JAKARTA (IndependensI.com) – Calon Wakil Presiden nomor urut 02, Sandiaga Uno menegaskan dirinya akan tetap berada di samping capres Prabowo Subianto dan siap berjuang hingga titik darah terakhir demi kemenangan Pilpres 2019.
Hal ini dikatakan Sandi saat berpidato di hadapan para pendukungnya saat menghadiri buka bersama (bukber) di kantor Badan Pemenangan Provinsi (BPP) Jawa Timur, Jalan Gayungsari,Surabaya, Rabu (15/5/2019) sore.
“Saya nyatakan hari ini di Surabaya, saya akan terus dampingi dan dukung Pak Prabowo sampai darah penghabisan, bersama hadirin semua. Bersama seluruh rakyat Indonesia, saya akan berjuang sampai titik darah terakhir. Siap berjuang?” kata Sandi disambut teriakan kompak pendukungnya.
Sandi memastikan Capres Prabowo Subianto akan terus berjuang bersama rakyat untuk merebut kemenangan yang diklaimnya telah dicuri. Sandi tidak akan mendiamkan kecurangan. “Saya dan Pak Prabowo menyatakan tidak (diam)! Kita tidak boleh diam, kita tidak boleh mendiamkan keadaan ini,” tegasnya.
Mantan Wagub DKI Jakarta ini menambahkan, Prabowo secara tegas menyatakan bahwa kedaulatan rakyat harus ditegakkan dan siap mati-matian berjuang bersama rakyat. “Kita deklarasikan tekad berjuang bersama rakyat. Pak Prabowo menyatakan ‘Saya akan timbul dan tenggelam bersama rakyat selama napas masih diberikan’. Pak Prabowo akan terus berjuang sampai kemenangan ini diakui,” bebernya.
“Tadi malam, Pak Prabowo mengumpulkan para ahli hukum untuk menuliskan surat wasiat. Surat wasiat ini akan menjadi penambah perjuangan Pak Prabowo Subianto untuk NKRI, tak akan pernah surut hingga embusan napas terakhir,” ujarnya lagi.
Dia menyinggung siklus 20 tahunan yang terjadi di Indonesia. Mulai zaman pra kemerdekaan hingga reformasi 98. Siklus yang menjadi catatan sejarah mengubah arah demokrasi di Tanah Air. Dia juga menceritakan keadaan yang mulai dicemaskan para pegiat demokrasi dan Hak Azasi Manusia (HAM).
“Kemarin sore, Yayasan Lembaga Bantuan Hukum Indonesia (YLBHI) menggelar konferensi pers menyatakan, pemerintah membahayakan demokrasi dan meruntuhkan subtansi hukum,” katanya.
Menurutnya, YBHI membeberkan tanda-tanda hukum Indonesia sedang dalam ancaman. Seperti pembentukan tim asistensi hukum untuk memantau pernyataan para tokoh. Dia juga menyinggung penggunaan istilah makar dilakukan secara sembrono oleh pemerintah saat ini. Termasuk upaya penangkapan, pembubaran, bahkan kekerasan terhadap aksi-aksi damai. Dia mengajak pendukungnya untuk memperjuangkan tegaknya demokrasi dan kehidupan kenegaraan.
“Apa kita biarkan demokrasi kita diberangus oleh politik uang? Apa kita akan membiarkan penyuara hati nurani rakyat, para ulama, para profesor, para cerdik-pandai dilumpuhkan, dikriminalkan dan dipenjara seperti masa penjajahan dahulu? Tidak!” tandasnya. (dan)