JAKARTA (IndependensI.com) – Ritual haji merupakan demonstrasi simbolis dari semua aspek kehidupan. Selama mengikuti ibadah atau manasik haji baik rukun, wajib maupun sunah, seorang jema’ah akan merasakan spirit kehidupan yang mencakup penciptaan, sejarah, tauhid, aqidah islam dan ukhuwah atau persaudaraan.
Demikian dikatakan tokoh muda NU, KH. Maman Imanulhaq saat melepas jema’ah haji di Jakarta.
“Siapapun yang menghayati ritual ibadah haji, maka ia akan menemukan hakikat penciptaan. Kita terlahir dalam keadaan suci dan (harus) kembali dalam keadaan suci”, tegas caleg terpilih DPR RI Dapil Jabar 9 ini.
Maman menambahkan bahwa dalam manasik haji ditiupkan kesadaran tentang kelahiran yang suci dan merdeka.
Sahabat Umar bin al-Khatab, (644 M) mengingatkan,
“ Bagaimana kalian bisa menjajah manusia padahal mereka terlahir merdeka oleh sang ibu.”
Selanjutnya jema’ah dingatkan tentang kepulangan sebagai sebuah proses menuju kesempurnaan, kebaikan, keindahan, dan nilai.
Karenanya, perjalanan haji tidak cukup hanya dengan kepulangan di tanah air dengan sebutan atau gelar “Haji”, lebih dari itu harus membawa kemabruran atau kehidupan yang lebih baik.
Pimpinan Pondok Pesantren Al-Mizan, Jatiwangi, Majalengka, ini menggambarkan bagaimana haji menghadirkan figur-figur penting seperti Nabi Ibrahim, Nabi Ismail dan Siti Hajar. Mereka mewariskan kesalehan, keteguhan dan keteladanan.
“Kemabruran seseorang akan terlihat dari kesalehan yang ia lakukan. Baik kesalehan ritual maupun sosial,” tuturnya.
Puncak haji adalah wukuf di Arafah. Saat itu seorang haji mengenakan kain ihram sebagai sikap menanggalkan ego, nafsu dan keangkuhan.
Itulah hakikat jihad. Nabi Muhammad bersabda, “ Kalian telah pulang dari sebuah pertempuran kecil menuju pertempuran akbar. Lalu sahabat bertanya, “Apakah pertempuran akbar (yang lebih besar) itu wahai Rasulullah? Rasul menjawab, “jihad (memerangi) hawa nafsu.”
Seorang haji akan terus berjihad melawan spritualisasi kebencian yang terjadi saat Pilpres dan Pileg 2019 yang menimbulkan keretakan sosial yang tajam di masyarakat.
Hoaks dan provokasi yang mengudara di langit-langit Indonesia itu bermuara pada hilangnya nilai kemanusiaan yang jadi inti ibadah haji.
Nilai universal haji akan diimplementasikan dalam nilai persaudaraan. Baik persaudaraan sesama anak bangsa (ukhuwah wathoniyyah) maupun persaudaraan antar umat manusia (ukhuwah insaniyah).
“Mari kita memaknai haji sebagai jihad untuk kehidupan yang lebih baik. Saatnya kita gotong royong membangun Indonesia yang lebih maju dan bermutu,” tutup Maman. (Chs)