Direktur EI: Indonesia Harus Jadi Negara Ramah Lingkungan di Dekade Katastropi

Loading

JAKARTA (Independensi.com) – Dalam menghadapi kondisi bumi yang sedang tidak baik-baik saja atau dekade Katastropi, tidak ada pilihan bagi Indonesia jika ingin menjadi negara maju yaitu harus menjadi negara yang ramah lingkungan.

Selain itu, kata Pendiri dan Direktur Environment Institute Mahwan Karuniasa, konsep Ummatan Wasathan boleh jadi didalamnya memuat konsep inti untuk membangun peradaban baru Indonesia.

“Melampaui dari sekedar menjadi Indonesia maju dan lestari di 2045, semoga ada di Muktamar Nahdlatul Ulama tahun 2021,” kata Mahawan, Rabu(22/12) terkait Muktamar NU ke-24 yang dibuka Presiden Joko Widodo hari ini di Lampung dan akan berlangsung pada 22-23 Desember 2021.

Dikatakannya selain membahas masalah keagamaan, Muktamar NU tentu akan  menghasilkan rekomendasi kepada para pemangku kepentingan khususnya terkait isu-isu tematik, aktual dan perundangan.

Dia menyebutkan juga awal dekade menentukan hubungan bumi dan manusia. “Sains memperkirakan krisis multidimensi akan terjadi pada dekade depan, bahkan diperkirakan jumlah manusia akan berkurang,” ujarnya.

Perubahan drastis dan cepat, tuturnya, perlu dilakukan seluruh umat manusia termasuk bangsa Indonesia kecuali menyerahkan pada alam yang akan melakukannya dengan skema katastropi.

“Sayangnya risiko katastropi Bumi dan kehidupan manusia dihadapi saat Indonesia berencana menjadi negara maju saat 100 tahun merdeka yaitu pada tahun 2045,” ujar dia.

Diungkapkannya bahwa para ahli memperkirakan lima tahun kedepan, suhu permukaan bumi dapat menembus 1,5 derajat Celsius, batas yang tidak boleh terlampaui.

Artinya, kata Mahawan, semakin banyak ekosistem laut yang terganggu juga meningkatnya banjir rob, curah hujan ekstrim dan kekeringan, terganggunya  produktivitas petani dan nelayan, menurunnya ketahanan pangan, serta meningkatnya risiko banjir di perkotaan.

Dia menambahkan Konvensi Keanekaragaman Hayati atau Convention of Biology Diversity (CBD) juga mencatat aktivitas manusia juga mengurangi produktivitas lahan lebih dari seperlima daratan dimuka Bumi.

Selain itu, tuturnya, berbagai jenis binatang seperti ikan, reptil, burung, mamalia dan ampibi juga mengalami kepunahan yang meningkat khususnya sejak masa revolusi industri. “Sementara penduduk Indonesia telah mencapai sekitar 270 juta, dan masih terus tumbuh.”

Dia menyebutkan dengan bertambahnya jumlah populasi manusia di Indonesia yang disertai meningkatnya kesejahteraan berimplikasi pada konsumsi pangan dan air, dan konsumsi energi yang melipatganda termasuk timbulan sampah yang akan semakin menggunung.(muj)