Pengharapan Menyalakan Kehidupan

Loading

Catatan pinggir  Pdt Weinata Sairin

Hidup itu bukan hanya bernapas,
bekerja, mendatangkan uang
berdagang
berinteraksi
berjemur di bawah
mentari pagi
bercengkerama
dengan orang-orang terdekat

Hidup itu wajib memiliki segumpal
pengharapan
yang terus menyala
mengusung spirit
sejatinya tatkala hidup mesti melewati lembah kekelaman

Dalam sebuah kehidupan yang normal dan standar
kita mesti terus membangun relasi
berbasis etika
saling respek
antara suami istri
anak dan orangtua
dengan keluarga besar,
tetangga
dalam beragam komunitasnya

Relasi yang buruk dalam sebuah keluarga besar dan dalam masyarakat
tak akan mampu membuat sebuah keluarga eksis
aman dan nyaman
walau ada pengharapan
menyala didalamnya

Pengharapan itu
membuat kehidupan menjadi dinamik dan energik
tidak diam dan stagnan
nir gerak

Mengapa para pemulung setia datang mengais sampah ke TPA,
mengapa para penambang mau
mempertaruhkan nyawa berada dalam lubang yang dalam mencari emas atau nikel

Mengapa para pengemis lebih suka meneruskan profesinya dijalanan
ketimbang diberi pelatihan keterampilan
oleh pemerintah?

Ya karena mereka
memiliki pengharapan
bahwa di lokus-lokus itu
mereka akan tetap hidup
bahkan mengalami hal-hal baru

Harapan-harapan itu menyalakan kehidupan

Harapan dan pengharapan
menjadi spirit
kekuatan maha dahsyat
agar hidup itu terus mewujud
tidak menyerah kalah
oleh apapun dan siapapun
kita yang kini uzur dilumat usia tua
yang terbaring di ranjang-ranjang rumah sakit
yang didera penyakit jantung
paru,asma, ca
dan entah apa lagi

Kita yang menderita
karena uang pensiun yang sedikit itu macet

Kita yang bergumul karena
soal-soal internal keluarga

Kita tak akan pernah kehilangan
pengharapan
sampai kematian merenggut kita umat beragama

pengharapan kita bersumber pada ajaran agama

kita mesti tetap segar dan tegar
menjalani kehidupan bagaimanapun sulitnya

Kita memiliki iman, pengharapan dan kasih

Teruslah berjalan
hingga mencapai titik akhir!

Jakarta, 9 November 2021/pk 2.22
Weinata Sairin