Andreas Ambesa

Malaysia-Hamas dan Ancaman Mossad

Loading

Oleh:  Andreas Ambesa 

Belum jelas diketahui, adakah hubungan mesra Malaysia-Hamas seperti halnya hubungan mesra Malaysia-Korea Utara.

Artinya dalam hubungan dengan Korea Utara itu banyak yang tidak mengetahui, Malaysia sebenarnya sekutu dekat Amerika Serikat sebagai mata dan telinga AS di Asia.

Apakah saat ini hubungannya dengan Hamas, ada aroma Malaysia secara diam-diam juga sebagai sekutu dekat Israel? 

Untuk itu kita pun, tidak mengetahuinya secara jelas. Karena memang secara rasional hal itu tidak mungkin terjadi.

Malaysia-Israel tidak memiliki hubungan resmi diplomatik. Namun memang, jika kita amati hubungan Malaysia dengan Hamas tidak beda antara antara hubungan Hamas dengan Iran, Qatar, dan Turki yang memiliki hubungan persahabatan yang erat.

Bagi Arab Saudi, Mesir maupun Israel, melihat hubungan Malaysia-Hamas tidaklah terlalu berbahaya bila dibandingkan hubungan Hamas dengan Teheran, dan Hamas-Qatar yang memiliki hubungan khusus di bidang militer (alutsista) dan keuangan yang sangat dibutuhkan Hamas dalam perang melawan Israel.

Hubungan Malaysia-Palestina, sudah dijalin di dekade 1950-an sebelum kemerdekaan Malaysia 31 Agustus 1957 dari Inggris.

Hubungan ini kemudian meningkat ketika pemerintah Malaysia dan Organisasi Nasional Melayu Bersatu (UMNO) memberikan dukungan kepada Yasser Arafat dan Organisasi Pembebasan Paletina (PLO).

Sedangkan Partai Islam Se-Malaysia ( PAS) memberikan dukungan kepada Hamas.

Ketika Palestina menyatakan kemerdekaannya pada 15 November 1988, Malaysia termasuk yang pertama menyatakan dukungannya kepada negara Palestina.

Yasser Arafat sebagai ketua PLO dikabarkan pernah melawat ke Kuala Lumpur 1984, yang kemudian juga dilanjutkan oleh kunjungan Presiden Palestina, Mahmoud Abbas, di tahun 2007 yang menemui Perdana Menteri Malaysia, Abdullah Ahmad Badawi. Kunjungan Mahmoud ke Malaysia kembali dilakukan pada tahun 2010 menemui Perdana Menteri Malaysia, Najib Razak.

Serangkaian saling mengunjungi oleh para pejabat tinggi Malaysia dan pejabat tinggi Hamas dimulai ketika Perdana Menteri Malaysia ketika itu, Mohammad Nazib Razak, mengunjungi Jalur Gaza, 22 Januari 2013.

Kunjungan ini selain kunjungan kemanusiaan, juga sebagai dukungan Malaysia terhadap Palestina (Hamas) dalam konflik bersenjata dengan Israel.

Nazib juga memberikan bantuan beberapa proyek yang didanai oleh Malaysia. Bahkan ketika itu, dia turut meletakkan batu pertama proyek pembangunan kantor Perdana Menteri Ismail Haniyah yang rusak akibat serangan Israel November 2012.

Kunjungan Razak ke Jalur Gaza ini mendapat kecaman keras dari pejabat tinggi Palestina di Tepi Barat, karena selama ini hubungan resmi kedua negara adalah Malaysia-Palestina (Fatah), dan kunjungan kunjungan Nazib ke Jalur Gaza semestinya melalui koordinasi resmi dengan pihak otoritas pemerintah Palestina.

Kunjungan Nazib ini berbalas, ketika kepala biro politik Hamas, Khaled Mashal, mengunjungi Kuala Lumpur, pada 01 Desember 2013 untuk menghadiri konferensi tahunan UMNO (United Malays National Organisation) atau Organisasi Nasional Melayu Bersatu. Konferensi UMNO ini mengundang para mahasiswa dari 100 negara, termasuk Palestina.

Kunjungan Mashal ini merupakan kunjungan resmi pertama tokoh tertinggi Hamas ke Malaysia, yang menunjukkan meningkatnya hubungan antara gerakan Hamas dengan Malaysia.

Selanjutnya para petinggi Hamas terus berdatangan ke Kuala Lumpur.

Selasa 08 Desember 2015, Mashal tiba kembali di Kuala Lumpur, dalam kunjungan empat hari, memimpin delegasi Hamas, atas undangan resmi partai berkuasa UMNO.

Selain menghadiri konferensi tahunan UMNO, dia dan delegasinya melakukan serangkaian pertemuan dengan sejumlah pejabat dan pemimpin negara Malaysia.

Pada 09 Desember 2017 berbagai media di Timur Tengah melaporkan, Mesir telah mengizinkan Ismail Haniya, pemimpin biro politik Hamas, yang terpilih sejak 06 Mei 2017 untuk mengunjungi Rusia, Malaysia, Qatar dan Turki.

Namun dengan syarat, kunjungan itu tidak boleh ke Iran. Kunjungan Haniyah ke Malaysia itu ditenggarai, kemungkinan besar membicarakan akan dipindahkannya kantor gerakan Hamas, yang sebelumnya berada di Qatar ke Malaysia, dan menjadikan Malaysia sebagai pintu gerbang Hamas ke Asia.

Baik Amerika maupun Israel dikabarkan sudah mengetahui rencana tersebut. Mereka hanya mengikuti perkembangan itu dengan sangat hati-hati.

Hubungan yang kian mesra antara Malaysia-Hamas terus meluas. Hamas bukan hanya melakukan kontak dengan UMNO, bahkan Hamas menjalin hubungan yang erat pula dengan Partai Keadilan Rakyat yang dipimpin oleh Anwar Ibrahim.

Hubungan ini terjalin ketika Mahathir Mohamad terpilih kembali sebagai Perdana Menteri Malaysia Mei 2018, dan disebut-sebut hubungan antara Malaysia-Hamas ini dinilai hubungan terbaik sejak 2013.

Hamas pun diduga mencari peluang hubungan yang baik dengan Partai Keadilan Rakyat, karena percaya Anwar Ibrahim akan menjadi perdana menteri Malaysia berikutnya menggantikan Mahathir Mohamad.

Malaysia sendiri melihat hubungannya dengan Hamas yang semakin erat itu, memberikan jalan baginya menawarkan beasiswa bagi mahasiswa Palestina untuk belajar di berbagai universitas Malaysia.

Namun, badan intelijen dalam negeri Israel, Shin Bet, mencium, peserta bea siswa itu bukan para mahasiswa murni yang ingin belajar di Malaysia melainkan anggota sayap militer organisasi Hamas yang dilatih militer di Malaysia, dimana nantinya digunakan untuk berperang melawan Israel.

Masih di tahun 2018, tepatnya, Sabtu (21/04/2018) subuh ketika dalam perjalanan menuju masjid dari kediamannya di Kuala Lumpur, Malaysia, Fadi al-Batsh, akademisi Palestina, yang juga anggota gerakan Hamas, tewas ditembak oleh orang tak dikenal, diduga pelakunya adalah agen Mossad yang beroperasi di Malaysia. Tentunya ini mengundang reaksi keras baik dari Hamas maupun pemerintah Malaysia. Namun hingga kini motif penembakkan tersebut belum terungkap.

Ketika KTT Kuala Lumpur 2019 (Kuala Lumpur Summit) diselenggarakan 18-21 Desember 2019, di Kuala Lumpur, Malaysia, delegasi Hamas hadir lengkap dipimpin oleh anggota Biro Politik Hamas Mousa Abu Marzook yang didampingi para pejabat terasa Hamas seperti Khalil Al-Hayya, Izzt Al-Rashiq dan Husam Badran bersama dengan pejabat lain seperti Sami Abu Zohri, Osama Hamdan dan Jamal Isaa.

Hamas hadir karena mendapat undangan resmi dari PM Mahathir Mohamad. Namun KTT ini diboikot Raja Arab Saudi, Salman bin Abdulaziz al-Saud dan Perdana Menteri Pakistan Imran Khan, lantaran KTT itu disebut tidak mewakili kepentingan negara anggota Organisasi Kerja Sama Islam (OKI).

Apalagi di KTT itu hadir diantaranya delegasi Iran, Turki, dan Qatar. Indonesia sendiri hadir diwakili Menteri Luar Negeri, Retno Marsudi.

Malaysia dituding menyelenggarakan KTT tersebut untuk kepentingan Hamas apalagi delegasi resmi negara Palestina juga tidak hadir.

Kemesraan Malaysia-Hamas kembali terekam ketika Perdana Menteri Malaysia Mahathir Mohamad menerima kunjungan kehormatan pemimpin Hamas dan delegasi yang diketuai oleh Ismail Haniyah di kantor Perdana Menteri, Putrajaya, Rabu petang (22/1/2020).

Haniya memuji dukungan Malaysia untuk Palestina. Dia juga mengakui keberanian kepemimpinan Malaysia untuk mendukung hak-hak rakyat Palestina.

Sedangkan Mahathir mengatakan bahwa Malaysia tetap komitmen membantu perjuangan rakyat Palestina.

Hubungan erat Malaysia-Hamas sendiri membawa dampak luar biasa bagi Malaysia. Akibatnya mantan Perdana Menteri Malaysia Mahathir Mohamad, secara mengejutkan, masuk dalam daftar “20 ekstremis paling berbahaya” di dunia menurut Counter Extremism Project (CEP) yang berbasis di Amerika Serikat, karena keberpihakannya Mahathir kepada Hamas.

Para pengamat politik luar negeri di Amerika Serikat, mengatakan dr. M (panggilan akrab Mahathir) telah membawa Malaysia bermain mata dengan Hamas yang merupakan organisasi teroris.

Seperti diketahui Amerika Serikat, Eropa, Australia, Jepang, termasuk Arab Saudi menyatakan Hamas merupakan gerakan teroris.

Walaupun demikian PM Malaysia saat ini, Muhyiddin Yassin terus melakukan kontak dengan pemimpin Hamas Ismail Haniyah.

Puncaknya adalah ketika usai konflik Israel-Hamas selama 11 hari yang berakhir dengan gencatan senjata, Jumat (21/05/2021) lalu itu, Israel telah mengancam akan mengirim para agen rahasia Mossad yang terbaik untuk menghabisi para tokoh Hamas yang berada di luar negeri termasuk juga yang kini berada di Malaysia.

Apalagi pesawat intai Israel jenis Boeing 732-400 dikabarkan telah melintasi wilayah udara Putrajaya, Malaysia, yang merupakan pusat pemerintahan dekat Kuala Lumpur, menuju Singapura, Rabu (26/05/2021) lalu dengan berbagai peralatan canggih yang dimilikinya.

Malaysia pun menyatakan negerinya dalam siaga penuh menghadapi ancaman Israel tersebut.

Pertanyaannya adalah, apakah Hamas tetap menjadikan Kuala Lumpur sebagai gerbang masuk di Asia atau hengkang pindah ke negara lain, kita masih belum tahu. Semoga saja bukan ke Indonesia.

Israel sendiri tidak menjelaskan tujuan pesawat intainya melintasi wilayah udara Malaysia dan mendaratkan pesawat tersebut di pangkalan udara militer Paya Lebar, Singapura.

Kemungkinan besar memang pesawat mata-mata Israel itu akan berada lama di Singapura, untuk misi rahasia.

Bintaro, 30 Mei 2021

Tulisan ini dikutip dari laman Facebook Andreas Ambesa. Penulis adalah wartawan senior dan pernah bekerja di sejumlah media nasional, mantan Corporate Secretary Indosiar dan kini Sekretaris Dewan Pertimbangan Partai Nasdem).