SAMOSIR (IndependensaI.com) – Presiden Joko Widodo (Jokowi) mengatakan, pengembangan Kawasan Strategis Pariwisata Nasional (KSPN) Danau Toba, Sumatera Utara (Sumut) harus dilakukan secara simultan antara penyiapan Sumber Daya Manusia (SDM) dan ketersediaan infrastruktur pendukungnya.
Presiden berharap setelah sejumlah infrastruktur pendukung seperti jalan, penataan kawasan, pasar, dan dermaga selesai dibangun, juga diikuti dengan kesiapan SDM sehingga dapat dilakukan promosi secara masif ke seluruh dunia.
“Setelah semuanya selesai, insyaAllah tahun depan. Meski sekarang sudah mulai tapi promosi besarnya tahun depan setelah semua produk ini betul-betul selesai. Produknya itu tadi, seperti Desa Adat Kampung Tenun Ulos, pasar souvenir, semuanya akan direhab termasuk penataan di Tano Ponggol ini,” kata Presiden Jokowi saat meninjau lokasi pelebaran alur Tano Ponggol serta rencana perubahan Jembatan Tano Ponggol, di Kecamatan Pangururan, Kabupaten Samosir Toba, Rabu (31/7/2019).
Hadir mendampingi Presiden, Menko Kemaritiman RI Luhut Panjaitan, Menteri Pekerjaan Umum dan Perumahan Rakyat (PUPR) Basuki Hadimuljono, Menteri Perhubungan Budi Karya Sumadi, Gubernur Sumut Edy Rahmayadi, dan Bupati Samosir Rapidin Simbolon.
Dikatakan Presiden Jokowi, pembangunan sejumlah infrastruktur pendukung di Tano Ponggol yang tengah dikerjakan Kementerian PUPR merupakan pekerjaan besar. Karena dengan dilebarkannya alur Tano Ponggol dari semula lebar rata-rata 25 meter dan dalam kondisi dangkal menjadi 80 meter serta ditambah kedalamannya, nantinya kawasan Tano Ponggol akan menjadi jalur perlintasan kapal pesiar yang mengelilingi Pulau Samosir.
Menteri PUPR Basuki Hadimuljono saat ini progres pelebaran alur Tano Ponggol progresnya sudah sekitar 74%. Alur Tano Ponggol akan dilakukan pelebaran dari 25 meter menjadi 80 m sepanjang 1,2 Km dan ditambah kedalamannya dari 3 meter menjadi 8 meter. Kontrak pekerjaannya dimulai Desember 2017 dan akan selesai Desember 2019 dengan anggaran mencapai Rp 313 miliar.
Proyek pelebaran alur Tano Ponggol dilaksanakan oleh Balai Wilayah Sungai (BWS) Sumatera II, Ditjen Sumber Daya Air (SDA) dengan kegiatan utama adalah pelebaran dan pendalaman alur. Selain itu pada sisi kiri dan kanan alur Tano Ponggol nantinya akan menggunakan steel sheet pile untuk menjaga kekuatan tanggul. Setelah dilakukan pelebaran, pada sisi kiri dan kanan juga akan dibangun jalur pedestrian sebagai bagian dari penataan kawasan sekaligus dukungan objek wisata di Danau Toba.
Sementara itu Kepala Badan Pengembangan Infrastruktur Wilayah (BPIW) Kementerian PUPR Hadi Sucahyono menyatakan pengembangan kawasan Tano Ponggol yang tengah dilakukan Kementerian PUPR yaitu menggunakan konsep pengembangan daerah tepian air baik itu tepi pantai, sungai ataupun danau yang dikenal dengan waterfront city untuk wisata air. “Pengembangan kawasan Tano Ponggol ini merupakan pekerjaan terpadu yang dilakukan oleh Direktorat Jenderal (Ditjen) Bina Marga dengan membangun jembatan, SDA melebarkan alurnha, dan Cipta Karya penataan kawasannya,” ujar Hadi.
Ditambahkan Hadi, selain tiga sektor tersebut, Ditjen Penyediaan Perumahan juga dapat memberikan dukungannya lewat program Bantuan Stimulan Perumahan Swadaya (BSPS) untuk meningkatkan kualitas rumah-rumah warga yang berada di kawasan Tano Ponggol. “Jadi harapannya yang menikmati hasilnya hingga masyarakat kecil yang ada di sekitar kawasan ini.Rumah-rumah warga yang sudah diperbaiki lewat BPSP bisa dikembangkan menjadi homestay oleh masyarakat,” tuturnya.
Direktur Pengembangan Kawasan Permukiman Ditjen Cipta Karya Didiet A. Akhdiat mengatakan, penataan kawasan waterfront city tersebut akan dilakukan di atas lahan seluas 80 hektar dengan alokasi anggaran yang disiapkan sebesar Rp 105 miliar. “Direncanakan pekerjaan konstruksinya akan dimulai pada tahun 2020, saat ini konsep desainnya telah selesai,” ujarnya.
Kepala BBPJN II Medan Sumatera Utara Ditjem Bina Marga Selamet Rasidi mengatakan, dengan adanya pelebaran alur ini, secara otomatis perlu dilakukan penyesuaian desain Jembatan Tano Ponggol agar kapal pesiar dapat lewat di bawah jembatan. Menurutnya desain jembatan tersebut juga akan mengadposi kearifan lokal adat Batak. “Perkiraan ketinggian ideal jembatan yang sudah kita hitung adalah sekitar 8-9 meter dengan panjang total jembatan mencapai 1 km, yang terdiri dari jembatan utama sepanjang 235 meter dan sisanya merupakan jembatan pendekat, dan oprit. Perkiraan biayanya sekitar Rp 287 miliar dan diharapkan konstruksinya dapat dilaksanakan pada tahun 2020-2021,” ujarnya.
Turut hadir mendampingi Menteri Basuki Kepala BPIW Hadi Sucahyono, Direktur Pengembangan Kawasan Permukiman Didiet A. Akhdiat, Direktur Sungai dan Pantai Ditjen Sumber Daya Air Jarot Widyoko, Kepala BBPJN II Medan Sumatera Utara Selamet Rasidi, Kepala Balai Wilayah Sungai (BWS) Sumatera II Roy Pardede, dan Kepala Biro Komunikasi Publik Endra S. Atmawidjaja.