TONGGING, KARO (Independensi.com) – Keindahan alam di kawasan obyek Wisata Tongging, Kabupaten Karo, Sumatera Utara sangat menakjubkan. Ketika memasuki kawasan obyek wisata ini, kita akan dimanjakan dengan udara sejuk dengan pemandangan indah yang tiada tara. Aura keindahan itu akan mulai terasa ketika melewati kaki Gunung Sipiso Piso. Di sisi kiri kanan jalan terlihat ladang hijau yang ditanami bawang merah, wortel, kentang, dan sayur mayur lainnya.
Setelah melewati kawasan pertanian ini kita akan disapa dengan pemandangan dari atas bukit ke arah Danau Toba, tepatnya di daerah lembah Tongging. Luar biasa kawasan obyek wisata yang merupakan bagian dari kawasan Danau Toba tersebut.
Setelah itu kita akan melihat salah satu ikon wisata Tanah Karo yang mendunia yakni Air Terjun Sipiso Piso. Siapa yang tidak tahu Air Terjun Sipiso-Piso? Kalau berwisata ke Kabupaten Karo tanpa berkunjung ke Air Terjun Sipiso Piso dan kawasan Tongging sepertinya ada yang kurang.
Kedua obyek wisata ini memang memiliki pesona yang luar biasa. Mata seperti tidak puas-puas untuk memandangi keindahan alamnya. Dari atas bukit tampak hamparan danau dan kawasan pertanian dan perkampungan di lembah dengan kecuraman tajam.
Kalau dari kawasan Tongging akan terlihat keindahan Danau Toba dengan air yang sangat jernih dan kawasan perbukitan yang lerengnya hijau ditumbuhi ilalang. Kawasan Tongging dan Air Terjun Sipiso Piso diibaratkan sebagai lukisan alam ciptaan Tuhan, sehingga suasana hati tetap nyaman, damai dan kita tidak pernah jenuh menatap ke segala penjuru mata angin. “Pemandangan obyek wisata Tongging dan Air Terjun Sipiso Piso memang wow….,” kata Nita Sing, pengunjung yang merasa terkagum-kagum dengan keindahan kedua obyek wisata tersebut.
Berdasarkan pantauan, beberapa tahun terakhir, banyak kemajuan di obyek wisata di kawasan ini. Di sekitar Tongging dan Air Terjun Sipiso Piso juga ada obyek wisata Taman Simalem dengan pemandangan Danau Toba dan Desa Sikodon-Kodon dengan kawasan pertaniannya yang tampak tertata dari perbukitan.
Sejumlah restoran atau cafe juga bermunculan seperti Cafe Sapo Juma yang menjual keindahan alam untuk selfi di samping bisnis utamanya sebagai resto. Ada juga Cafe Maulana berikut penginapan mewah dan sejumlah hotel dan penginapan di kawasan Taman Simalem.
Para pemilih hotel di kawasan Tongging, Air Terjun Sipiso Piso maupun Taman Simalem sekitarnya banyak berbenah untuk menyambut bangkitnya pariwisata pasca covid-19. Masa pandemi hampir dua tahun ini dijadikan momentum untuk melakukan renovasi hotel dan kawasan obyek wisata, terutama dengan adanya dukungan dari Badan Otorita Danau Toba (BODT). Jalan atau akses ke semua obyek wisata di sekitar Danau Toba sedang dan terus dibenahi, sehingga upaya menjadikan Danau Toba sebagai tujuan wisata seperti Bali ke II di Indonesia bisa berjalan mulus.
Kemudian ada juga obyek wisata baru dibangun yakni Bukit Gajah Bobok. View-nya lebih keren dan indah karena selain kita bisa menatap ke Danau Toba juga sebagian wilayah Kabupaten Karo, termasuk kawasan obyek Wisata Puncak 2000 yang kini juga sedang menggeliat.
Disebut Bukit Gajah Bobok karena bukit ini seperti Gajah yang sedang tidur dengan kapalanya menatap ke kawasan Danau Toba, sedangkan ekornya ke kawasan Kecamatan, Merek, Kabupaten Karo. Obyek wisata Puncak 2000 juga sangat menjanjikan karena hawa sejuk dan pemandangan alamnya luar biasa.
Di kawasan Puncak 2000 sudah ada sejumlah penginapan mewah serta cafe dan resto. Juga sudah bermunculan bangunan lainnya yang mendukung sektor pariwisata di sana. Kebetulan di dekat Puncak 2000 berdekatan dengan kawasan Siosar yakni tempat penampungan korban meletusnya Gunung Sinabung.
Daerah Siosar ini pun kini sudah menjadi obyek wisata yang menjanjikan. Presiden Joko Widodo sudah pernah dua kali berkunjung ke Desa Siosar untuk memastikan kesiapan semua fasilitas yang dijanjikan pemerintah kepada warga pengungsi tersebut.
Tapi jalan menuju Desa Siosar maupun Puncak 2000 masih terlalu sempit, sehingga kurang nyaman kalau lagi musim hujan. Fasilitas umum juga masih sangat terbatas seperti toilet, internet, tempat parkir dan lainnya. Penginapan lumayan mahal dan restoran masih langka.
Pengusaha Optimistis
Optimisme bahwa sektor pariwisata segera pulih tampak mulai diantisipasi para operator ataupun pengusaha yang bergerak di bidang industri pendukung pariwisata. Salah satunya sektor perhotelan yang sangat terdampak akibat covid-19.
Sejak beberapa bulan terakhir tingkat hunian hotel terus meningkat, termasuk di daerah obyek wisata seperti kawasan Tongging, Kabupaten Karo, Sumatera Utara.
“Ada peningkatan okupansi hunian hotel yang cukup signifikan, sehingga memberikan gairah bagi industri perhotelan,” kata Richard Jemmy Pelawi, pengelola Hotel atau Wisma Sibayak Tongging.
Menurut Jemmy, sejak pemerintah menurunkan status covid-19 menjadi level 2 dan level 1 sudah banyak rapat yang digelar aparat pemerintah di hotel, termasuk di kawasan wisata Tongging. Tamu-tamu yang datang umumnya pegawai pemerintah, karyawan BUMN atau swasta yang menggelar kegiatan atau rapat serta tamu lokal dari sejumlah kota dan kabupaten, khususnya dari wilayah Sumatera Utara.
Meski demikian, kalangan pengusaha di bidang perhotelan sejauh ini masih tetap was-was karena kebijakan pemerintah yang menetapkan tidak boleh cuti bagi pegawai pemeritah serta tidak boleh menggelar acara Natal dan Tahun Baru 2022.
“Kami sangat memahami kenapa pemerintah membuat kebijakan seperti itu karena tidak ingin kasus covid-19 merebak lagi. Jadi, wajar jika pemerintah menerapkan PPKM ketat di bulan November dan Desember 2021 ini. Semoga covid-19 segera berlalu, supaya sektor wisata bisa segera pulih seperti sedia kala,” kata Jemmy, pemuda kreatif yang juga alumni perguruan tinggi negeri di Bogor, Jawa Barat.
Di tengah suasana pandemi covid-19, Jemmy harus putar otak agar hotel yang dikelolanya tetap ada pengunjung dengan menerapkan protap kesehatan secara ketat sesuai atauran pemerintah. Wisma Sibayak Tongging cuma tutup selama Maret sampai Juli 2019, karena kebijakan lockdown pemerintah.
Setelah ada pelonggaran status level covid-19 dari pemerintah, tamu di hotel kami kembali terisi, meski kadang cuma satu hingga empat kamar terisi. Tapi itupun sudah bagus karena trend nya terus naik. “Kami beruntung karena Tongging merupakan kawasan wisata alam, sehingga risiko terkena covid-19 sangat kecil. Karena itu tamu tetap ada yang datang,” ungkap Jemmy.
Ketika ditanya rate hotel yang dikelolanya, Jemmy mengatakan bervariasi. Mulai dari dari tarif Rp 150.000 hingga Rp 350.000 untuk kamar kecil. Sedangkan untuk kamar besar bisa Rp 900.000 hingga jutaan. Tergantung kamar yang mereka pilih.
“Kalau soal service pasti sangat memuaskan. Manajemen hotel kamu sudah puluhan tahun dan kami terus berbenah untuk memberikan yang terbaik buat para tamu kami,” kata Jemmy.
Mengantisipasi pulihnya sektor wisata, Jemmy telah menyiapkan sejumlah paket bagi tamu yang menginap di hotelnya. Misalnya ada paket kunjungan ke obyek wisata lokal seperti kunjungan ke Kampung Tua Sikodon-Kodon yang tidak lagi berpenghuni (ghost town). Pengunjung dapat melihat Rumah Adat Karo masih utuh di sana meski kurang terawat, ada juga air terjun di balik bukit yang tersembunyi dan kawasan pertanian.
Kemudian yang paling menantang yakni kegiatan olahraga paralayang. Wisma Sibayak Tongging memfasilitasi bagi peminat yang ingin menikmati keindahan kawasan Tongging dari udara. Terbang dari bukit Gajah Bobok dan mendarat persis di pantai Wisma Sibayak Tongging. Bagi yang berminat ikut paralayang, mereka akan terbang menelusuri perbukitan melayang di atas danau sebelum mendarat di halaman hotel.
Jemmy menambahkan kegiatan paralayang ini mendapat support dari Pemda Karo. Dukungan ini sangat membanggakan karena di sini bakal banyak di gelar kegiatan paralayang, termasuk pelatihan atlet paralayang. “Saya sendiri sudah menjadi instruktur setelah lulus dan mendapat sertifikat dari penguji,” tambah Jemmy bangga yang mengaku belajar paralayang di kawasan Puncak, Jawa Barat.
Sinyal bahwa sektor pariwisata segera pulih meang sudah terlihat, terutama dari data pemerintah yang telah menetapkan status level 1 dari ancaman bahaya covid-19. Semua kalangan yang berkecimpung di industri pariwisata dan pendukungnya pun kini berharap di tahun 2022 mendatang, covid-19 benar-benar musnah, sehingga masa suram itu segera berlalu. Semoga.