JAKARTA (IndependensI.com) – Penerbangan perintis yang diselenggarakan oleh Kementerian Perhubungan melalui Direktorat Jenderal Perhubungan Udara, memberikan dampak positif bagi masyarakat. Angkutan udara perintis dan angkutan kargo perintis, menghubungkan beberapa daerah dengan beberapa distrik-distrik di kawasan (3T) Tertinggal, Terdepan dan Terluar di Indonesia.
Salah satu dampak positif dengan adanya angkutan kargo perintis sangat dirasakan masyarakat di Kabupaten Boven Digoel, Papua. Melalui Bandar Udara Tanah Merah, barang kebutuhan dapat disalurkan ke sejumlah distrik.
“Kegiatan angkutan udara perintis dan kargo perintis ini sejalan dengan program Presiden RI Joko Widodo yaitu untuk menurunkan disparitas harga-harga bahan pokok dan barang penting yang dibutuhkan di seluruh pelosok Indonesia,” kata Direktur Jenderal Perhubungan Udara, Polana B. Pramesti di Jakarta.
Lebih lanjut Polana menjelaskan, program penerbangan perintis kargo adalah sebagai perwujudan dari kehadiran Negara untuk menjawab persoalan di daerah yang sulit dijangkau oleh moda transportasi darat. “Untuk itu mari kita saling berkoordinasi demi satu tujuan yang mulia ini sesuai kewenangan tugas masing-masing, sehingga kegiatan angkutan udara perintis kargo ini dapat tepat sasaran dan dirasakan manfaatnya oleh saudara-saudara kita di Papua,” ujarnya.
Bandar Udara Tanah Merah saat ini memengang perangan penting di wilayah kawasan Boven Digoel, karena menjadi penghubung penerbangan kargo perintis di kabupaten lain seperti Pegunungan Bintang, Kabupaten Mappi dan juga 15 distrik lainnya di Kabupaten Boven Digoel.
Subsidi Angkutan Udara perintis dan Kargo perintis saat ini ini melayani rute dari Bandar Udara Tanah Merah ke beberapa distrik seperti Bomakia, Oksibil, Kiwirok, Koroway Batu, Maggelum, Wanggemalo, dan Yaniruma. Bekerja sama dengan beberapa maskapai, penerbangan angkutan udara perintis dan kargo perintis dimana penumpang umumnya dilayani dengan pesawat jenis Caravan dan Pilatus, disesuaikan dengan medan pegunungan Papua yang hanya bisa dijangkau dengan pesawat-pesawat kecil.
“Program kargo perintis ini sudah berjalan sejak tahun 2017 sesuai perintah Presiden. Dampaknya sangat besar untuk menurunkan harga-harga barang bagi warga terpencil yang tinggal di gunung-gunung. Sejak ada program ini, harga-harga barang bisa ditekan sampai 40 persen, bahkan 50 persen untuk jenis-jenis barang tertentu,” jelas Polana.
Sementara itu, Kepala Kantor Unit Penyelenggara Bandar Udara Kelas III Tanah Merah Asep Soekarjo mengatakan, “Bandara Tanah Merah melayani 60 kali pergerakan pesawat setiap hari, mayoritas merupakan penerbangan kargo perintis ke pedalaman.”
Untuk rute ke Kabupaten Pegunungan Bintang , setiap hari Bandara Tanah Merah melayani pengiriman barang kebutuhan pokok sebanyak 60 ton. “Dengan jumlah sebesar itu warga disekitar masih mengharapkan dapat ditingkatkan lagi mengingat area pegunungan Bintang hanya dapat diakses melalui udara,” kata Asep.
Untuk angkutan perintis penumpang dengan adanya subsidi dari pemerintah, maka warga dilokasi sangat terbantu dan harga tiket masih terjangkau bagi mereka. Sementara untuk penerbangan perintis kargo, Pemerintah memberikan subsidi sehingga pengangkutan barang pokok, bahan bangunan jenis tertentu, dapat meminimalisir biaya pengangkutannya sehingga menekan disparitas harga
“Dengan dilaksanakannya kegiatan angkutan perintis penumpang dan angkutan perintis kargo , masyarakat di Boven Digoel sangat terbantu dalam peningkatan perekonomian ,” jelas Asep.
Asep mengakui, pemerintah pusat melalui Kementerian Perhubungan memberikan perhatian dengan melakukan pembangunan bandara-bandara di pedalaman Papua yang diwujudkan melalui Pengembangan terminal, perpanjangan landasan pacu, maupun pembangunan infrastruktur lain.
Selain itu, untuk lebih mengoptimalkan penerbangan kargo perintis ini, Bandara Tanah Merah ke depannya diperlukan fasilitas gudang kargo yang berukuran lebih besar dari yang sekarang ada, sehingga masyarakat Papua di pedalaman yang terlayani juga dapat lebih besar lagi.