Hasanuddin: Indonesia Harus Menolak Jika Rusia Kembangkan Senjata Nuklir

Loading

JAKARTA (Independensi)- Anggota Komisi I DPR Mayjen (Purn) TB Hasanuddin menanggapi ketertarikan Presiden Rusia Vladimir Putin untuk membangun nuklir di Indonesia. Hal itu diutarakan Putin saat Presiden Joko Widodo (Jokowi) berkunjung.

TB Hasanuddin pun meminta Indonesia tegas menolak jika Putin menawarkan nuklir untuk persenjataan.

“Kalau Indonesia ditawari nuklir untuk senjata (alutsista), sebaiknya ditolak, karena kita kan komitmen pada UU yang ada, dan tak sesuai dengan konstitusi kita dalam menjaga perdamaian dunia sesuai dengan konstitusi kita,” kata TB Hasanuddin, Sabtu (2/7/2022).

Politisi PDI Perjuangan itu beralasan Indonesia telah meratifikasi perjanjian penggunaan nuklir untuk tujuan damai pada undang-undang. Perjanjian itu, kata dia, pernah disepakati saat konvensi Treaty on the Non-Proliferation of Nuclear Weapons (NPT) atau konvensi antiproliferasi senjata nuklir.

“Kalau dari sisi dinamika politik internasional, Indonesia tetap tunduk pada ketentuan penggunaan nuklir untuk tujuan damai yang telah kita ratifikasi. Jadi konvensi Treaty on the Non-Proliferation of Nuclear Weapons (NPT) atau konvensi antiproliferasi senjata nuklir, termasuk perjanjian dan protokol perlindungan terkait, telah diratifikasi oleh Pemerintah Republik Indonesia ke dalam Undang-Undang Nomor 8 Tahun 1978,” ucapnya.

Meski begitu, Hasanuddin mendukung jika ketertarikan Putin itu adalah untuk membangun nuklir untuk energi di Indonesia. Dia menyebut Indonesia hanya perlu memastikan pengelolaan nuklir itu dilakukan dengan baik.

“Soal ketertarikan Rusia untuk bekerja sama dengan Indonesia dalam hal pengembangan nuklir untuk energi, tentunya adalah sebuah peluang bagi Indonesia. Apabila memang nanti Indonesia dan Rusia akan bekerja sama membangun PLTN, kita juga harus memastikan keselamatan pengelolaan nuklir tersebut,” ujar dia.

Seperti diketahui, Presiden Rusia Vladimir Putin menyambut Presiden Republik Indonesia Jokowi di Istana Kremlin, Moskow pada Kamis (30/6). Banyak hal disampaikan Putin, salah satunya soal keinginannya membantu mengembangkan energi nuklir di Indonesia. (Hiski Darmayana)