JAKARTA (IndependensI.com) – Terus bertambahnya angka penularan Covid 19 di Jakarta membuat tingkat keterisian tempat tidur untuk pasien Covid 19 semakin tinggi.
Kepala Bidang Sumber Daya Kesehatan, Dinas Kesehatan Provinsi DKI Jakarta Ani Ruspitawati mengatakan penggunaan tempat tidur untuk kapasitas pasien Covid-19 mulai meningkat pada Juli. Sebelumnya, tren sempat menurun pada Juni.
Dalam satu diskusi virtual, Ani mengatakan bahwa saat ini ketersediaan tempat tidur untuk pasien isolasi Covid-19 terisi 65 persen sementara tempat tidur di ICU terisi 67 persen.
“Untuk tempat tidur kita lihat bahwa mulai awal Juli sudah mulai ada eskalasi peningkatan kembali. Sesudah puncaknya di bulan Mei, turun mulai akhir Juni, Juli meningkat lagi, sehingga BOR (Bed Occupancy Rate) untuk tempat tidur isolasi ada di angka 65 persen, ICU 67 persen,” kata, Rabu (19/8/2020).
“Pandemi Covid memang betul-betul memberikan satu ujian, termasuk DKI, di semua hal kita diuji apakah terkait kesiapan di bidang pencegahan dan pemberantasan penyakitnya, sistem penguatan dini, surveillance, maupun surveillance penyakit real time, kemudian di kapasitas dan jejaring SDM ada juga ujian kapasitas SDM.”
Ani juga menambahkan, Pemprov DKI terus aktif melakukan pelacakan untuk menemukan kasus baru. Bahkan ia menyebut saat ini, Pemprov telah melakukan tes PCR terhadap 514.598 orang di Jakarta.
Tingginya jumlah tes dikarenakan terdapat 45 laboratorium jejaring untuk memeriksa sampel. Dengan jumlah laboratorium jejaring, pelacakan kasus baru diharapkan terlaksana secara optimal.
“Sekarang ini DKI sudah ada 45 lab jejaring. Ada 17 lab dari pemerintah pusat, DKI sendiri punya 4 lab yang dioperasionalkan di beberapa rumah sakit. Kami juga membangun jejaring lab milik BUMN dan RS Swasta yang ada di wilayah DKI. Sehingga total lab pemeriksa ada 45 lab dengan kemampuan pemeriksaan per harinya 6.825 sampel,” lanjutnya.
Ani juga menuturkan pelacakan kasus baru yang dilakukan Pemprov DKI selain di rumah sakit, juga menyasar tiap-tiap Puskesmas Kecamatan.
“Semakin hari kegiatan tracing yang dilakukan puskesmas melalui active case finding sudah semakin tinggi. Sehingga, semakin lama semakin lebih besar dibanding RS. Ini juga secara angka berpengaruh tingginya angka konfirmasi positif yang ada di DKI,” tutupnya.