Balitbang Kemenhub bekerjasama dengan UGM dan ITB melakukan diseminasi hasil kajian di sektor angkutan jalan dan perkeretaapian melalui webinar

Paradigma Humanitarian Transport Jadi Solusi Pemulihan Bisnis Angkutan Jalan dan Perkeretaapian

Loading

JAKARTA (independensi.com)
Kebijakan pengendalian sosial pandemi Covid-19 telah berdampak pada turunnya volume penumpang angkutan perkeretaapian sebesar 68%.

Imbas adanya pembatasan pasca terjadinya pandemi pada bulan Maret-April 2020 telah menyebabkan jumlah perjalanan Kereta Api menurun.

Angkutan jalan pada periode yang sama juga mengalami penurunan. Jumlah bus yang beroperasi dan jumlah penumpang pada angkutan jalan juga mengalami penurunan.

Badan Penelitian dan Pengembangan Perhubungan (Balitbanghub) melalui Pusat Penelitian dan Pengembangan Transportasi Jalan dan Perkeretaapian, bekerjasama dengan Institut Teknologi Bandung (ITB) dan Universitas Gadjah Mada (UGM) melakukan diseminasi hasil penelitian yang telah dilakukan melalui webinar.

Bertajuk “Strategi Pemulihan Bisnis Angkutan Jalan dan Perkeretaapian” yang diselenggarakan hari Senin (21/9) dihasilkan sejumlah masukan terkait strategi pemulihan bisnis di sektor transportasi ini.

“Diperlukan strategi pemulihan bisnis angkutan jalan dan perkeretaapian dengan paradigma humanitarian transport agar bisnis angkutan orang pada transportasi jalan dan kereta api tetap berlangsung dengan baik,” tutur Kepala Balitbanghub Umiyatun Hayati Triastuti.

Sekretaris Jenderal Kementerian Perhubungan Djoko Sasono di acara yang sama menjelaskan, penurunan demand transportasi publik disebabkan adanya kekhawatiran di masyarakat terkait penyebaran covid-19 di transportasi publik. “Ini menjadi tantangan bagi kami untuk mengembalikan kepercayaan publik,” tegasnya.

Deputi Bidang Sarana dan Prasarana Badan Perencanaan Pembangunan Nasional Kennedy menambahkan, diperlukan strategi pemulihan pasca pandemi, diantaranya akselerasi investasi, penguatan sistem ketahanan nasional, pemulihan industri, pemulihan pariwisata, pembangunan Sumber Daya Manusia (SDM), serta pembangunan infrastruktur.

Beberapa strategi pemulihan sektor transportasi yang dapat dilakukan antara lain mengembangkan inovasi dan sinergi antar moda, integrasi sektor transportasi dan pariwisata, meningkatkan pemanfaatan teknologi informasi agar mempermudah komunikasi dalam pelaksanaan transportasi, serta meningkatkan penerapan protokol kesehatan pada sektor transportasi.

Dari kajian yang dilakukan oleh Ahli Ekonomi UGM, Hengki Purwoto, disebutkan bahwa pemulihan bisnis perkeretaapian dapat diarahkan mengadopsi Blue Ocean Strategy (BOS) untuk menciptakan fitur layanan baru dalam menangkap potensi yang dimiliki.

Inovasi di sektor perkeretaapian merupakan hal penting sehingga dapat menciptakan ruang pasar baru
Selain itu penerapan layanan dengan konsep adaptasi kebiasaan baru juga berpotensi menarik masyarakat untuk menggunakan moda kereta api.

Sementara itu Ahli Transportasi UGM, Agus Taufik Mulyono, terdapat berbagai pilihan kebijakan pengelolaan yang telah disusun oleh UGM, yaitu Strategis, Taktis, dan Operasional (STO).

Strategis adalah kebijakan makro, yang menjadikan angkutan kereta api sebagai bagian dari humanitarian transportation. Taktis adalah bagaimana alokasi sumber daya untuk mewujudkan kereta api sebagai bagian dari humanitarian transportation. Sedangkan Operasional adalah membangun organisasi dan manajemen di tingkat operasi dan di tingkat individu.

Ahli Transportasi ITB, Ibnu Syabri, berpendapat, dengan memberikan subsidi bahan bakar khusus untuk angkutan umum pada masa pandemi agar pengusaha angkutan umum dapat bertahan memenuhi biaya operasional harian. (hpr)