JAKARTA (Independensi.com) – Pemerintah harus segera membuka pintu untuk dokter-dokter asing masuk melayani rakyat Indonesia, agar masyarakat dan konsumen punya pilihan lebih baik daripada dengan dokter-dokter Indonesia anggota Ikatan Dokter Indonesia (IDI) yang ternyata tidak kompeten dan rebutan lapak. Hal ini disampaikan oleh Arief Poyuono kepada pers di Jakarta, Kamis (8/4).
“Ngeri kalau membaca polemik para dokter IDI soal kasus pemecatan Terawan. Sebaiknya pemerintah segera buka pintu buat dokter asing bisa melayani konsumen rakyat Indonesia di dalam negeri. Agar kita banyak pilihan bukan hanya pada dokter-dokter IDI yang kompetensinya gak jelas seperti yang kita saksikan saat ini,” ujarnya, Jumat (8/4).
Masyarakat selama ini diam karena tidak punya pilihan selain dokter IDI. Padahal dokter-dokter IDI dikuasai perusahaan obat asing, tidak kompeten dan hanya berpikir rebutan pasien.
“Selama ini masyarakat ditangani oleh dokter-dokter calo perusahaan obat asing, rebutan lapak dan egois. Ini berbahaya buat pasien dan masyarakat,” ujarnya.
Dari kasus DSA Terawan, dokter IDI marah karena lapaknya terganggu. Metodologi jadi alasan untuk membantah 40 ribuan pasien yang sudah sembuh dengan metode DSA. Mereka menelanjangi inkompetensi mereka sendiri dibidang penelitian.
“Koq bisa ormas LSM IDI membantah keputusan akademis dari UNHAS yang sudah menguji dan meluluskan Terawan? Padahal dokter-dokter IDI tidak pernah bikin penelitian. Ini kan menelanjangi diri mereka sendiri dihadapan masyarakat, betapa tidak kompetennya metodologi riset dan orientasi kedokterannya. Pantesan rakyat lebih percaya berobat keluar negeri. Karena gak percaya lagi dengan dokter kita,” ujarnya.
Ia mempertanyakan mana yang lebih baik,– rakyat dilayani oleh dokter IDI yang kebanyakan calo perusahaan asing, atau lebih baik ditangani oleh dokter asing dengan kompetensi yang jelas?
“Kita sebagai pasien dan konsumen selama ini ternyata sangat beresiko ditangan dokter IDI. Kita konsumen butuh banyak pilihan pada dokter-dokter asing ketimbang dokter calo asing,” tegasnya.
Soal nasib dari dokter-dokter IDI menurut Poyuono mereka sudah tidak perlu dilindungi lagi agar bisa dipaksa bersaing secara fair dengan dokter asing.
“Dulu kita melindingi dokter Indonesia agar kualitas mereka meningkat dan pelayanan kemasyarakat membaik. Ternyata mereka memilih jadi calo perusahaan farmasi asing dan rebutan lapak sendiri. Saatnya dokter asing diundang masuk sesuai dengan Omnibus Law,” tegas Arief Poyuono.