Andre (mengenakan kaos bergaris-garis) Ketua Gugus Tugas Covid-19 RW 09 Keluarahan Pondok Karya – Kecamatan Pondon Aren, Tangerang Selatan, Purboseno (nomor 2 dari kiri - duduk di motor) dan Teguh Imanto (juga duduk di motor).

Suka-Duka Anggota Gugus Tugas Covid-19

Loading

JAKARTA (IndependensI.com) – Seperti kita tahu bahwa para petugas medis yang bertugas menangani warga masyarakat yang terpapar Covid-19 di seluruh Indonesia adalah pribadi lepas pribadi yang sangat layak disebut sebagai pahlawan kemanusiaan. Karena – demi kepentingan yang lebih besar yakni menyelematkan jiwa-jiwa yang terpapar virus yang sangat mematikan tersebut – mereka rela meninggalkan orangtua, suami, istri, anak-anak dan orang-orang yang mereka kasihi.

Oleh karena itu maka menjadi sangat wajar ketika timbul pertanyaan yang mengusik hati nurani kita di mana pada satu sisi ada femomena orang-orang yang rela berkorban demi keselamatan orang lain, di sisi lain ada banyak orang yang mengabaikan perintah untuk #dirumahsaja dan PSBB hanya didasari oleh temporary urgent yang, sebenarnya bisa ditunda pelaksanaannya dikarenakan ada pandemi Covid-19.

Sehingga dengan demikian menjadi sangat wajar dan sangat (!) manusia sekali ketika para netizen melihat ada banyak tenaga medis yang tampil di screen hp setiap warga – bukan untuk selfie melainkan untuk mengekspresikan kegundah-gulanaan hati mereka masing-masing sebagai manusia, yang merasa tidak diapresiasi oleh para ngeyeler yang menabrak segala peraturan yang berkaitan dengan #dirumahsaja dan PSBB yang telah ditetapkan baik oleh pemerintah pusat maupun pemerintah daerah di seluruh Indonesia.

Sambil membawa kertas putih bertuliskan terserah Indonesia para pahlawan kemanusiaan tampil di dunia maya dan disaksikan oleh jutaan warga pemilik FB, Instagram, WA, dan lain-lain yang bukan tidak mungkin dilihat juga oleh para ngeyeler.

Masjid Baitturahman di lingkungan RW 09 yang sejak 20 Maret 2020 meniadakan segala bentuk kegiatan – sesuai anjuran Pemerintah dan MUI.

Dan, dari pantauan langsung yang dilakukan independensi.com di beberapa lokasi, ternyata tidak hanya sebatas kepada tenaga medis saja yang “tidak dianggap”, hal yang sama pun dirasakan oleh para petugas Gugus Tugas Covid-19 di lingkungan RT-RW di beberapa wilayah yang dikunjungi reporter IndependensI.com.

Yang dimaksud “sama” di sini adalah dalam hal yang berhubungan dengan masalah suka-duka.

“Contoh yang paling sederhana adalah masalah masker. Jelas-jelas di sudut pintu gerbang ada poster bertuliskan Kawasan Wajib Pakai Masker… Ehh, masih saja dilanggar!” kata Andre Kusumah, Ketua Gugus Tugas Covid-19 – RW 09 Kelurahan Pondok Karya, Kecamatan Pondok Aren – Tangerang Selatan.

Dalam perbincangan yang berlangsung di halaman Masjid Baiturrahman, Andre didampingi Teguh Imanto (Wakil Ketua), Dimmy Hidayat (Koordinator Komunikasi) dan Purboseno (Koordinator Keamanan) Gugus Tugas Covid-19 RW 09.

“Ada yang ditegur karena tidak pakai masker langsung minta maaf. Tapi ada juga yang dari raut wajahnya kelihatan kalau kurang berkenan saat ditanya, kenapa tidak pakai masker,” kata Purboseno menegaskan kata-kata yang disampai Andre Kusumah.

Sebagai Ketua Gugus Tugas Covid-19 RW 09 Kelurahan Pondok Karya, Andre, yang biasa berolahraga jalan kaki, suatu hari melihat ada anak-anak dari luar lingkungan RW 09 bermain bola di jalan depan Masjid Baiturrahman.

“Main bolanya sih nggak apa-apa… itu kan olahraga… Tapi, ketika mereka tidak pakai masker, segera anak-anak tersebut kami suruh pulang ke rumah mereka masing-masing untuk ambil masker,” kata Andre Kusumah sambil tersenyum penuh arti, karena dengan menyuruh anak-anak tersebut kembali ke rumah untuk mengambil masker, sebenarnya itu adalah mengusir anak-anak yang bermain bola tanpa masker tersebut secara halus.

Diakui atau tidak menenggang rasa adalah bagian yang tak terpisahkan dari para warga masyarakat yang berhimpun menjadi satu dalam wadah kegiatan sosial bernama Satuan Gugus Tugas Covid-19.

Demi menjaga ketenteraman warga utamanya warga yang lokasi tempat tinggal mereka berdekatan RW 09, di tingkat Kelurahan Pondok Karya dibentuk group WA Gugus Tugas Covid-19 yang tujuan utamanya adalah untuk mengkoordinasikan segala sesuatu yang berhubungan dengan tugas dan tanggungjawab setiap Gugus Tugas Covid-19 di lingkungan RT-RW yang berada di Kelurahan Pondok Karya.

“Alhamdullilah sampai detik ini komunikasi kita dengan Gugus Tugas Covid-19 di Kelurahan Pondok Karya berjalan baik dan lancar,” ujar Dimmy Hidayat – Koordinator Komunikasi Gugus Tugas Covid-19 di RW 09.

Seperti di RW lain, di RW 09 awalnya juga akan mengawasi secara ketat warga dari luar yang akan masuk ke RW 09. “Awalnya saat Gugus Tugas Covid-19 akan dibentuk, punya pemikiran bahwa semua paket kiriman untuk warga di sini di-pool di Poskotama,” kata Purboseno. “Tapi, setelah dipertimbangkan secara mendalam, rencana atau ide tersebut kami batalkan,” tambahnya.

Pertimbangannya agar warga di lingkungan RW 09 tidak terpapar virus yang belum ditemukan vaksin atau obatnya itu.

Akhirnya diputuskan bahwa paket kiriman untuk warga RW 09 tetap dihantarkan oleh petugas atau kurir dengan merujuk pada ketentuan  protokol kesehatan yang berlaku terkait dengan Covid-19.

“Kurir yang mengantar paket tersebut, harus mengenakan masker, diperiksa suhu badannya serta mencuci tangan sebelum mereka menuju alamat si penerima paket,” Purboseno menegaskan.

Menjawab pertanyaan mengenai dana operasional yang dipergunakan untuk mendukung kelancaran para petugas lapangan, Teguh Imanto mengungkapkan bahwa dana operasional untuk kelancaran para petugas lapangan Gugus Tugas Covid-19 RW 09, “Semuanya berasal dari swadaya warga di sini,” tukas Teguh sambil menambahkan bahwa sampai hari ini belum ada bantuan dari pemerintah Tangerang Selatan.

Sebelum perbincangan yang berlangsung di halaman Masjid Baiturrahman (yang tetap menjaga physical distancing ) berakhir, Andre Kusumah – Ketua Gugus Tugas Covid-19 RW 09 mengungkapkan keprihatianannya.

“Ini semua karena masalah edukasi,” katanya.

“Seperti saya katakan tadi. Kenapa anak-anak yang bermain bola itu tanpa memakai masker? Karena, selain memang memakai masker belum menjadi tradisi dalam kehidupan kita sehari-hari, lingkungan keluarga mereka masing-masing juga tidak memiliki kemampuan untuk mengedukasi bahwa betapa membahayakannya – baik untuk diri sendiri maupun ke diri orang lain – bila dalam situasi dan kondisi di mana pandemi Covid-19 sedang melanda negeri ini, kita mengabaikan peraturan yang telah ditetapkan oleh pemerintah yakni pakai masker apabila kita berada di luar rumah,” kata Andre Kusumah. (Toto Prawoto)