LANGKAT (IndependensI.com) – Kementerian Pertanian terus mendorong para peternak di seluruh daerah untuk melakukan percepatan pencapaian target kelahiran sapi dan kerbau secara masif dan serentak agar nantinya mampu mengatasi kebutuhan daging sapi nasional. Hal ini disampaikan Direktur Kesehatan Hewan Fadjar Sumping Tjatur Rasa saat mewakili Dirjen Peternakan dan Kesehatan Hewan pada acara panen jagung dan panen pedet di Kabupaten Langkat Provinsi Sumatera Utara (1/4/2019).
Fadjar menjelaskan, peningkatan produksi merupakan jalan menuju cita-cita lumbung pangan dunia pada tahun 2045 mendatang. Untuk itu, perbaikan dan evaluasi harus ditingkatkan secara cepat supaya mampu mengimbangi roadmap yang telah ditentukan. Semua kegiatan UPSUS SIWAB dilakukan oleh petugas di lapangan langsung dilaporkan melalui Sistem Informasi Kesehatan Hewan Nasional Terintegrasi (ISIKHNAS). Semua data hasil pelayanan petugas di lapangan dapat langsung dipantau oleh semua pemangku kepentingan.
“Upsus Siwab perlu terus mendapatkan perhatian dan pengawalan agar berdampak pada pemenuhan target IB, kebuntingan dan kelahiran” tegas Fadjar.
Lanjut Fadjar menjelaskan, capaian kinerja program Upsus Siwab sangat fantastis. Hal ini terlihat dari pelayanan Inseminasi Buatan/IB dari Januari 2017 hingga 31 Desember 2018 telah terealisasi 7.964.131 ekor. Kelahiran pedet mencapai 2.743.902 ekor atau setara Rp 21,95 Triliun dengan asumsi harga satu pedet lepas sapih sebesar Rp 8 juta per ekor. Nilai yang sangat fantastis mengingat investasi program Upsus Siwab pada 2017 sebesar Rp 1,41 triliun, sehingga ada kenaikan nilai tambah di peternak sebesar Rp 20,54 Triliun.
Menurut Fadjar, Program Upsus Siwab dengan menggunakan Inseminasi Buatan (IB) merupakan salah satu upaya penerapan teknologi tepat guna, sebagai pilihan utama untuk peningkatan populasi dan mutu genetik sapi.
Kegiatan ini, tambahnya, berupa penyebaran bibit unggul ternak sapi dapat dilakukan dengan murah, mudah dan cepat, serta diharapkan dapat meningkatkan pendapatan para peternak.
Selain melalui IB, juga ada penerapan teknologi tepat guna lainnya yaitu transfer embrio (TE). Melalui kegiatan TE, selain untuk peningkatan mutu genetik juga untuk memperkaya genetik ternak yang ada.
Salah satu yang saat ini sedang diupayakan Pemerintah adalah memanfaatkan teknologi TE untuk memproduksi sapi bibit unggul jenis Belgian Blue yang dikawinsilangkan (crossbreeding) dengan beberapa jenis sapi lokal di Indonesia.
Belgian Blue bukan sapi biasa, pertambahan bobot badannya tinggi sekali, per hari bisa mencapai 1,2 sampai 1,6 kilogram dan saat ini pengembangan jenis sapi ini terus dilakukan.
“’Pembangunan peternakan dan kesehatan hewan saat ini difokuskan pada terwujudnya swasembada protein hewani” tegasnya.
Fadjar juga menyampaikan keberhasilan percepatan peningkatan populasi ternak sapi/kerbau Upsus Siwab harus didukung oleh antara lain aspek kesehatan reproduksi, pemenuhan pakan, ketersediaan semen beku, sumber daya manusia dan sarana inseminasi buatan (IB) serta distribusinya, dan pengendalian pemotongan betina produktif.
Berdasarkan data ISIKHNAS pada periode 2017-2018 sebesar 47,10% atau terjadi penurunan pemotongan ternak ruminansia betina produktif yang dipotong pada tahun 2017 sebanyak 23.078 ekor menjadi 12.209 ekor di tahun 2018.
Dampak Upsus Siwab dirasakan, selain untuk percepatan peningkatan populasi sapi, juga dapat mengubah pola pikir peternak untuk beternak secara serius dan bersama (kelompok) sehingga lebih menguntungkan bagi peternak.
“Melalui kegiatan panen pedet, akan terlihat komitmen pemerintah daerah untuk menggalakkan Program Upsus Siwab” ujar Fadjar.
Rencana Bangun Sentra Peternakan dengan Ketersediaan Pakan Terjamin
Pada acara panen pedet dan panen jagung yang turut dihadiri Bupati Langkat bersama para petani jagung dan peternak Kabupaten Langkat serta stakeholders terkait lainnya, Gubernur Sumatera Utara Edy Rahmayadi menyampaikan keinginanannya untuk membangun sentra peternakan sapi di Kabupaten Langkat, sebagai daerah penghasil sapi terbesar di Sumatera Utara dengan sistem inseminasi buatan (IB).
“Kami menilai Langkat memiliki potensi untuk dibangun suatu sentra peternakan untuk meningkatkan populasi sapi dan peningkatan bahan pakan”’ ucap Edy.
Menurut Edy, salah satu ciri sentra produksi sapi yakni harus tersedianya pakan ternak yang cukup. Dengan daya dukung Provinsi Sumatera Utara yang pada bulan Januari-April 2019 memiliki estimasi produksi jagung sebanyak 434.016 ton diharapkan dapat mengembangkan industri peternakan.
Pada kesempatan yang sama Direktur Pakan, Sri Widayati menyatakan bahwa, jagung merupakan bahan pakan yang berkontribusi dalam formulasi pakan sehingga ketersediaan jagung berpengaruh terhadap keberlangsungan peternakan. Proporsi biaya pakan dalam usaha peternakan di tingkat rakyat cukup besar terutama untuk jenis unggas, sehingga dinamika harga pakan akan sangat terkait dengan harga produk peternakan.
Untuk menjamin ketersediaan pasokan jagung, sejauh ini Kementan sudah menjembatani penyerapan jagung dari petani ke peternak dengan peran Bulog dalam mengatur pasokan.
“Peran Kementan ini dilakukan sebagai langkah kongkret dalam memberikan kepastian pasar sekaligus memenuhi kebutuhan pakan bagi peternak”ungkap Sri.
Dengan terjadinya peningkatan produksi, diharapkan pendapatan petani peternak akan meningkat, sejalan dengan tersedianya kebutuhan jagung, termasuk jagung yang diproduksi untuk industri peternakan.
Selain itu, lanjut Edy untuk mengembangkan industri peternakan harus didukung dengan teknologi dan sumber daya manusia yang cukup memadai.
Lebih lanjut Edy, sapaan akrab Gubernur Sumatera Utara tersebut juga sangat mengapresiasi usaha-usaha yang telah dilakukan oleh kelompok peternak untuk mensejahterakan anggotanya. Ia pun berharap ke depannya kelompok peternak itu, tidak hanya bergerak pada pengembangan peternakan sapi, tetapi bisa berkembang dengan memanfaatkan limbah peternakan.(***)