Produk antivirus Corona temuan Balitbangtan Kementan. (Istimewa)

Kalung Anti Corona: Sebuah Terobosan Atau Coba-coba 

Loading

JAKARTA (Independensi.com) – Pandemi virus Corona yang merebak di seluruh dunia sejak awal tahun ini, belum juga berakhir. Penelitian baik secara medis dan akademis terus dilakukan untuk menciptakan serum anti virus berkode Covid-19. Pemerintahan di seantero belahan bumi mencoba berbagai cara pencegahan mulai dari penanganan yang mengikuti prosedur kesehatan berbasis antisipasi preventif maupun persuasif, pembatasan gerak masyarakat berdasarkan tempat tinggal hingga negara. Sedangkan untuk mencari serum anti virus, banyak negara melakukan penelitian mulai dari China, Amerika Serikat, negara-negara di Eropa berkonsentrasi untuk menemukan solusi, tetapi kiprah virus Corona tetap memberikan ancaman dan mencekam situasinya.

Di Tanah Air, Badan Penelitian dan Pengembangan Pertanian Kementerian Pertanian (Balitbangtan Kementan) menginformasikan, telah menemukan kalung antivirus Corona berbahan eucalyptus – pohon kayu putih, yang bakal diproduksi massal bekerjasama dengan pihak swasta. Kepala Balitbangtan Kementan Fadjry Djufri, seperti dikutip dari Antara, Sabtu (3/7/2020), mengatakan, Balitbangtan Kementan hanya melakukan penelitian dan pihak swasta sepakat untuk memproduksi kalung antivirus tersebut secara massal. Ada beberapa bentuk produk yang bakal ada seperti kalung, inhaler, roll on, cream, dan diffuser. Selain itu, Balitbangtan Kementan juga membantu membangun komunikasi dengan mitra asing, seperti perusahaan farmasi dari Jepang dan Rusia.

Dalam kesempatan berbeda, Menteri Pertanian Syahrul Yasin Limpo mengatakan, kalung antivirus Corona yang mirip kalung ID Card itu akan diproduksi massal mulai bulan depan dan mengklaim kalung tersebut mampu mematikan Covid-19. Syahrul mengatakan, kalung ini yang dibuat dari bahan eucalyptus pohon kayu putih, bisa membunuh Covid-19 dengan kontak, bahkan dalam kontak 15 menit bisa membunuh 42 persen Covid-19. Selain kalung, produk ini juga dalam bentuk oles ke bagian luar tubuh.

Pada Senin (18/5/2020), Kementan sudah menandatangani perjanjian kerja sama dengan produsen Cap Lang, PT Eagle Indo Pharma, sebagai mitra lisensi untuk memproduksi antivirus berbasis tanaman atsiri. Balitbangtan nantinya akan mendapatkan imbalan royalti atas penjualan produk yang dikembangkan sebagai kompensasi dari komersialisasi itu.

Kalung “Shut Out”

Sementara itu, kalung antivirus temuan Balitbangtan Kementan ini mirip dengan kalung “Virus Shut Out” buatan pabrikan obat Jepang, Toamits yang sempat viral di media sosial pada awal Maret tahun ini. Hanya saja kalung ini berbahan dasar kimia sedangkan produk Balitbangtan Kementan dari herbal. Kalung “Virus Shut Out” ternyata sudah dilarang di kawasan Asia Tenggara dan sempat dijual secara masif di Hong Kong. Kabarnya, kalung ini diklaim bisa melindungi manusia dari pelbagai virus termasuk Covid-19. Pihak penjual bertahan untuk terus menjual produk tersebut, hanya saja pihak Departemen Bea dan Cukai Hong Kong tetap melakukan pelarangan.

Seperti dikutip dari Hong Kong Free Press (HKFP) bulan Maret 2020, pabrikan Toamit membeberkan bahwasanya produk ini sudah teruji secara eksperimen mampu menahan partikel bakteri dan virus yang menyebar di udara, mampu mengurangi kemungkinan terinfeksi serta menginfeksi orang lain. Bahkan, Toamit menegaskan pada produknya tersebut bisa digunakan oleh orang yang sudah sakit, anak balita, anak-anak dan orang-orang yang memiliki imunitas tubuh yang rendah.

Menurut seorang dokter ahli virus dan kekebalan tubuh di Hong Kong, Dr Ariane Davison mengatakan kepada HKFP, kalung tersebut hanya mengandung sediaan klorin dioksida alias cairan disinfektan. “Kalung itu tidak bisa melindungi dari virus yang menginfeksi pernafasan. Jelas ini penipuan. Kalung ini digunakan di leher bukan di sekitar hidung dan mulut yang menjadi jalan masuknya virus. Tetapi kalau didekatkan ke wajah dipastikan akan iritasi dan berbahaya bagi mata. Selain itu, klorin dioksida bersifat korosif,” kata Davison.

Lebih jauh Davison menegaskan, sifat dari disinfektan tadi atau klorin dioksida untuk mensterilkan permukaan yang keras dan tidak untuk didekatkan ke wajah atau leher. “Sekali lagi, produk Virus Shut Out itu tidak ada gunanya sama sekali untuk melindungi dari Covid-19,” tegasnya.

Produk ini juga sudah dilarang beredar Vietnam dan Thailand. Pihak otoritas kesehatan Vietnam pun sudah mengeluarkan pernyataan bahwasannya kalung tersebut tidak memiliki dasar ilmu dan teknologi. Di Hong Kong, alat tersebut sempat beredar di toko serba ada dengan harga di bawah 100 dolar Hong Kong.

Melihat dari paparan di atas, semestinya Kementerian Pertanian dalam hal ini Balitbangtan Kementan tidak serta merta merilis kalung antivirus itu ke masyarakat, apalagi bakal dibuat massal dalam waktu dekat. Memang kalung versi Kementan ini berbasis eucalyptus atau pohon kayu putih, dimana merupakan bahan dasar yang masuk ranah penelitian Kementan. Namun demikian, segala terobosan memang boleh-boleh saja dikeluarkan oleh kementrian apapun dan pihak manapun. Hanya saja diperlukan penelitian lebih jauh yang sejatinya memakan waktu dan biaya yang tidak sedikit.

Yang patut ditunggu adalah kiprah Kementerian Kesehatan (Kemenkes) dan pihak terkait dengan kesehatan untuk menelurkan produk yang tepat serta terpercaya untuk Covid-19. Beberapa waktu lalu, Presiden Joko Widodo (Jokowi) sempat “membocorkan” alokasi dana Kemenkes dalam Sidang Kabinet Paripurna di Istana Negara, Kamis (18/6/2020). Jokowi menyebut besaran dana sekitar Rp 75 Triliun tetapi hanya terserap 1,53 persen.