SAMOSIR (Independensi.com) – Destinasi wisata alam di Kabupaten Samosir, Sumatera Utara (Sumut) sangat beragam. Salah satu objek wisata untuk berkemah yang masih perawan adalah Dolok (Bukit) Holbung Sipege, di Desa Hariarapohan, Kecamatan Harian.
Objek wisata yang masih alami ini, dikelola Badan Usaha Milik Desa (BUMDes) Unit Usaha Dolok Holbung Sipege. Tiap hari perbukitan ini ramai dikunjungi wisatawan, secara khusus pada Sabtu dan Minggu pengunjung ramai sehingga membuat area parkir penuh.
Bukit Holbung Sipege, salah satu objek wisata yang sangat indah dan tidak mendapat kunjungan oleh Presiden Joko Widodo ke Samosir belum lama ini. Padahal, Holbung Sipege tidak kalah indah dengan Taman Sipinsur Geosite di Humbang Hasuduntan.
Wisatawan yang ingin melakukan pendakian harus melalui beberapa anak tangga, kemudian melawati jalan setapak naik turun untuk mendaki perbukitan. Wisatawan yang berkunjung ke Bukit Holbung ini, bukan hanya datang dari warga Samosir, tapi juga beberapa wisatawan lokal seperti Jakarta, Jawa Barat dan wisatawan asing dari Malaysia, Taiwan, Hongkong, Singapura, Vietnam, Filipina dan negara lainnya.
Seorang petugas pengelola Bukit Holbung yang juga pengurus BUMDes Unit Usaha Dolok Holbung Sipege, Eljon Sihotang mengaku objek wisata itu dikelola BUMDes. Retribusi yang dikenakan kepada pengunjung Rp 5.000 per orang dan parkir sepeda motor Rp 5.000, mobil Rp 10.000.
Dikatakan, Bukit Holbung itu selalu ramai dikunjungi pada hari Sabtu dan Minggu. Khusus hari Sabtu atau libur, banyak pengunjung berkemah di atas perbukitan. Saat pengunjung menginap dengan berkemah dikenakan biaya tambahan Rp 5.000, karena kendaraan pengunjung dijaga petugas malam.
“Sabtu dan Minggu ramai pengunjung dan banyak berkemah. Tapi kami selalu melakukan pengawasan ke bukit untuk memastikan yang berkemah itu bukan berpasangan, kecuali suami istri diperbolehkan,” ujar Eljon Sihotang kepada Independensi.com belum lama ini.
Kalau pengunjung ramai, kata Sihotang, pendapatan dari retribusi tersebut per harinya mencapai satu juta rupiah. “Seperti hari ini hari Minggu, pengunjung ramai, ditambah pendapatan dari retribusi semalam (Sabtu) sudah hampir mencapai Rp 2 juta pendapatan kami,” jelas Sihotang.
Dari pendapatan yang diperoleh BUMDes tersebut untuk meningkatkan infrastruktur atau akses menuju perbuktikan tersebut. Menurut Sihotang beberapa anak tangga dengan pegangan yang dibangun tersebut bersumber dana dari retribusi dari pengunjung. Dengan anak tangga itu, pengunjung dimudahkan mendaki perbukitan.
Ke depan, kata Sihotang, pihaknya akan membangun berbagai fasilitas di perbukitan seperti tempat berteduh atau peristirahatan, toilet dan lainnya. Sebab, ada tujuh perbukitan yang dilalui pengunjung sebelum mencapai puncak bukit di bukit ke delapan.
“Kami mengharapkan, adanya bantuan anggaran pembangunan dari Pemkab Samosir dan pemerintah pusat. Sehingga, objek wisata alam ini bisa ditingkatkan fasilitas dan perbaikan jalan menuju Bukit Holbung,” tambahnya.
Salah seorang pengunjung dari Kota Depok, Jawa Barat, Monang Tambunan mengakui, meski pembangunannya belum tersentuh oleh pemerintah pusat tapi objek wisata itu jauh lebih indah bila memandang ke Danau Toba. Saya terharu betapa indahnya alam ciptaan Tuhan ini,” ujarnya bangga.
Hal yang sama yang disampaikan Tiur Gultom, warga Kota Depok yang juga putri asli Desa Sitamiang, Samosit itu mengakui, selama ini dia hanya mendengar ada Bukit Holbung yang lebih dikenal dengan Bukit Teletubbies, tapi belum pernah berkunjung ke tempat itu.
Tiur bercerita ada mitos menyebut bila mampu mendaki Bukit Holbung atau bukit cinta tersebut hingga ke puncak atau bukit ke delapan, maka perjalanan cinta pengunjung bakal berjalan mulus. Tapi, untuk menaklukkan ke delapan bukit tersebut butuk waktu lumayan dan tenaga ekstra.
Menurut Tiur, Bukit Holbung disebut bukit cinta karena bila memandang dari perbukitan terlihat pinggiran danau seperti lambang cinta. “Coba lihat, kan nampak pinggiran danau itu berbentuk gambar love atau cinta,” tambahnya. (Robino Hutapea)