JAKARTA (Independensi.com) – PERGANTIAN Kepala Kepolisian Negara Republik Indonesia (Kapolri) dari Jenderal Polisi Idham Asis kepada Komisaris Jenderal Polisi Listyo Sigit Prabowo menyita perhatian banyak pihak, terutama elit politik dan tokoh masyarakat dibanding pergantian-pergantian sebelumnya.
Berbagai pendapat mengenai sosok, kepribadian, integritas dan prestasi Komjen Listyo Sigit Prabowo, sebagai alasan untuk dipilih serta diajukannya sebagai calon tunggal oleh Presiden Joko Widodo ke DPR untuk disetujui.
Prestasi Listyo Sigit Prabowo dimata sebagian pihak dianggap biasa-biasa saja, hanya mengungkap penganiayaan penyidik senior KPK Novel Baswedan dan penangkapan buronan puluhan tahun Djoko Sugiarto Tjandra, memimpin Polda Banten yang bukan kelas satu dan lain-lain.
Ada yang mengaitkan kedekatannya dengan Presiden ketika Walikota di Solo, Listyo Sigit sebagai Kapolres, dan setelah Jokowi terpilih menjadi Presiden, Listyo Sigit Prabowo juga pernah menjadi ajudannya.
Sesuai peraturan perundang-undangan, Komisi Kepolisian Nasional (Kompolnas) mengajukan lima nama kepada Presiden, setelah melakukan berbagai penyaringan dan pengkajian untuk memperoleh sosok yang dibutuhkan Negara Republik Indonesia.
Dari lima nama itu hanya Listyo Sigit Prabowo yang diajukan Presiden ke DPR lalu dengan suara bulat Komisi III yang melakukan fit and profer test kemudian diputuskan DPR untuk menyetujui pengangkatannya menjadi Kapori menggantikan Idham Aziz yang akan purna tugas.
Selain dari yang menganggap prestasi biasa-biasa saja, jauh lebih banyak yang menonjolkan prestasi Listyo Sigit Prabowo, bahkan ada yang menyebut bahwa calon Kapolri tersebut adalah mumpuni, didasarkan dari perilaku dan perangai Listyo sebagai pribadi maupun sebagai pejabat di dalam pengabdian menunaikan tugas kepada nusa dan bangsa.
Dari sejumlah pendapat itu perlu digaris bawahi keterangan Dimyati Natakusumah, anggota DPR dari Fraksi PKS yang mengatakan: “Jadi begini, Listyo Sigit itu dari rekam jejaknya bagus dan beliau memang dipercaya Pak Jokowi, tidak kelompok A atau kelompok B menjadi pemersatu di Bhayangkara. Beliau pernah jadi Kadiv Propam, Kadiv Propam itu tau rekam jejak semua polisi se-Indonesia, itu kan ibaratnya jadi sapu, sapu pembersih untuk kepolisian supaya polisi itu harkat, derajat dan martabatnya bagus,” (MNC Portal, Jumat (15/1/2021).
Dimyati Natakusumah warga Banten mengetahui mantan Kapoldanya itu, orang cerdas, muda, apa adanya sebagai polisi negara, yang tidak memihak.
Membandingkannya terhadap adanya semacam pameo bahwa di institusi itu ada kelompok bahkan ada yang menyebut fraksi.
Di mata Dimyati bahwa Listyo Sigit Prabowo itu sebagai dirinya sendiri, bukan titipan kelompok atau partai, dan itu diyakininya juga dimaklumi Presiden sebagai mantan sesama pimpinan daerah di Solo dan mantan ajudannya.
Listyo Sigit Prabowo benar-benar Polisi Negara Republik Indonesia yang mengabdi untuk masyarakat, bangsa dan negara Indonesia.
Sebenarnya, hal seperti ini sudah dimulai Presiden Jokowi sejak dari Tito Karnavian, pemilihan Kapolri tidak tergantung pada situasi dan kondisi sesaat atau kepentingan jangka pendek, tetapi kepentingan yang lebih besar dan menyeluruh.
Banyak juga yang tidak senang dengan kepribadian Lystio yang tegas dan apa adanya, sebab sebagai Polisi Negara dia tidak disenangi para spekulan terutama para konglomerat (pengusaha besar) yang sering “memanfaatkan” kedekatannya dengan institusi tertentu untuk kepentingan bisnis.
Ada dugaan, sampai-sampai masalah agama dijadikan tameng hanya untuk mengganjal Lystio, karena dengan kehadirannya akan semakin sempit ruang gerak para pelanggar hukum, yang selama ini seolah “terlindungi” dan kalau Lystio Sigit Prabowo jadi Kapolri “hubungan baik” itu akan terganggu.
Tetapi jauh lebih banyak yang menyambutnya dengan harapan mereka yang selama ini mendapatkan “hak previlege” akan berakhir dan semua yang berkaitan dengan tugas, fungsi dan tanggung jawab Korps Bhayangkara didasarkan pada hukum untuk mewujudkan keadilan yang sustansial dan tidak hanya sekedar prosedural dan tekstual apalagi dibelokkan.
Presiden telah melantik Kapolri baru hari Rabu, 27 Januari 2021 lalu, Listyo Sigit Prabowo mulai menunjukkan siapa dirinya, dengan mengunjungi PB Nahdlatul Ulama dan PP Muhammadiyah dan mungkin akan dilanjutkan kepada organisasi keagamaan lain.
Kepala Negara kelihatannya memilih tim kerjanya di kabinet tidak hanya berdasarkan keahlian, tetapi juga memperhatikan kepribadian dan perilakunya, mungkin mengikuti nasehat Panglima Besar Jenderal Sudirman “sedikit bicara banyak kerja”.
Khusus Lystio Sigit Prabowo adalah sosok yang mengatakan “ya kalau ya, mengatakan tidak kalau tidak”-apa adanya sehingga tidak heran kalau ada yang kurang sreg. Selamat bekerja untuk nusa dan bangsa Jenderal. (Bch)