nomor urut 01 Joko Widodo (Jokowi) meminta masyarakat untuk terus memerangi hoaks. Pasalnya, akibat serangan hoaks Jokowi mengaku elektabilitasnya turun. Hal itu disampaikannya saat mengisi pidato dalam Festival Indonesia Satu di Gedung Istora Senayan MInggu (10/4/2019).

“Di banyak daerah turun elektabilitas karena hoaks. Kita harus respons cepat. Nggak cuma di medsos tapi door-to-door. Jangan sampai enggakdirespons, ini harus dilawan. Sekali lagi, ini harus dilawan,” tegasnya.

Jokowi menganggap hoaks juga berbahaya bagi negara. Salah satu dampak hoaks ialah memunculkan gesekan di masyarakat lewat isu sensitif. “Jangan dibiarkan, bahaya bagi negara kita. Saya titip ini dijaga betul,” ujarnya.

Di sisi lain, Jokowi mengajak masyarakat untuk menyalurkan hak pilihnya. Ia berharap para pemilih tidak golput pada pemilu 2019. “Mari kita gaungkan jangan satu orang pun golput, ajak kawan, tetangga, saudara berbondong-bondong ke TPS terdekat dari rumah. Jangan golput,” pintanya.

Saiful Mujani Research and Consulting (SMRC) merilis hasil survei terbaru mereka evaluasi publik nasional terkait dukungan calon presiden dan integritas penyelenggara pemilu. Direktur Riset SMRC, Deni Irvani mengungkapkan, dari survei terhadap 1.426 responden menunjukkan bahwa elektabilitas calon presiden dan wakil presiden nomor urut 01 Joko Widodo-Ma’ruf Amin lebih tinggi dibandingkan  pasangan nomor urut 02 Prabowo Subianto-Sandiaga Uno.

“Ini temuan yang signifikan, nyata dan jelas meyakinkan bahwa calon yabg satu lebih unggul atas calon lain,” ujar kata Deni di Kantor SMRC Jakarta, Ahad (10/3).

Adapun dalam survei ini, peneliti menanyakan, ‘Seandainya pemilu dilakukan sekarang, siapa pasangan capres dan cawapres yang akan dipilih?’. Hasilnya, 54,9 persen memilih pasangan Jokowi-Amin. Sementara, pemilih pasangan Prabowo-Sandi sebesar 32,1 persen.

Kemudian, sebanyak 13,0 persen menyatakan tidak tahu atau merahasiakan pilihannya. “Selisih keduanya sekitar 23 persen, bila pilpres dilakukan saat survei,” kata Deni.

Survei opini publik nasional tersebut dilakukan pada 24 Januari 2019 sampai 31 Januari 2019, dengan melibatkan 1.426 responden yang dipilih secara acak di seluruh Indonesia. Margin of error dari survei ini adalah 2,65 persen.