Serikat Petani Simalingkar Bersatu (SPSB) dan Serikat Tani Mencirim Bersatu (STMB)

Ingin Proklamirkan Kemerdekaan Petani, Ratusan Petani Asal Sumut Menginap di Kantor DPW PKB Riau

Loading

PEKANBARU (Independensi.com) – Sekitar 170 orang petani yang tergabung dalam Serikat Petani Simalingkar Bersatu (SPSB) dan Serikat Tani Mencirim Bersatu (STMB) yang melakukan aksi jalan kaki dari Sumut menuju Istana Negara di Jakarta, Sabtu (11/7) malam, tiba dan menginap di kantor DPW PKB Rriau Jalan OK M Jamil, Kecamatan Bukit Raya – Pekanbaru.

Mereka ditampung atas rasa kemanusiaan, ujar Ade Agus Hartanto Sekretaris Partai Kebangkitan Bangsa (PKB) Prov Riau menjawab Independensi.com, Minggu, sekitar jam 23 malam (12/7) di Pekanbaru.

Lebih lanjut Ade Agus Hartanto mengatakan, 170 orang petani yang tergabung dalam SPSB dan STMB yang sedang melakukan jalan kaki dari Medan. Tujuannya Istana Negara di Jakarta. Mereka  kita fasilitasi tempat menginap dengan menyediakan selimut.

PKB menerima ratusan massa itu karena ada permintaan mereka ke berbagai kelompok masyarakat, namun mengaku tidak bisa membantu, sehingga dengan rasa kemanusiaan kita tampung dengan menyediakan tempat istirahat.

Teman-teman di PKB Prov Riau ini sebagian besar para aktifis sehingga merasa tergugah hatinya untuk membantu rakyat yang sedang berjuang. Ditanya tentang risiko covid-19 dari para aksi massa, Ade yang di gadang-gadang sebagai balon Bupati Inhu ini mengatakan, pihaknya sudah mengingatkan kader PKB yang melayani massa, agar memperhatikan protokol kesehatan.

“Kita sudah yngatkan para kader dan pengurus PKB yang melayani, agar menggunakan masker. Dan bila pemerintah ingin melakukan rapid tes bagi para aksi massa, PKB Rioau siap mengakomodir,” tegasnya.

Widi Wahyudi koordinasi aksi jalan kaki kepada sejumlah wartawan mengatakan, ada dua kelompok petani dari Kabupaten Deli Serdang –Sumut yang melakukan aksi jalan kaki, yaitu Serikat Petani Simalingkar Bersatu dan Serikat Tani Mancirim Bersatu “Kami ini petani dari Desa Simalingkar dan Desa Mencirim berjumlah 170 orang. Kami melakukan aksi jalan kaki menuju Istana Jakarta untuk menuntut keadilan kepada Bapak Presiden Joko Widodo,” ujar Widi Wahyudi.

Aksi nekat ini dilakukan, untuk mencari keadilan terkait konflik yang kami hadapi dengan PT. Perkebunan Nusantara (PTPN II) . Sebagian besar kaum pria, hanya 18 orang perempuan dengan membawa peralatan masak, sudah 18 hari jalan kaki karena berangkat dari kampung hari Kamis, 25 Juni 2020 lalu, alhamdulillah sampai di Pekanbaru Sabtu, (11/7/2020) malam.

Sebelum berangkat, seluruh petani sudah di cek kesehatannya karena saat ini dalam kondisi covid-19. Hingga saat ini, jarak yang sudah kami tempuh sekitar 650 kilometer.

Kami sangat berterima kasih kepada DPW PKB Riau yang telah membantu menampung kami memberikan tempat istirahat. Semua petani yang sedang memperjuangkan keadilan ini dalam keadaan sehat.

Kami ingin bertemu dengan Presiden Joko Widodo (Jokowi) untuk menyelesaikan konflik agraria antara petani dan PTPN II yang sudah berlangsung lama “Suka duka kami lewati selama di perjalanan. Kadang harus tidur di pinggir jalan, makan seadanya, hingga pernah diusir dianggap seolah-olah pembawa virus,” kata Widi Wahyudi.

Dia mengaku sudah tak terhitung berapa kali mereka berhenti selama berjalan kaki, sementara mobil dibawa hanya untuk tempat perlengkapan masak dan digunakan bagi petani yang kelelahan. Ratusan petani yang melakukan aksi ini terpaksa meninggalkan keluarganya di kampung.

“Entah makan apa anak istri di kampung, tapi mau bagaimana lagi, cuma aksi gila ini yang bisa kami lakukan. Kami hanyalah rakyat kecil yang enggak tahu hukum. Banyak yang bilang kami gila, tapi negara yang buat kami seperti ini,” ujar Widi.

Lebih lanjut Widi menceritakan, di Desa Simalingkar, luas area yang berkonflik dengan PTPN II lebih kurang 854 hektar dan area petani Desa Mencirim sekitar 80 hektar. Sekarang lahan pertanian dan rumah tempat tinggal kami sudah rata akibat digusur.

Lahan yang digusur di Desa Simalingkar atas dasar HGU nomor 171 tahun 2009, sedangkan Desa Mencirim atas dasar HGU Nomor 92 Tahun 2004. Padahal, tanah itu tanah kakek nenek kami sejak zaman Belanda dulu, sudah banyak yang bersertifikat.

Sebenarnya kata Widi lagi, pertikaian ini sudah berlangsung sejak lama. Bahkan pada tahun 2012 sempat terjadi korban antara petani dan PTPN II akibat konflik. Petani sudah mengadu ke pemerintah dan berbagai instansi setempat, tetapi tidak ada hasil.

Dijelaskan, 2 orang rekan mereka dipanggil ke Jakarta semalam berangkat dengan mobil, kami sedang menunggu instruksi. Inilah jalan terakhir, jalan kaki ke Jakarta untuk menemui Bapak Presideni. Kami menargetkan sampai ke Istana Negara pada 17 Agustus 2020 atau tepat pada Hari Kemerdekaan Republik Indonesia. “Kami merencanakan untuk memproklamasikan kemerdekaan petani,” ujar Widi lagi. (Maurit Simanungkalit)