Minggu-minggu adven kini tengah mewarnai aktivitas pelayanan gereja
sejak akhir november hingga seminggu menjelang
perayaan natal ornamen adven dan liturgi adven dengan lagu-lagu yang tidak terlalu mudah bagi umat dikidungkan setiap minggu.
Ada banyak gereja yang menghentikan
program rutinnya
agar umat dengan hati tulus dan putih lebih fokus kearah adven
Sejatinya di minggu adven
umat tetap haus akan inti berita adven
Apa makna adven
dari perspektif
linguistik
teologis
dan bagaimana
implementasi adven ditengah
kegamangan umat
dibanjiri aneka berita tentang omicron,
pandemi gelombang ketiga
isu resuffle
Memanasnya suhu politik
menuju tahun 2024
garong-garong BLBI,
para pensiunan
yang makin sesaknafas karena uang mereka
dilibas oknum perusahaan asuransi
Agaknya tahun ini perayaan natal tidak meriah dan wah seperti sebelum pandemi
pemerintah mengeluarkan
peraturan merayakan natal yang dikaitkan dengan
datangnya sang omicron
aturan-aturan itu dikesankan umat makin mempersulit umat merayakan natal di luar rumah
lagu-lagu natal
belum begitu terdengar gaungnya di mal seperti zaman baheula
dirumah-rumah
pohon natal plastik banyak yang dimakan tikus
sehingga tak layak dipajang diruang tengah
sementara seorang kakek
bertanya kepada cucunya
sesudah membaca running text tv analog :
“nak libur *nataru* itu libur apa ya?”
Sang cucu menjawab enteng
“oh itu acara nonton dramkor di jepang,kek!”
Natal makin sepi gelagatnya
spanduk mas haram yang ucapkan selamat natal belum nampak
pengingatan bahwa atribut natal takboleh digunakan oleh karyawan omegamart yang belum sidi
belum ramai dimedsos
Natal acap dihebohkan dengan banyak isu politik yang dibungkus dengan kemasan agama
ada tentang aturan dan hukum
tentang atribut natal
tentang bom dan teroris
tentang larangan beribadah
aku belum terlalu jelas
apakah pertemuan pak.menko pmk dengan PGI dan KWI
bicara juga tentang hal itu
atau hanya menjelaskan tentang nataru dan PPKM
Apapun kondisinya natal tetap ada dan dirayakan umat dengan sukacita
seorang bocah
dari keluarga milenial
dalam ibadah bertajuk “spirit adven” ditengah keluarga berdoa lugu begini :
“Tuhan jangan nodai natal kami dengan mesiu,bom dan para teroris
kami rindu sebuah natal yang sejuk
tatkala natal bisa berlangsung tanpa dikawal aparat keamanan”
Mungkin juga Tuhan tak mengerti
dengan konten doa seperti itu
dan Tuhan tidak merasa perlu menjawab.
Jakarta,4 Desember,2021
Pk..5.29
Pdt Weinata Sairin