Remove term: Empowering Women Trainer dari Tempa Trainers Guild (TTG) Dina Sofia Empowering Women Trainer dari Tempa Trainers Guild (TTG) Dina Sofia saat acara Virtual, Minggu (10/10/2021).

Webinar Series Aku Berdaya dengan Tema Wanita Tangguh Tanpa Keluh

Loading

JAKARTA (Independensi com) – Memiliki peran ganda seperti sebagai seorang ibu, istri dan pekerja dapat menjadi tantangan besar bagi perempuan, terutama di masa pandemi Covid-19 seperti saat ini.

Dalam satu waktu perempuan harus dihadapkan pada beberapa pilihan, seperti melayani kebutuhan suami, memenuhi kebutuhan anak atau mengerjakan tugas-tugas di kantor.

Tentu saja hal tersebut pada akhirnya bisa membuat banyak perempuan merasa kewalahan, yang pada gilirannya memicu stres, tidak nyaman dengan diri sendiri, rasa percaya diri yang hilang dan lainnya.

Hal inilah yang disampaikan Diina Sofia, seorang Empowering Women Trainer dari Tempa Trainers Guild (TTG), dalam diskusi bertajuk ‘Wanita Tangguh Tanpa Keluh’ yang diinisiasi Desainer Nina Nugroho melalui gerakan #akuberdaya belum lama ini.

“Perempuan yang insecure ini akhirnya jadi baperan dan emosi. Melakukan sesuatu hanya untuk menggugurkan kewajiban.”

“Karena berpikirnya simple aja, kan gak dapat apreasiasi dari anak dan suami juga,” ujar Dina Sofia saat acara Virtual, Minggu (10/10/2021).

Fenomena tersebut bahkan ia temukan saat membuat survei untuk kepentingan pembuatan bukunya yang berjudul “Tangguh Tanpa Keluh”.

Diina menemukan sebanyak 85 persen responden perempuan yang diwawancarainya mengalami ‘baper’ alias terlalu sensitif akibat ketidak berdayaan dalam menjalankan tugas multi peran.

Selain baper, perasaan iri dan memiliki hidup yang penuh persaingan juga akan dialami perempuan.

“Jadi banyak perempuan-perempuan karena insecure tadi, akhirnya merasa kehidupan orang lain lebih bagus dari dirinya. Kalau ini dibiarkan, bikin capek. Udah kerjaan nggak selesai, tapi justru sibuk memikirkan hidup orang lain. Sehingga hidup menjadi tidak produktif,” lanjut Diina lagi.

Hal yang juga tak kalah menyeramkan, kata dia adalah ketidakmampuan menjalankan tugas multi peran, melahirkan perempuan yang gemar bergosip dan mudah curiga. Hal ini adalah salah satu akibat dari perempuan yang merasa depresi dengan perannya di rumah.

“Curiga pada suami, pulang kemalaman dicurigai, anak juga ikut dicurigai, lagi teleponan sama siapa. Kalau curiga terus, jadi nggak tenang hidupnya. Ini curiga yang membutakan. Curiga yang tidak berkesudahan, juga menimbulkan salah paham dan konflik,” kata Diina.

Melalui sharing session ini, Diina berharap berbagai fenomena yang dibeberkannya diatas dapat diatasi. Sebab peremluan tangguh akan dengan mudah mengatasi masalah-masalah yang terdapat dalam dirinya.

Untuk mengatasi setiap kendala dalam kehidupannya, Diina mengungkap bahwa peremphan seharusnya memiliki kesadaran diri yang baik tentang kodratnya sebagai perempuan dan lebih percaya diri bahwa ia yakin dan mampu.

“Ini berhubungan dengan skill ya. Sebagai contoh, boleh saja bilang nggak tahu cara masak soto. Tapi ketika dia ingin tahu cara memasaknya, disinilah ciri-ciri wanita tangguh, dia nggak tahu tapi dia cari tahu,” terang Diina.

Selain itu, perempuan yang tangguh juga tentunya mau berusaha, ia pandai mengatur waktu dan memilah, juga memilih semua aktifitasnya dengan baik.

Hal penting lainnya adalah menerima ketetapan dari Tuhan, karena banyak perempuan terkadang memiliki ekspektasi tinggi, tali ketika tidak terwujud akhirnya timbul memiliki rasa kecewa yang tak berkesudahan.

Upaya untuk menjadi perempuan tangguh juga mesti diikuti dengan satu prinsip bahwa segala sesuatu tidak ada yang instan, ujar Dina.

“No instant formula. Gak mungkin selesai kelas ini, kita jadi sabar. Semua bertahap. Perempuan tangguh nggak cari cara instan. Semua akan menjalani semua proses, dengan bertahap. Dan punya keyakinan tinggi, bahwa kita bisa menyelesaikan,” papar Diina.

Diina juga memberikan beberapa langkah yang dapat dilakukan para perempuan untuk menjadi lebih baik, yakni dengan mengenali, memahami dan menghargai diri sendiri. Kenali betul apa kekuatan dan kelemahan kita.

“Terakhir adalah tetapkan tujuan. Sebagai ibu tujuan kita apa? Sebagai istri tujuan kita apa? Di sini lah pentingnya mengelola emosi dan kendalikan diri.”

“Berbicara tentang bagaimana mengelola emosi yang kita punya, memanage emosi seperti apa. Kemudian terampil dalam bersosialisasi. Ini sangat berpengaruh terhadap peran-peran kita sebagai perempuan,” pungkasnya.