JAKARTA (IndependensI.com) – Indonesia pada saat ini sudah hampir satu tahun dalam menghadapi wabah pandemik Covid-19, Adapun pasien positif Covid-19 terus bertambah dari hari ke hari, yaitu sekitar 1,037,993 per 29 Januari 2021 berdasarkan data dari website resmi Komite Penanganan Covid-19 dan Pemulihan Ekonomi Nasional.
Berangkat dari keresahan tersebut, Tim Pengabdian Masyarakat (Pengmas) FMIPA UI membuat suatu langkah untuk membantu pencegahan dan penyebaran virus Covid -19 dengan cara membuat hand sanitizer berbahan dasar alami dari limbah cangkang udang.
Sebelumnya, kita tahu umumnya komposisi utama hand sanitizer adalah alkohol dan turunannya dengan kandungan yang cukup tinggi sekitar 60%-80%. Namun, tingginya kandungan alkohol dapat menyebabkan tangan kita menjadi kering dan mudah iritasi terutama pada kulit yang sensitif seperti pada kulit anak-anak, selain itu alkohol juga merupakan bahan yang mudah terbakar sehingga sangat beresiko jika penggunannya tidak hati-hati.
Oleh karena itu, Tim Pengmas FMIPA UI yang terdiri atas empat orang dosen yaitu Dr Retno Lestari, MSi; Dr Tuti Nuraini, Skp, MBiomed; Fadhillah, SSi, MAg, PhD; Dra Sitaresmi, MSc, dan tiga orang mahasiswa yaitu Afifah Melani Dinata, Inna Rahmawati, dan Muhammad Yunus mengembangkan hand sanitizer berbahan dasar alami dari limbah cangkang udang atau “Ranyebar”.
Limbah cangkang udang diolah menjadi chitosan dan dijadikan sebagai bahan utama pembuatan hand sanitizer. “Chitosan memiliki daya antiinfeksi yang tinggi sebagai agen antibakteri, antifungi, antiperdarahan, dan penyembuh luka. Selain itu chitosan juga dapat melembabkan kulit sehingga sangat aman digunakan terutama untuk kulit yang sensitif,” kata Retno Lestari.
Untuk mewujudkan ide tersebut, Tim Pengmas FMIPA UI mengadakan pengabdian masyarakat ke Desa Banyu Biru, Labuan, Banten. Tim memberikan edukasi kepada masyarakat mengenai cara menjaga higienitis dengan praktis untuk mencegah penyebaran Covid-19 dan mensosialisasikan cara pembuatan Ranyebar sehingga masyarakat dapat dengan mandiri membuatnya di rumah.
Kegiatan ini diawali dengan pemaparan materi oleh Dr Retno, kemudian dilanjutkan dengan pertunjukkan video mengenai cara pembuatan Ranyebar. Pembuatan dilakukan bersama masyarakat, tentunya dengan mengikuti protokol kesehatan. Masyarakat terlihat sangat antusias dan memiliki keingintahuan yang tinggi.
“Nanti saya juga akan coba buat di rumah, untuk keluarga,” ujar Eton, salah seorang ibu yang tertarik mencoba membuat Ranyebar.
Jika Ranyebar dapat dikembangkan dengan tepat, selain dapat mencegah penyebaran Covid-19, secara tidak langsung berperan dalam mengelola limbah cangkang udang. Bahan yang biasa dibuang kini dapat dimanfaatkan menjadi bahan baku bernilai ekonomis.