Sesmenpora, Gatot S. Dewa Broto
Sesmenpora, Gatot S. Dewa Broto (tengan) bersama atlet cabang tenis meja tunggal putra tuna daksa. (foto Budi/Independensi.com)

Kemenpora Bersyukur Peparpenas Berjalan Lancar

Loading

JAKARTA (Independensi.com) – Kontingen Jawa Timur keluar sebagai juara umum dalam Pekan Paralimpik Pelajar Nasional (Peparpenas IX) yang berlangsung pada 6 hingga 12 November 2019 di Jakarta.

Jatim dinobatkan sebagai juara umum setelah mengumpulkan 20 medali emas, dua perak, dan satu perunggu dengan total 23 medali di enam cabang yang diperlombakan yakni atletik, renang, bulu tangkis, tenis meja, catur, dan boccia.
Di posisi kedua yakni Jawa Tengah dengan 13 emas, 10 perak, dan tiga perunggu, dan posisi ketiga diduduki Provinsi Papua dengan raihan 11 emas, delapan perak, dan tujuh perunggu.
Emas terakhir yang diperoleh Jawa Timur berasal di cabang tenis meja tunggal putra tuna daksa seusai mengalahkan Jawa Barat yang digelar di GOR Pulo Gadung, Selasa (12/11) malam.

Kementerian Pemuda dan Olahraga (Kemenpora) mengakui bahwa penyelenggaraan Pekan Paralimpik Pelajar Nasional (Peparpenas) IX 2019 ibarat proyek Sangkuriang yang berhasil dilakukan meski persiapan sangat singkat.

“Kita menyiapkan ini selama dua bulan terhitung sejak tanggal 25 Agustus, karena ada pemindahan venue. Siang-malam rekan-rekan dipaksa untuk terus bekerja, ini betul-betul Peparpenas Sangkuriang,” ujar Sesmenpora, Gatot S. Dewa Broto di sela penutupan Peparpenas IX di GOR Pulo Gadung, Jakarta, Selasa (12/11/2019) malam.
Sangkuriang diambil dari cerita folklor rakyat Jawa Barat yang mengisahkan kisah percintaan terlarang anak, Sangkuriang, kepada ibunya, Dayang Sumbi, yang mesti membuat perahu besar dalam waktu satu hari sebagai syarat mempersuntingnya.
Seperti halnya Sangkuriang, Kemenpora juga harus bisa menyiapkan dan menyelenggarakan Peparpenas ini dalam waktu dua bulan akibat ada perubahan venue.
Awalnya penyelenggaraan Peparpenas akan digelar di Papua, namun karena berbagai alasan akhirnya batal dan dipilihlah Jakarta sebagai tempat penyelenggaraan. Meski waktu persiapan dan anggaran minim, Gatot bersyukur bahwa Peparpenas berjalan lancar.
“Kita bayangkan seandainya Peparpenas itu tidak berlangsung, kita repot, menunda, anggaran terbuang, dan daerah akan kecewa. Yang lebih kecewa lagi nanti jadi viral pemerintah tidak care terhadap penyandang disabilitas,” kata dia.
Senada dengan Gatot, Deputi Bidang Pembudayaan Olahraga Raden Isnanta mengatakan kesuksesan penyelenggaraan Peparpenas tidak bisa dilepaskan dari keterlibatan seluruh pihak terutama Universitas Negeri Jakarta yang menjadi relawan. Keterlibatan relawan ini sedikitnya meringankan beban Kemenpora yang memiliki SDM dan anggaran yang terbatas.
“Mereka mahasiswa, pimpinan kampus membantu menjadi relawan. Kekurangan dana yang kita gelisahkan karena tuan rumah dadakan terpecahkan dengan adanya relawan,” kata dia.
Ia juga mengapresiasi keikutsertaan pemerintah daerah yang dalam setiap penyelenggaraan terus bertambah. Pada Peparpenas kali ini jumlah peserta hampir mencapai 500 orang dari 33 provinsi.(bud)