Kabag Humas Basarnas, Suhri Sinaga. (Independensi.com/Tyo Pribadi)

Basarnas Terus Lakukan Sosialisasi Kesiapan Paska Bencana 

Loading

JAKARTA (IndependensI.com) – Dalam rangka memberikan edukasi dan pengetahuan serta kesiapan jika terjadi bencana, Badan SAR Nasional (Basarnas) melakukan sosialisasi melalui program SAR Masuk Ke Sekolah (SAR Goes to School). Progran yang sudah berjalan selama tiga tahun ini, ingin memberikan pembinaan dini terhadap siswa agar mereka memiliki kesiapsiagaan jika terjadi bencana.

“Program ini diberikan kepada siswa mulai dari tingkat SD hingga SMA agar mereka siap menghadapi bencana seperti banjir, gempa dan tsunami. Bukan saja bencana alam, mereka diharapkan bisa melakukan pertolongan sendiri saat terjadi kecelakaan. Dengan demikian, masyarakat dari anak-anak sudah waspada dalam keseharian,” ujar Kabag Humas Basarnas, Suhri Sinaga. Menurut Suhri, pihaknya akan terus melakukan sosialisasi dan mulai melibatkan ke kalangan mahasiswa. “Saat ini kami tengah mengkaji program untuk ke kampus-kampus yang dinamakan SAR Goes to Campus,” imbuhnya.

Lebih jauh Suhri mengatakan, pihaknya terus melakukan pendekatan agar masyarakat luas bisa menyelamatkan diri sendiri sebagai tindakan keselamatan pertama agar terhindar dari bencana. Selain itu akan ada program ke tiap-tiap daerah untuk membentuk forum koordinasi pembinaan potensi SAR, sebagai wadah pembinaan terhadap potensi di daerah. “Hal ini terkait bagaimana upaya masyarakat melakukan pertolongan pertama sebelum SAR datang memberikan pertolongan,” ujar pria ramah berkumis tebal ini.

Ketika ditanya soal peralatan yang ada di Basarnas, Suhri mengaku peralatan pendukung sudah lebih baik dan canggih ketimbang beberapa waktu lalu. Selain itu peralatan pendukung lainnya yang lebih baik lagi seperti radio komunikasi satelit,  alat evakuasi reruntuhan, kapal, hingga peralatan selam. “Kami bisa langsung bergerak jika terjadi musibah dimana pun, karena piranti itu menggunakan satelit. Disamping itu, bisa langsung berkoordinasi dengan lembaga terkait, seperti kepolisian, ambulans, rumah sakit, dan lainnya. Semua peralatan ini menggunakan anggaran multi years mengingat harganya cukup mahal, tidak bisa kami beli dengan anggaran APBN biasa yang terbatas,” imbuhnya.

Sedangkan menyoal jumlah personil, Suhri mengatakan, saat ini di seluruh Indonesia personel hanya sekitar 3.000 orang di 38 kantor SAR dengan pos SAR sebanyak 77 buah. “Idealnya 7.000 orang tetapi mengingat ada moratorium dari Kementerian Pendayagunaan Aparatur Negara dan Reformasi Birokrasi Republik Indonesia. Jadinya ada keterbatasan,” kata Suhri. Adapun solusi sementara adalah bekerjasama dengan TNI, Polri, pecinta alam, yang memiliki kemampuan SAR. Kondisi ini cukup menutupi kekuarangan yang ada dalam menjalankan tugas pertolongan saat terjadi bencana.

Suhri mengakui perlu meningkatkan kualitas sumber daya manusia (SDM) menyusul peralatan dengan teknologi terbaru. Terlebih bagi rescuers memiliki tugas khusus yang bukan dilakukan oleh petugas penolong biasa. Saat ini, pihaknya memiliki Basarnas Special Group (BSG) yang berjumlah 60 orang. Adapun para individu yang tergabung di dalam BSG memiliki kemampuan di atas rescuers yang biasa. “Ada pelatihan khusus untuk grup ini. Ya, seperti Kopassus di Angkatan Darat, yang punya pelatihan khusus dan komprehensif tentunya,” ujar Suhri. Jadi dimanapun dan kapanpun ada bencana, tim inilah yang akan diterjunkan untuk melakukan upaya SAR.