JAKARTA (Independensi.com) – Kementerian Pertanian (Kementan) terus melakukan berbagai upaya untuk meningkatkan neraca perdagangan melalui lalu lintas ekspor. Peningkatan dilakukan sebagai upaya menekan angka defisit neraca perdagangan nasional. Selain dengan memperketat impor, Kementan juga mendorong pengusaha dan enterpreneur untuk mensukseskan Gerakan Tiga Kali Ekspor (Gratieks).
Kepala Biro Humas dan Informasi Publik Kementan, Kuntoro Boga Andri menjelaskan bahwa akses perijinan investasi dan ekspor harus dipermudah dan didorong kuat karena langsung berimbas pada kepentingan dan kesejahteraan rakyat.
“Impor hanya akan dilakukan jika ada kebutuhan yang mendesak dan tidak bisa dipenuhi oleh bangsa kita, dengan segala upaya. Itupun harus melalui persyaratan ketat. Sebaliknya, ekspor harus didorong, dipermudah ijinnya dan dilakukan ketika produksi kita surplus atau melebihi kebutuhan masyarakat,” ujar Kuntoro, Kamis, 20 Februari 2020.
Pada program Geratieks, kata Kuntoro, Kementan mendorong eksport komoditas pertanian meningkat signifikant dengan dukungan dari semua pemangku kepentingan pertanian. Ini memerlukan keberanian mengambil resiko dengan cara kerja yang luar biasa dan cerdas. Cara itulah yang akan menjadi kerangka dasar sebagai jalan pertanian Indonesia menjadi maju, mandiri, dan modern.
“Gratieks harus menjadi momentum untuk menyatukan kekuatan seluruh pemegang kepentingan pembangunan pertanian dari hulu sampai hilir. Gerakan ini harus bisa meningkatkan kuantitas dan kualitas produksi sehingga produk pertanian kita siap ekspor,” katanya.
Mengacu pada data yang dirilis Badan Pusat Statistik, volume dan nilai ekspor produk pertanian Indonesia selama periode Nopember-Desember 2019 mengalami peningkatan yang signifikan, yakni sebesar 8,66 persen dan 10,90 persen.
Pada periode tersebut, surplus neraca perdagangan produk pertanian Indonesia juga mengalami peningkatan sebesar 34,72 persen, dibandingkan tahun 2018.
“Di awal tahun ini, sektor pertanian juga mengalami peningkatan ekspor tertinggi year on year (YOY) dibanding sektor lainnya. BPS mencatat ekspor pertanian Januari 2020 meningkat 4,54 persen dibanding tahun sebelumnya,” katanya.
Menurut Kuntoro, peningkatan ekspor dan surplus perdagangan produk pertanian dalam beberapa bulan terakhir juga tidak terlepas dari dorongan kuat Menteri Syahrul Yasin Limpo.
“Pak Menteri selalu mendorong agar terus menekan angka impor, dan mendorong ekpor. Dengan peningkatan ekspor, pendapatan petani kita pun secara sendirinya akan meningkat,” katanya.
Kondisi tersebut berdampak meningkatnya neraca perdagangan atau balance of trade (BoT) komoditas pertanian. Kenaikan tersebut bahkan mencapai 34,72 persen atau US$ 1,95 Milyar dari tahun 2018 yang hanya US$ 1,44 Milyar.
Disisi lain, BoT peroduk pertanian mengalami surplus yang cukup tajam yakni 24,52 persen pada Desember 2019, atau meningkat 61,45 persen terhadap Oktober 2019.
“Keberhasilan program peningkatan ekspor pertanan ini dapat dilihat dari balance trade pertanian yang positif,” pungkasnya.(***)wst