JAKARTA (Independensi.com) – Mencapai babak semifinal ajang bergengsi olimpiade merupakan impian dari Anthony Sinisuka Ginting. Putra bersuku Batak Karo kelahiran Cimahi, 20 Oktober 1996 berupaya keras untuk bisa mewujudkan mimpi ini. Walau bukan sebuah sukses kemenangan sebagai juara, Anthony berhasil menuai prestasi ke babak semifinal dan mensejajarkan namanya dengan para legenda bulutangkis Indonesia.
Anthony harus memendam kecewa kandas di tangan seteru abadinya asal China, Chen Long di babak empat besar Olimpiade Tokyo 2020, Minggu (1/8/2021). Chen sukses membekap Anthony dengan straight set 21-16, 21-11. Dengan demikian, dia berharap bisa membawa pulang medali perunggu bagi Indonesia dari Olimpiade perdananya di Tokyo. “Ini (medali) akan sangat berarti bagi saya. Ini Olimpiade pertama saya, dan saya sudah berusaha keras. Mencapai tahap ini (semifinal) adalah mimpi yang jadi kenyataan, karenanya saya tidak mau menyia-nyiakan kesempatan ini,” kata Anthony seperti dikutip dari Antara.
Dari catatan yang ada, kekalahan ini adalah kali kelima Anthony dari 13 pertemuan. Kendati masih unggul dalam head to head, Anthony mengakui kesulitan pula menundukkan Chen yang sudah mengoleksi dua medali olimpiade. Pada Olimpiade London 2012, Chen menuai medali perunggu dan medali emas di Olimpiade Rio 2016.
“Saya lihat permainannya hari ini berbeda dari pertemuan kami sebelumnya. Dia tidak sering angkat bola, itulah sebabnya dia bisa mengendalikan permainan dari awal sampai selesai. Dia juga tidak membuat kesalahan, dia pemain yang sangat fokus,” ujar Anthony yang pernah mengandaskan Chen di Asian Games Jakarta 2018 dan China Open di tahun yang sama.
Meski menelan kekecewaan, namun peraih medali perak Asian Games 2018 ini masih bersikukuh untuk membawa pulang medali perunggu dari Tokyo. Sedianya, Anthony akan berjumpa dengan pebulutangkis Guatemala, Kevin Cordon pada Senin (2/8/2021) pukul 18.00 WIB.
Diantara Legenda
Kiprah Anthony menembus babak final olimpiade membuat namanya disandingkan dengan para legenda bulutangkis tunggal putra Indonesia, seperti Alan Budikusuma, Ardy B. Wiranata, Hermawan Susanto hingga Taufik Hidayat. Alan dan Taugik masing-masing menggenapi prestasi mereka dengan medali emas.
Dari sejarah yang ada, cabang bulutangkis baru menjadi salah satu cabang olahraga resmi Olimpiade pada 1992 di Barcelona, Spanyol. Saat itu, Indonesia sukses mengawinkan dua medali emas dari sektor tunggal putra dan putri melalui Alan Budikusuma dan Susi Susanti. Kemudian medali perak diraih Ardy dari tunggal putra serta pasangan Eddy Hartono/Rudy Gunawan dari sektor ganda putra. Tunggal putra lainnya, Hermawan Susanto, membawa pulang medali perunggu.
Pada gelaran olimpiade sejak 1992 hingga 2016, Indonesia hanya gagal menyumbangkan medali emas pada 2012 di London. Selebihnya, medali emas selalu bisa dibawa pulang ke tanah air. Para penyumbang medali emas Olimpade untuk Indonesia setelah Alan-Susi adalah Rexy Mainaky/Ricky Subagja (Olimpiade Atlanta 1996) dan Tony Gunawan/Candra Wijaya (Olimpiade Sydney 2000) dari sektor ganda putra. Kemudian Taufik Hidayat (Olimpuade Athena 2004) dari sektor tunggal putra.
Ganda putra Indonesia kembali meraih medali emas melalui kiprah Hendra Setiawan/Markis Kido (Olimpiade Beijing 2008). Sempat gagal di London pada 2012, Indonesia mendapatkan medali emas lagi di Olimpiade 2016 Rio de Janeiro lewat ganda campuran Tontowi Ahmad/Liliyana Natsir. Total, sejak Olimpiade 1992, Indonesia mengumpulkan 19 medali dari pesta olahraga terbesar dunia tersebut.